Guru Hebat, Siswa Berprestasi: Nopianto Dukung Perubahan Sistem PPDB Demi Masa Depan Pendidikan
Anggota DPRD Sumsel saat reses, mereka mengunjungi SMAN 17 Palembang, dan berharap sekolah ini jadi harapan masa depan pendidikan unggul di Sumatera Selatan. Foto: evan zumarli/sumateraekspres.id--
SUMATERAEKSPRES.ID – Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 17 Palembang, yang dahulu dikenal sebagai salah satu sekolah unggulan di Sumatera Selatan, kini menghadapi tantangan akibat perubahan sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
Sistem PPDB yang mengatur tata cara penerimaan siswa membuat status SMAN 17 setara dengan sekolah-sekolah lainnya. Menurut Kepala Sekolah Puji Astuti, berdampak pada penurunan prestasi sekolah.
Dalam pertemuan dengan anggota DPRD Sumsel, Puji mengungkapkan harapan agar sekolah ini dapat kembali ke masa kejayaannya.
Puji, yang akrab disapa Pungki, menyampaikan dua usulan utama kepada anggota DPRD Sumsel dari daerah pemilihan (Dapil) 2 Palembang.
BACA JUGA:Reses Tahap 1 DPRD Sumsel di SMAN 5 Palembang: Dorong Pendidikan Berbasis Nilai Keagamaan
BACA JUGA:DPRD Sumsel Finalisasi Seleksi Komisi Informasi: Transparansi Publik Jadi Prioritas
Salah satu usulannya adalah agar SMAN 17 dapat kembali menerima siswa melalui jalur undangan dan prestasi.
Menurutnya, reputasi SMAN 17 telah diakui secara nasional dan dulu menjadi kebanggaan provinsi Sumsel.
“Tadinya SMAN 17 menjadi kebanggaan provinsi. Kini prestasi kami menurun karena adanya perubahan sistem PPDB. Kami berharap anggota DPRD Sumsel dapat membantu mengembalikan citra dan kualitas SMAN 17 seperti dulu,” ujar Puji.
Aspirasi ini disampaikan dalam reses yang dipimpin oleh Koordinator Dapil Palembang 2, Hj. Zaitun, SH, M.Kn., bersama beberapa anggota DPRD lainnya seperti H. Nopianto, S.Sos., MM., Zulkipli Kadir, H. Yansuri, HM Anwar Syadat, Fajar Febriansyah, ST., M.IKOM., dan Tamtama Tanjung. Selain isu PPDB, sejumlah masalah lain di SMAN 17 juga diangkat, termasuk:
Permohonan perbaikan masjid sekolah yang kubahnya rusak akibat angin puting beliung.
Drainase yang buruk, sehingga lapangan upacara sering tergenang air. Kerusakan jalan masuk sekolah, yang mempersulit akses siswa dan guru.
Payung hukum untuk komite sekolah, mengingat biaya operasional yang cukup besar.
Koordinator reses, Hj. Zaitun, menjelaskan bahwa reses ini bertujuan untuk menyerap aspirasi dari berbagai pihak di SMAN 17, termasuk kepala sekolah, guru, hingga siswa.