https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Banyak Truk Batubara Plat Luar, Tak Bayar Pajak di Sumsel, Picu Macet-ISPA

PLAT LUAR SUMSEL: Dari konvoi truk angkutan batu bara yang membuat kemacetan dan berdebu di Lahat, terlihat plat nopol luar Sumsel yang mendominasi. -FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS-

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Produksi batubara Sumsel mencapai 100 juta ton lebih per tahun. Terbanyak disumbang Kabupaten Lahat dan Muara Enim. Di balik keberhasilan itu, ada beberapa persoalan yang muncul dan mulai kembali jadi masalah publik.

Tanpa adanya jalur khusus, truk-truk batubara kembali melewati jalan umum. Padahal dalam aturan jelas, perusahaan tambang harus buat jalan khusus sendiri.Iring-iringan truk batubara menyebabkan kemacetan. Terutama sejak sore hingga malam dan dini hari

Debu batubara dan tanah berterbangan. Menyebabkan polusi. Jalan umum yang dilewati pun rusak, menganggu kenyamanan pengguna jalan lain. Mirisnya, banyak dari angkutan batubara ini masih plat nomor polisi (nopol) bukan BG. Bayar pajak di luar Sumsel.

Di Lahat misalnya, kondisi ini gambaran dari kawasan Merapi Barat dan Merapi Timur. "Kalau jalan malam cukup was-was, karena angkutan batubara yang begitu ramau. Biar terhindar dari kemacetan, lebih nyaman jalan siang atau pagi hari," ujar Dian warga Merapi Timur.

Untuk kerusakan jalan terpantau pada beberapa titik di jalan lintas Sumatera Lahat- Muara Enim. Sub Kordinator P2PM (Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular) Dinkes Lahat, Mulawarman SKM MKM mengatakan, banyak yang terkena ISPA di kawasan Merapi akibat debu.

“Debu menyebabkan penyakit saluran pernapasan,” ujarnya.  Kapolres Lahat AKBP God Parlasro Sinaga SIK melalui Kasat Lantas Iptu Dr Jhon Albert mengungkapkan, salah satu penyebab kemacetan yakni angkutan batubara. Seperti yang terjadi 8 Januari 2025 di kawasan Desa Banjar Sari, Kecamatan Merapi Timur.

BACA JUGA:Tol Sungai Sumsel Siap Dibangun, Investasi Rp2 Triliun untuk Transportasi Batubara Lebih Efisien

BACA JUGA:Produksi Batubara Sumsel Tembus 100 Juta Ton per Tahun, Lahat & Muara Enim Dominasi

Tiga truk angkutan batubara mengalami kerusakan teknis, pecah ban dan kerusakan mesin. Menyebabkan antrean panjang dan kemacetan yang berlangsung hingga pagi hari. Satlantas Polres Lahat bersama Kapolsek Merapi Barat, Iptu Chandra Kiarana SH MH melakukan pemetaan terhadap sejumlah titik rawan kemacetan dan masalah lalu lintas di wilayah tersebut. 

Diantaranya titik kemacetan yang sering terjadi yakni persimpangan tiga jalur yang menghubungkan PT BAU, PT MAS, dan PT BSR.  Lalu, di jalur keluar PT MIP yang menghubungkan Desa Muara Maung dengan Desa Merapi. Kemudian, jalan antara Desa Gunung Kembang dan Desa Prabu Menang, karena penyempitan badan jalan di atas jembatan.

Lalu, Desa Prabu Menang – Simpang jalur keluar PT GGB. Lokasi ini menjadi titik rawan kemacetan lainnya. Titik terakhir yang sering macet  taitu tikungan di Desa Merapi dan Desa Sirah Pulau. "Saat ini kita sudah membuat simulasi penanganan melalui CCTV Online untuk melihat situasi terkini dan kondisi real dilapangan. Ke depan akan kita lakukan pengembangan melalui aplikasi," ujar Iptu Jhon Albert 

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lahat,  M Dodi A Nasoha ST MSi menambahkan, sudah dilakukan pertemuan antara pemda, perusahaan batubara dan pihak transporter di wilayah Merapi Area.

Isi dari imbauan itu, pihak perusahaan melakukan pembersihan jalan dan diangkut menggunakan excavator mini atau grader mini. Debu yang berada di sepanjang jalan Merapi Area Agar dapat diangkut ke lahan tambang lagi yang dilaksanakan per 3 hari. 

BACA JUGA:Supir Ngantuk, Truk Batubara Tabrak Tiang Listrik, Ratusan Pelanggan PLN di Muba Mati Lampu

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan