https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Kusta Bukan Kutukan

PALEMBANG- Antisipasi, mencegah dan menangulangi penyakit Kusta di Sumatera Selatan Selatan (Sumsel),  Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Goes to Campus sebagai wujud pengabdian masyarakat.

Menghadirkan pembicara, Kepala Dinas Kesehatan Sumsel, Dr. H. Trisnawarman, MKes, Sp.KKLP dengan materi kebijakan dan situasi Kusta di Sumsel. DR. Dr. Fifa Argentina, Sp.D.V.E., Subsp.D.T mengenai Deteksi Dini Kusta. DR. Dr. Rusmawardiana, Sp.D.V.E., Subsp.D.T., Stop Stigma sosial pada kusta, dan moderator Dr. Marselia Lirida Alkadri, Sp.D.V.E.

Ketua Perdoski Sumsel Dr. M. Izazi Hari Purwoko, Sp.D.V.E., Subsp. Ven, mengatakan, pada 2023 ini, PERDOSKI mencanangkan eleminasi kusta. Sebab,  Indonesia merupakan negara peringkat ke tiga terbanyak penderita kustanya setelah Brazil dan India."Jadi salah satu program yang dicanangkan untuk pengabdian masyarakat PERDOSKI Goes to Campus dengan tema External and Leprosy,"ujarnya di sela-sela acara kemarin.

Lanjut dia, program bertema "ACT Now, END Leprosy" ini menyasar  mahasiswa-mahasiswa yang menempuh studi di universitas dengan harapan bisa menyampaikan informasi tentang apa itu kusta, ciri-ciri kusta, cara penularan, cara pencegahannya dan bagaimana cara pengobatannya. "Sehingga diharapkan mahasiswa ini akan menyampaikan kepada masyarakat di lingkungannya, dengan harapan ini akan melibatkan masyarakat untuk ikut serta dalam mengeliminasi kusta itu sendiri,"katanya.

Dijelaskan, meski di Sumsel tidak begitu tinggi tapi dia mengimbau untuk tetap waspada karena ternyata di beberapa rumah sakit juga ada  kusta baru berarti belum hilang sama sekali."Kusta yang baru artinya kusta yang baru terdiagnosis dan ini memang menular tapi penularannya dalam waktu lama. Misalnya menular dari  orang-orang terdekat, kontak lama dan erat itu baru menular dan butuh waktu berbulan-bulan untuk terjadi penularan,"ujarnya.

BACA JUGA : Spesial Gulai Ikan Baung, Bisa Purchase Order

Menurutnya, kusta baru yaitu kusta yang baru terdiagnosis artinya belum mendapatkan obat apa pun. Sedangkan untuk penyakit kusta lama adalah pasien-pasien kusta yang sudah mendapatkan terapi, Namun harus tetap di follow up lagi bagaimana kondisinya. "Setelah beberapa lama di follow up baru nanti kembali ke masyarakat,"ulasnya.

Sementara, Dr. Nopriyati, Sp.D.V.E., Subsp. D.A.I. (Ketua Bagian DVE UNSRI) mengatakan, edukasi kepada masyarakat agar mengenal lebih dalam penyakit kusta sebagai penyakit infeksi yang masih ada di Indonesia khususnya di negara-negara berkembang. "Kebetulan Indonesia ranking nggak turun-turun jadi masih rangking tiga di dunia,"katanya.

Seperti yang telah dipaparkan kepala Dinas Kesehatan Sumsel segala upaya untuk pencarian  kemudian pengobatan. "Juga pencegahan pasien-pasien yang baru terutama pada pasien anak, pasien  yang ada juga pencegahan kecacatannya terus di upayakan,"katanya.

Lanjut dia,  upaya pencegahan hingga pengobatan kusta ternyata diperlukan kerjasama dari segala pihak terutama lintas sektoral." Kami dari FK UNSRI bagian pendidikan  ingin memperluas lagi pengenalan kusta serta pencegahan dan meminimalisir stigma kusta pada masyarakat itu dengan menggunakan jangkauan yang lebih luas, memberikan pendidikan dan seminar ini kepada mahasiswa khususnya mahasiswa kesehatan supaya masyarakat tidak lagi mengucilkan pasien-pasien kusta sehingga kasus mudah ditemukan dan diobati serta mencegah kecacatan,"paparnya.

Kemudian dia menjelaskan beberapa jenis penyakit kusta berdasarkan data badan kesehatan dunia (WHO)." Dari WHO penyakit kusta terbagi, yang kumannya banyak dengan kumannya sedikit kalau untuk yang lebih spesifik nya lagi ada lagi pembagiannya, ada 6 bagian lagi,"ujarnya.

Jika dilihat dari rentang usia penderita penyakit kusta dia mengatakan, pada umumnya banyak diderita usia dewasa karena penularan kusta antara 2 bulan sampai 20 tahun." Jadi lama sampai dia dari mulai kumannya masuk atau kontak di kulit sampai muncul kelainan yang bisa di deteksi dengan alat-alat laboratorium,"katanya

Kata dia, upaya pencegahan perlu dilakukan agar tidak tertular penyakit kusta. upaya pencegahan itu yakni harus mengenal lebih dulu jenis penyakit kusta." Kemudian menjag  imunitas tubuh dengan gizi yang baik, kemudian kesehatan lingkungan juga, kemudian apa bila ada kelainan kulit yang mencurigakan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan primer  puskesmas atau ke rumah sakit atau petugas kesehatan lainnya,"ujarnya.

Dijelaskanya, ciri-ciri  yang menandai seseorang tertular penyakit kusta yakni munculnya bercak putih." Itu tanda yang paling ringan, kemudian bercak merah mati rasa intinya mati rasa tidak ada rasa di kulit.

Selain itu dia mengatakan penyakit kusta yang diderita seseorang tidak ada hubungannya dengan faktor keturunan atau genetika." Tidak ada karena itu  penyakit infeksi,"katanya.

Senada, pemateri sekaligus ketua acara DR. Dr. Fifa Argentina, Sp.D.V.E., Subsp.D.T, dalam materinya mengenai Deteksi Dini Kusta mengatakan, kegiatan ini merupakan suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat. "Sasarannya kegiatannya ke mahasiswa jadi kita akan mengenalkan secara dini apa itu kusta,"ungkapnya

Menurutnya, kusta itu bukan penyakit kutukan, kusta itu adalah penyakit yang bisa disembuhkan dan semakin kita bisa mendeteksi dini pasien kusta semakin  cepat memberikan pengobatan maka kecacatan akan bisa dihindari. "Tentu saja kita harus mengenal gejala kusta, bagaimana pengobatannya,"katanya

Dia pun berpesan agar masyarakat jangan menstigma pasien kusta, karena pasien itu sendiri sudah sakit." Jangan karena kita dia semakin sakit disitu kita berperan untuk membantu mereka untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka dan perlakukan mereka seperti layaknya manusia biasa,"katanya.

Menurutnya, dampak dari penyakit  bisa menimbulkan kecacatan tingkat satu dan dua." Biasa dari matanya tidak bisa menutup, kemudian  ganguan saraf tepi, kaki bisa Semper atau tidak bisa bergerak kemudian kelemahan pada tangan dan kaki, ini sangat menggangu dalam aktivitas sehari-hari jadi jangan sampai kita menemukan lagi kecacatan tersebut sehingga mereka bisa beraktivitas kembali dan diterima kembali layaknya orang sehat seperti biasa,"pungkasnya. (nni/lia)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan