https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Transaksi Keuangan, Semua di Genggaman

--

M2U ID App Memacu Pangsa Pasar Syariah

PALEMBANG - Populasi penduduk muslim di Indonesia masih menjadi yang terbesar di dunia. Laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) mencatat jumlahnya mencapai 237,56 juta jiwa pada tahun 2022, setara 86,7 persen populasi dalam negeri atau 12,30 persen populasi muslim dunia sebanyak 1,93 miliar jiwa. Tapi ironi, walaupun penduduk muslimnya banyak, penggunaan produk perbankan syariah masih sangat rendah.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), market share (pangsa pasar) perbankan syariah di Indonesia baru sebesar 7,03 persen dengan total aset Rp744,68 triliun per Agustus 2022. Aset itu berasal dari 13 Bank Umum Syariah (BUS) yang berkontribusi 66,14 persen, 20 Unit Usaha Syariah (UUS) 31,39 persen, dan 166 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak 2,47 persen.

Pencapaian ini masih sangat jauh dibandingkan aset 107 bank umum Tanah Air yang mencapai Rp10.393 triliun dengan market share 93 persen. Demikian pula dibanding beberapa negara muslim lain di dunia, seperti pangsa pasar perbankan syariah di Timur Tengah yang sudah di atas 60 persen, Arab Saudi bahkan aset syariahnya mendominasi industri sebesar 79 persen, dan Malaysia 29 persen.

Setali tiga uang dengan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah nasional. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2019, tingkat literasi keuangan syariah baru mencapai 8,93 persen, lebih rendah dari tingkat literasi keuangan konvensional sebesar 37,72 persen. Sementara tingkat inklusi keuangan syariah juga hanya 9,10 persen, padahal inklusi keuangan konvensional sudah di level 75,28 persen.

BACA JUGA : Sehari Maksimal 60 Liter Solar

Tentu saja hal ini menjadi tantangan besar bagi Pemerintah maupun lembaga keuangan, khususnya perbankan syariah meningkatkan pangsa pasarnya di Indonesia, dengan memacu literasi dan inklusi keuangan syariah di masyarakat. Sehingga makin banyak masyarakat Indonesia aware dan mau menggunakan produk syariah.

Digitalisasi dapat menjadi window of opportunity dalam mempopulerkan produk syariah. Hal ini mengingat masyarakat sudah sangat dekat dengan teknologi dan perangkat digital. Sumber International Telecommunication Union, Newzoo, pengguna smartphone global telah mencapai 49 persen dan pengguna internet global 62 persen dari total penduduk.

Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase pengguna telepon genggam mencapai 65,87 persen dari total penduduk, sementara pengguna aktif internet 2022 diperkirakan sebanyak 210,6 juta orang.

Mayoritas pengguna internet di Indonesia memanfaatkannya untuk komunikasi (27 persen), media sosial (21 persen), hiburan (21 persen), browsing (11 persen), serta aktivitas lainnya seperti jual beli, e-travel, dan ride hailing (10 persen). Tak hanya untuk komunikasi dan gaya hidup, digitalisasi juga untuk menjalankan aktivitas ekonomi dan layanan publik pada sektor prioritas, seperti pendidikan, kesehatan, keuangan. Kondisi pandemi Covid-19 sebelumnya ikut mempercepat proses migrasi aktivitas digital.

Karena itu, seperti ucapan Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin bahwa pemanfaatan teknologi digital menjadi salah satu peluang sekaligus tantangan bagi kemajuan dan keuangan syariah ke depan. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi digital dalam perekonomian syariah, di antaranya mendorong digitalisasi perbankan dan fintech syariah, serta layanan pengelolaan dana pensiun syariah.

Apalagi ke depan, sektor digital diyakini menjadi tumpuan dan kekuatan ekonomi global di masa mendatang. Nilai aktivitasnya di Indonesia diproyeksi mencapai Rp22.513 triliun tahun 2045, dari posisi 2021 sebesar Rp1.490 triliun.

Jika kontribusi TIK (teknologi, informasi, dan komunikasi) terhadap PDB 2021 baru 6,12 persen, maka 2045 diperkirakan tembus 20,7 persen. Digitalisasi akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi ke depan, serta mengakselerasi Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Tren digitalisasi memang tak dapat dipungkiri. Dalam transaksi keuangan, transaksi digital (uang elektronik) oleh UMKM maupun industri di berbagai sektor, baik melalui e-money, e-wallet, online banking, QR code, atau QRIS sudah sangat besar.

Data Statistik Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) mencatat pada 2015 baru sebesar Rp5,28 triliun, kemudian naik di 2016 menjadi Rp7,06 triliun, 2017 Rp12,37 triliun, 2018 Rp47,2 triliun, dan 2019 Rp145,16 triliun. Di 2020 transaksi digital tembus Rp204,9 triliun, 2021 mencapai Rp305,06 triliun, dan 2022 sebesar Rp399,6 triliun.

Demikian pula transaksi e-commerce yang dicatat BI juga kian moncer. Tahun 2015 hanya US$ 2 miliar, lalu naik berlipat-lipat pada 2019 menjadi US$ 21 miliar, 2020 US$ 32 miliar, dan 2025 diproyeksi dapat tercapai US$ 83 miliar. Melesatnya transaksi digital maupun e-commerce cukup wajar seiring semakin mumpuninya infrastruktur digital, perangkat digital, dan aplikasi dibarengi migrasi masyarakat ke aktivitas digital.

Karena itu, untuk memperbesar pangsa pasar syariah di Indonesia, lembaga keuangan seperti bank syariah sangat urgent mengoptimalkan digitalisasi, baik itu menyediakan produk yang mengcover transaksi digital maupun e-commerce di masyarakat, pembayaran QRIS, tagihan, pembelian produk investasi syariah, layanan fintech syariah, dan lainnya. Semakin populer produk digital syariah, diharapkan semakin meningkatkan inklusi keuangan syariah dan market share-nya.

Misi membesarkan pangsa pasar syariah lewat digitalisasi ini pula yang dibawa oleh Unit Usaha Syariah (UUS) Maybank Indonesia. Maybank Syariah mendukung kegiatan perbankan nasabah berdasarkan prinsip syariah, salah satunya dalam penggunaan produk digital, baik itu Digital Banking M2U ID App Mobile Banking maupun Maybank2u Internet Banking, dan berbagai saluran lainnya. Melalui M2U ID App, calon nasabah bisa membuka rekening kapan pun dan dimana pun. 

Users cukup men-download M2U ID App Mobile Banking di Playstore atau App Store, tersedia pilihan Tabungan U (reguler) atau U iB (syariah). Siapkan e-KTP, foto diri terbaik, lengkapi seluruh data pengisian. Kartu Debit akan langsung dikirimkan ke alamat korespondensi dan segera aktivitasi melalui M2U ID App  jika Kartu Debit sudah diterima. Setelah informasi data lengkap dan tervalidasi, users bisa langsung menjadi nasabah dan memiliki Maybank Tabungan U atau U iB.

Hidup menjadi lebih nyaman dan praktis, karena dengan M2U ID App segala urusan transaksi keuangan menjadi lebih mudah. Mau belanja, bayar dimanapun tinggal scan QR dengan Maybank QR Pay, membeli Reksa Dana atau Asuransi juga mudah via genggaman, bahkan membayar tagihan bulanan seperti beli token atau bayar listrik, air, telepon, kartu kredit, handphone, pinjaman, asuransi, internet, dan lain sebagainya.

Dapatkan berbagai keuntungan, seperti bebas biaya transaksi tarik tunai di ATM bank lain hingga 30 kali transaksi dalam 1 bulan, bebas biaya transfer online ke bank lain hingga 10 kali transaksi per bulan per nasabah, serta bebas biaya admin per bulan. Dapatkan pula berbagai promo, seperti cashback Rp60 ribu hanya dengan melakukan pembayaran menggunakan Maybank QR Pay via M2U ID App, dan lainnya.

Berkat serba praktis dan mendukung life style masyarakat, khususnya untuk urusan transaksi keuangan, M2U ID App kini kian digemari. Makin banyak penggunanya, terutama yang buka Tabungan U iB secara digital, makin besar pula penetrasi Maybank Syariah. Saat ini di Playstore, M2U ID App sudah di-download users lebih dari 1 juta kali, dengan rating 3 plus dan bintang 3,8 dari 22 ribu ulasan.

Ribuan users itu pun memberikan banyak sambutan positif, seperti akun Arkana Ichwan menulis ulasan pada 25 Februari 2023. “Aplikasinya (M2U ID App, red) simpel dan mudah banget digunakan untuk melakukan transaksi apapun. Cocok untuk kita yang sering bertransaksi menggunakan mobile banking. Intinya fitur-fitur di aplikasi Maybank ini best banget.”

Demikian akun Kay Zr memberikan ulasan pada waktu yang sama. “Sebagai orang yang gak mau ribet, aku tuh suka banget sama aplikasi yang memudahkan untuk yang transaksi. Aplikasi ini sangat baik, memudahkan pembayaran, top up, transfer, dan lainnya.”

Sementara akun Swhy Official memuji aplikasi ini, “Praktis banget untuk pembukaan rekeningnya, gak perlu antri ke bank. Atmnya juga dikirim, sangat membantu sekali.”

Kini, respon pengguna yang baik membuat platform perbankan digital untuk nasabah ritel M2U itu terus mencatatkan peningkatan transaksi. Tahun 2022, kenaikannya mencapai 23,9 persen menjadi sekitar 17,9 juta transaksi, dibanding tahun sebelumnya 14,5 juta transaksi. Nilai transaksi M2U tumbuh 28,3 persen menjadi Rp98,41 triliun di tahun 2022, dari Rp76,69 triliun pada tahun sebelumnya, diikuti lebih dari 400 persen pertumbuhan akuisisi pelanggan baru melalui platform tersebut.

Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria menjelaskan bisnis UUS Maybank Indonesia secara aktif menerapkan strategi “Shariah First” dan Leveraged Model, dimana hal ini telah memainkan peran strategis dalam meningkatkan bisnis syariah.

“Mungkin kami salah satu yang pertama dari sedikit bank yang benar-benar menerapkan Leveraged Model. Ini sejalan dan satu semangat dengan Peraturan OJK (POJK) Nomor 28 Tahun 2019 tentang sinergi perbankan dalam satu kepemilikan,” kata Taswin dalam siaran Youtube Maybank Indonesia berjudul “Jurus Maybank Indonesia Dongkrak Bisnis Syariah di Era Digitalisasi”.

Intinya POJK itu memberikan keleluasaan bersinergi antara anak perusahaan syariah atau UUS dengan bank induknya (Maybank, red). “Karena UUS itu kan syariah window dari perbankan konvensional. Dalam Leveraged Model yang kami terapkan, UUS tidak lagi seperti anak tiri, tapi anak kandung layaknya unit-unit usaha lainnya dalam perbankan konvensional kami,” terangnya.

Sehingga, dengan status “anak kandung”, maka akses UUS terhadap infrastruktur, baik itu kantor cabang maupun digital sama. Ini yang memungkinkan pertumbuhan layanan digital syariah tumbuh pesat, karena basis digital banking di Maybank Indonesia cukup dikenal masyarakat. Seperti produk M2U itu, aplikasi ini sudah berjalan 3 tahun sejak diluncurkan 2019 lalu.

“Layanan digital M2U sangat baik dan lengkap, produk maupun ekosistem yang tersedia juga bisa diakses layanan syariah kami, bahkan ketersediaan ekosistem dan produk syariah dalam M2U digital cukup banyak dan terus kami lengkapi,” sebut Taswin.

Dikatakan, digital banking menjadi kunci Maybank menjembatani kanan dan kiri, yaitu nasabah beserta tujuan transaksi keuangannya, khususnya nasabah syariah. “Kebutuhan akan investasi, Reksa Dana berbasis syariah, perencanaan keuangan seperti kebutuhan untuk menabung persiapan naik haji, atau perencanaan pendidikan anak. Itu semua ada produk investasi atau tabungan syariahnya,” lanjutnya.

Begitupula kebutuhan payment nasabah, mau bayar listrik sehari-hari, layanan internet di rumah, bayar PBB, pembayaran berbasis QR Qode, semua bisa dilakukan di M2U ID App. “Transaksi itu semua juga dimungkinkan dalam bentuk syariahnya. Sinergi Leveraged Model ini akhirnya memberikan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan layanan perbankan syariah kami,” ungkap Taswin.

Terutama saat pandemi Covid-19 berlangsung kemarin, perbankan syariah justru tumbuh paling pesat ditopang digital banking yang menjembatani keterbatasan aktivitas. “Saya kira ke depan, layanan digital banking tetap menjadi ujung tombak, menjadi solusi terdepan, atau solusi utama bagi kita memberikan layanan kepada masyarakat, khususnya nasabah Maybank Indonesia,” tuturnya.

Komitmen Maybank Indonesia menggarap pangsa pasar syariah, terlihat dari porsi syariah Maybank UUS yang mencapai 25,68 persen dari total aset bankwide sebesar Rp154,483 triliun per kuartal ke-3 tahun 2022 atau mencapai Rp39,666 triliun.

Porsi syariah Maybank UUS menjadi yang tertinggi di Indonesia, dibandingkan aset UUS yang dimiliki oleh bank lain, bahkan melampaui porsi syariah Bank Umum Syariah yang ada. Posisi likuiditas juga lebih kuat akibat fokus mengenjot pendanaan murah, pertumbuhan CASA 37 persen (yoy).

Adapun keunggulan perbankan syariah yang dibawa oleh Maybank Syariah, yakni menganut prinsip dasar syariah, yaitu menghindari riba, menghindari gharar (ketidakjelasan), transparansi, keadilan, keberlanjutan, bank syariah tidak mengambil denda keterlambatan. Sementara solusi Maybank Syariah, meliputi sesuai dengan prinsip syariah, produk yang lengkap baik DPK, pembiayaan dan investasi, pricing yang kompetitif, praktis dan mudah, tersedia layanan digital, serta memiliki jaringan cabang yang luas.

Dukungan infrastruktur, layanan digital, maupun produk yang ada membuat Maybank UUS kian ekspansif dan membukukan kinerja keuangan yang tinggi. Tahun lalu laba operasional sebelum provisi UUS Maybank Indonesia, naik 13,1 persen menjadi Rp856 miliar.

Sepanjang 2022, UUS Maybank Indonesia juga meraih penghargaan sebagai peringkat ke-3 “Bank Digital Terbaik untuk Kategori UUS” dalam acara penghargaan Digital Brand 2022 ke-11 dari Infobank dan peringkat ke-3 “Green Financial Sustainability Terbaik 2022” pada acara BPKH Sustainable Banking Award 2022.

“Di tahun 2023, kami akan melanjutkan upaya transformasi untuk mengakselerasi kapabilitas digital SME, serta memperluas jangkauan layanan bank dengan memanfaatkan ekosistem digital. Di lain sisi, kami akan terus memperkuat produktivitas organisasi untuk meningkatkan ketangguhan, baik dari segi operasional maupun bisnis dalam meraih peluang pertumbuhan ke depan,” tandas Taswin dalam keterangannya.

Presiden Komisaris Maybank Indonesia, Dato’ Khairussaleh Ramli mengatakan Maybank Indonesia terus menunjukkan ketangguhan dan kemampuan dalam memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan di tengah situasi makro yang penuh tantangan. Kami optimis terhadap peluang pertumbuhan di Indonesia dan akan terus berupaya meraih peluang tersebut, serta di saat bersamaan, menyediakan layanan perbankan yang lebih baik bagi nasabah,” pungkasnya.

Pengamat Informasi dan Teknologi (IT) Sumatera Selatan dari Universitas MDP Palembang, Eka Puji Widiyanto menjelaskan negara maju bisa cepat meraih high income karena ditopang digitalisasi semua sektor. Mulai dari sektor primer, sekunder, bahkan tersier sudah memanfaatkan IT. Baik itu perdagangan, industri manufaktur, finansial, transportasi, dan lainnya.

“PDB (product domestic bruto) cepat terungkit karena juga ditopang digitalisasi, misalnya pada sektor keuangan. Digitalisasi produk syariah memacu aktivitas perekonomian masyarakat menggunakan produk keuangan syariah. Di antaranya penggunaan aplikasi mobile banking syariah untuk berbagai kebutuhan transaksi. Dari transfer, payment, hingga belanja menggunakan QRIS atau QR Pay,” bebernya.

Karenanya, lanjut Eka, komitmen perbankan syariah seperti UUS Maybank Indonesia menyediakan layanan digital produk syariah telah berkontribusi besar meningkatkan pangsa pasar syariah di Tanah Air. (fad)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan