Anna Sosok yang Kuat dan Peduli Seni Budaya
BERDUKA CITA : Para kerabat mengungkapkan rasa berbela sungkawa di rumah sang maestro seni Sumsel, (Almh) Hj Anna Kumara binti Amantcik Rozak, kemarin. Pemilik Sanggar Anna Kumari ini menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (13/9) pukul 22.24 WIB saat dir--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Provinsi Sumsel kembali kehilangan putri terbaiknya yang telah puluhan tahun mengabdikan hidupnya untuk melestarikan seni budaya, khususnya di Kota Palembang.
Namanya, Hj Anna Kumari binti Amantcik Rozak, pendiri sekaligus pemilik Sanggar Anna Kumari. Dia menghembuskan nafas terakhirnya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Jumat (13/9), pukul 22.24 WIB.
BACA JUGA:Budaya Harus Dilestarikan
BACA JUGA:Lestarikan Koleksi Nusantara dan Naskun
Kabar duka yang menimpa saudara perempuan artis senior Anwar Fuadi itu pun menyebar luas di medsos. Banyak ucapan duka dari kerabat, teman, dan rekan sesama pelaku seni budaya di Palembang.
Mirza Indah Dewi, anak almarhumah Anna Kumari menjelaskan a ibunya meninggal karena sakit yang sudah dideritanya selama belasan tahun.
Ia mengungkapkan, banyak penyakit yang dialami sang maestro seni tersebut. Di antaranya Anemia Hemolitik yang mengharuskannya melakukan transfusi darah beberapa kali setahun, ada juga diabetes dan lupus.
Pada tahun 2019, ia sempat mengalami patah tulang, stroke, bahkan saat Pandemi Covid 19 juga sempat kena.
"Jadi memang banyak penyakit dialaminya, tapi luar biasa. Alhamdulillah, beliau punya semangat hidup yang tinggi, semangatnya tak bisa diukur, dan itu selalu buat ia bertahan, serta menjadi inspirasi untuk kami," kenangnya.
Kemudian sebelum meninggal, kondisi beliau sudah menurun, tidak mau makan lagi, akhirnya dibawa ke IGD RSMH Palembang.
"Lalu sekitar pukul 22.45 WIB, menghembuskan nafas terakhirnya. Rencana akan dimakamkan di TPU Telaga Swidak bakda Ashar hari ini (kemarin, red)," ujar anak kedua dari 4 bersaudara ini.
Menurutnya, ibunya merupakan sosok wanita yang kuat dan teguh dalam pendirian, terutama melestarikan seni budaya di Sumsel. "Kami semua 4 bersaudara 2 pria dan 2 wanita, dan semua didik oleh beliau sebagai pelaku seni," katanya.
Ia selalu berpesan baik kepada anak-anaknya dan seluruh murid-muridnya agar tidak henti melestarikan seni budaya yang ada di Palembang, Sumsel.
"Sejak tahun 1963 sanggar ini berdiri. Ia selalu berkata, walau zaman sudah modern, jangan pernah melupakan syair, pantun, andi andi, tarian dan budaya yang lainnya karena memang beliau sangat mencintai dunia budaya," tegasnya.