Mengantar Channa Sampai Papua

PALEMBANG – Awalnya hanya iseng merawat ikan channa, tapi Yusfik (36) lalu melihat peluang usaha yang menjanjikan dan menghasilkan. Hanya dengan menjual ikan gabus hias itu ke seluruh Nusantara, dia bisa mengantongi omset jutaan Rupiah setiap bulan. Padahal Ketua Sriwijaya Channa Community itu sehari-hari hanya menunggu orderan di galerinya YFish Store, Jl Siaran Lorong Pelita, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

“Jasa ekspedisi dan logistik JNE membantu saya mengantar ikan channa ke seantaro negeri. Dari Sabang sampai Merauke,” katanya kepada Sumatera Ekspres, Kamis (30/3). Yusfik memiliki ribuan ekor bibit dan indukan ikan channa yang ia tempatkan di 50-an akuarium kecil dan besar. Di YFish Store, customer bisa melihat berbagai koleksi ikan predator air tawar tersebut.

Ada berbagai jenis yang ia budidayakan. Mulai dari ikan channa impor India dan Myanmar jenis stewartii, andrao, auranti, barca, blue pulchra, orna yellow lip, bleheri. Ada pula ikan channa lokal marulioides (gabus emperor) dari sungai-sungai Kalimantan maupun limbata dari perairan pegunungan Pulau Jawa. Motif tubuh ikan ini bervariasi, seperti batik, totol-totol, pelangi, full bunga dengan warna kuning, merah, hitam, biru, orange.

“Sudah 4 tahun ini saya memelihara ikan channa. Hingga kini masih tetap populer dan harganya tinggi,” lanjutnya. Sebelumnya Yusfik mengaku membudidayakan ikan peacock bass (pbass) asli Amerika dan arwana cuma trennya meredup. Dia lalu menukar sepasang indukan pbass dengan ikan channa impor Myanmar milik temannya sekitar tahun 2018.

“Saya letakkan di akuarium, ternyata tiga hari berselang langsung bertelur. Dari situ saya mulai menseriusi pemijahan ikan channa blue pulchra,” imbuhnya. Makin hari, makin berkembang biak dan beranak pinak, makin banyak pula peminat pasarnya dari anak-anak hingga orang dewasa, buat Yusfik beralih sepenuhnya ke gabus hias. Sebenarnya menernak channa cukup sulit karena ikan ini asli tangkapan alam, namun kata Yusfik bisa dilakukan.

“Ada teknik budidayanya, disekat dulu supaya saling menyatu (akur, red), baru digabung ke satu akuarium. Sistem ikan ini, saat sepasang indukan mau dikawinkan mereka saling gigit, jika tidak kawin saling bunuh,” tuturnya. Sekali bertelur mencapai ribuan dan setelah telur menetas, anakan berumur 2 minggu ukuran 2 cm sudah bisa dijual.

Harga anakan ukuran 2-5 cm Rp20 ribu-100 ribu per ekor tergantung jenis (lokal/impor), sementara sepasang indukan channa lokal (30-60 cm) Rp1,6 juta-an dan channa impor (15-40 cm) bisa Rp2 juta-an dengan usia 1-2 tahun. Biasanya indukan jualnya sepasang, satunya Rp600 ribu-Rp1 juta per ekor. Tapi ini juga tergantung musim, sekitar bulan 8-12 itu kadang lebih murah. Banyak ikan channa impor India masuk Indonesia.

“Harga juga tergantung kualitas, warna, dan mental ikan lincah tidak. Interaksi dengan kita seperti apa. Di kontes ikan channa jadi penilaian juri, bagaimana performance, adaptasi, warnanya,” ungkapnya. Biasanya ikan pemenang kontes semakin mahal di pasaran. Ceruk pasar itu semata-mata bukan hanya dalam kota, melainkan luar kota. Dia menjual langsung di galeri YFish Store, kadang banyak anak-anak datang mengajak orang tuanya membeli ikan gabus hias per satuan.

Sebenarnya, kata Yusfik, sangat membantu itu penjualan daring karena mengandalkan penjualan offline saja susah. “Terutama saat Covid-19 kemarin, mayoritas hampir semua pelanggan memesan online. Mungkin seminggu hanya 2-3 kali pesanan, tapi jumlah order-nya ribuan anakan atau indukan. Penjualan langsung paling banyak 1-5 ekor,” ujarnya. Omsetnya jelas jutaan Rupiah. Customer pesan online dari Aceh, Pekanbaru, Yogyakarta, Makasar, Bali, atau Papua.

“Saya posting ke media sosial, seperti Facebook dan Instagram YFish. Pembeli bisa melihat koleksi ikan saya di sana. Yang lihat bukan hanya konsumen lokal, nusantara, sampai mancanegara seperti Vietnam, Thailand, Australia,” tuturnya. Jika tertarik, customer order lewat chat, pembayaran via transfer. Kadang konsumen luar kota mau lihat ikannya langsung, mereka minta video call-an.

“Setelah deal mau kirim ikan channa, tak ada jasa ekspedisi ya sulit. Bagaimana mau mengantar pesanan online sampai Papua atau luar negeri (LN),” jelas Yusfik. Maka usaha budidayanya mampu bertahan dan memberi penghasilan bagi keluarganya berkat peran ekspedisi. Kurir JNE membantu Yusfik dan seluruh mitra UMKM menjemput dan mengantar logistik. Kehadirannya menebar energi positif, membangkitkan optimisme bahwa pasar itu ada dimana-mana, mengajak kolaborasi bangkit bersama di era dan pasca pandemi.

Diakuinya, memilih kurir terpercaya sangat penting apalagi yang ia kirim ikan hidup. “Saya memberikan garansi hidup sampai tujuan, jika ikan mati saya ganti. Supaya tidak rugi harus saya pastikan ikan diantar kurir dengan baik dan tepat waktu,” tuturnya. Ekspedisi JNE memenuhi ekspektasinya misalnya ke Sulawasi, melalui layanan reguler paket ikan sampai 3-4 hari, paling lama 5 hari.

Lagipula customer banyak meminta ekspedisi JNE lantaran titik layanannya menyebar di 6 ribu lebih lokasi, terutama daerah jauh dan pelosok. “Paket ikan channa saya kemas menggunakan box styrofoam. Saya lengkapi dengan surat karantina ikan dari BKIPM seperti dipersyaratkan JNE agar paket lolos ketika pengecekan di bandara,” sebutnya. JNE sendiri juga bisa membantu pengurusan surat karantina, biayanya bahkan digratiskan.

Selain UMKM ikan hias, usaha kuliner pempek berbahan baku ikan gabus (ikan konsumsi) atau tenggiri di Kota Palembang juga tertolong perusahaan ekspedisi. Sejak pandemi, ketika penjualan langsung di warung seret hingga pasca Covid terus bangkit. Sekretaris Asosiasi Pengusaha Pempek (Asppek) Palembang, Kartini menjelaskan jasa ekspedisi menawarkan tarif ongkos kirim (ongkir) yang kompetitif, khususnya pengiriman pempek tujuan Jabodetabek.

“Ongkir murah mendongkrak pesanan customer, terutama di bulan Ramadan ini. Sekarang pengiriman pempek ke luar kota mencapai 8 ton, lebih dari separuh produksi UMKM pempek di Palembang 14 ton per hari. Setiap pelanggan sekali pesan bisa 10 kg,” ujarnya, kemarin (1/4). Selain Jabodetabek, pesanan juga datang dari penjuru negeri, paling jauh Kartini memaket pempek ke Palangkaraya, Makasar, atau Merauke.

“UMKM banyak gunakan layanan ekspedisi JNE, khususnya pengantaran wilayah Timur Indonesia sebab tidak semua jasa kurir punya jaringan luas sampai pelosok seperti JNE. Pelayanannya pun sangat bagus, tepat waktu. Ke Kalimantan maksimal 5 hari, ke Jabodetabek hari ini kirim, besok sudah sampai,” bebernya.

Customer rela memesan jauh-jauh karena ingin merasakan makanan pempek dari kota asalnya. “Banyaknya pesanan luar kota karena kami promosi online via IG, Facebook, atau WhatsApp. Semua pedagang pempek sudah jualan online, terutama waktu pandemi. Omset pedagang lain anjlok, kami survive dan sekarang kami semangat bergerak bangkit bersama,” kata owner Pempek Syamil ini. Berkolaborasi dengan ekspedisi #JNEBangkitBersama dengan semangat #ConnectingHappiness.

Apalagi JNE sendiri melayani kiriman paket dan dokumen, dari penjemputan hingga pengantaran di seluruh Indonesia. Ekspedisi yang kini berusia #JNE32tahun itu menjadi yang terbaik dan paling populer banyak digunakan pelanggan maupun mitra UMKM, serta turut berkontribusi bagi perekonomian negeri khususnya di sektor UMKM. Melalui penyediaan layanan pengiriman dalam negeri, seperti layanan Super Speed, YES (Yakin Esok Sampai), REG (Reguler), OKE (Ongkos Kirim Ekonomis), JNE Trucking (JTR), hingga International Service atau layanan pengiriman ke luar negeri.

Selain merangkul UMKM sebagai mitra kerjasama, JNE juga berkontribusi dan hadir mengcover perdagangan e-commerce. Tingginya transaksi e-commerce salah satunya yang buat UMKM tetap bangkit. Ada lebih dari 21 juta UMKM Tanah Air terdaftar di perdagangan elektronik ini. Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi e-commerce sepanjang 2022 mencapai Rp476,3 triliun dengan 3.486 juta transaksi oleh UMKM. Tren transaksi sudah naik 2 kali lipat sejak Covid melanda, pada 2020 transaksinya baru Rp266,3 triliun, melesat ke angka Rp401 triliun tahun 2021. Padahal sebelum pandemi tahun 2018 hanya Rp105,6 triliun dan 2019 Rp205,5 triliun.

Mengajak UMKM Bangkit Bersama

Selama 2 tahun UMKM sudah melewati masa-masa pandemi Covid-19 yang penuh challenging. Nyatanya pasca Covid atau di era recovery ekonomi juga jauh lebih menantang dan penuh persaingan. Dalam acara JNE Ngajak Online 2023-Gollaborasi Bisnis Online “Creativolution” Kota Jakarta, Kamis (16/3), President Director PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Mohamad Feriadi Soeprapto pun mengajak UMKM tetap punya semangat.

“Semangatnya adalah bagaimana kita terus bisa bangkit, 32 tahun JNE. Tagline kami JNE Bangkit Bersama, jadi yang bangkit bukan hanya JNE, tapi semua UMKM dan bangsa ini. Kita semua harus bangkit. Kenapa begitu, karena kita melihat Indonesia sebagai negara yang besar, dengan penduduk 275 juta jiwa. Kita optimis melihat potensi bisnis yang ada masih sangat banyak,” ungkapnya.

Dia melihat mitra UMKM juga punya semangat menangkap peluang pasar yang ada. “Saya lihat mata-mata (UMKM, red) yang sangat agresif, mata-mata yang saya yakin semua ingin menjadi juara. Tentu kita juga ingin UMKM bisa go global, bukan hanya di Indonesia, tapi dunia. Pelaku UMKM punya banyak kesempatan, maka setiap tahun UMKM di berbagai kota Indonesia kita ajak bicara,” ujarnya.

Bahwa, lanjut Feriadi, JNE bukan hanya sekedar logistik company, tapi sudah menjadi network company dengan pengalaman 32 tahun. “Kita selalu punya semangat bagaimana JNE bisa bermanfaat buat teman-teman UMKM. Sekarang di era teknologi yang begitu berkembang, JNE didukung 9 ribu jaringan di seluruh Indonesia. Apa yang menarik, sekarang antara penjual, produk, dan pembeli, semua tidak harus berkumpul di satu lokasi,” terangnya lagi.

UMKM-nya ada di Jakarta atau Palembang, produknya mungkin di Jawa, pembelinya ada di tempat lain. “JNE juga punya tagline Connecting Happiness, artinya kami ingin menghubungkan dan mengantar kebahagiaan. Kita terus berkomitmen membnatu siapa saja, teman-teman UMKM agar produk yang dihasilkan bisa penetrasi ke pasar yang lebih luas di  seluruh Indonesia bahkan luar negeri,” imbuhnya.

Sebagai perusahaan yang ikut menggerakan perekonomian, tentu JNE tak ingin hanya bermanfaat bagi organisasi, namun kepada semua pelaku UMKM. “Dengan doa dan ikhtiar, Insya Allah kita akan terus maju bangkit bersama untuk membuat ekonomi menjadi lebih baik lagi ke depan,” tandas Feriadi.

Ekonom Sumsel dari Universitas Tridinanti Palembang, Prof Sulbahri Madjir mengatakan keberadaan jasa ekspedisi sangat penting dalam menggerakan perekonomian dan mendukung bisnis online UMKM. “Pertama menghidupkan bisnis online, karena tanpa peran jasa ekspedisi tentu barang tak bisa diantar ke konsumen seantaro negeri. UMKM bisa menjangkau pasar lebih luas,” ujarnya, kemarin.

Kemudian efisiensi, UMKM tetap bisa jualan dan memenuhi pesanan konsumen tanpa harus membuka toko offline. “Akhirnya yang tumbuh tak hanya usaha besar, juga usaha kecil yang bisnisnya mungkin hanya dari rumah (home industry). Orang juga menjadi kreatif menghasilkan barang sekalipun ibu rumah tangga, karena bisa menjualnya via online dan mengirimnya lewat kurir. Tanpa butuh modal yang besar,” tuturnya.

Pelaku UMKM juga tidak mungkin mengantar barang sendiri, meskipun dalam kota karena perhitungan biaya transportasi dan resiko perjalanan. “Justru mengantar sendiri menjadi tidak efisien. Makanya ekosistem logistik berkontribusi besar menggerakan perekonomian UMKM yang kini menjadi penopang ekonomi nasional,” terangnya. Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) RI, UMKM di Indonesia telah mencapai 64,19 juta, dengan kontribusi bagi produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,97 persen atau senilai Rp8.500 triliun. (fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan