Dari Ritual Tolak Bala, Kini Jadi Seni Budaya, Tampil di Acara Hajatan, Lestarikan Jaran Kepang
PERTUNJUKAN : Paguyuban Kesenian Trisno Budoyo menampilkan seni pertunjukan kuda lumping atau jaran kepang pada acara tasyakuran dan khitanan salah seorang warga di OKU.-foto: berry/sumeks-
Sanggalangit hanya bersedia menikah kalau calon suaminya mampu menciptakan kesenian yang belum pernah ada di tanah Jawa. Ternyata yang memenangkannya Prabu Klanasewandono. Untuk mengenang sayembara yang diadakan Dewi Sanggalangit dan pernikahannya dengan Klana Sewandana atau Pujangga Anom inilah masyarakat Kediri membuat kesenian jaranan yang disebut Jaranan Kediren. Sedangkan di Ponorogo muncul Reyog yang di dalamnya terdapat Jaran Kepang yang disebut Jathilan.
Trance atau kesurupan adalah hal yang sering terjadi selama pergelaran berlangsung. Pada umumnya, kesurupan terjadi setelah formasi tarian penunggang kuda yang pada awalnya lembut lalu berubah menjadi semakin liar mengikuti irama musik pengiring, perubahan ini biasanya diawali dengan suara lecutan ‘pecut’ atau cemeti yang meledak-ledak di udara, pada saat ini biasanya pemain tidak lagi menari dalam formasi kelompok. Masing-masing akan menari dengan liar sesuai kehendak hati dengan diiringi lantunan tabuhan gending dan lagu yang semakin memberi suasana magis dengan ditambah aroma kemenyan yang menyeruak di sekitarnya.