https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Timbul Cacar hingga Sebabkan Kelumpuhan

MARTAPURA - Peternak sapi di OKU Timur dipusingkan munculnya wabah lumpy skin disease (LSD). LSD ini yang menyerang  sapi  milik mereka. Gejala yang timbul berupa cacar di seluruh badan sapi. Bahkan tak jarang sapi tersebut  lumpuh akibat wabah ini. “Sapi saya sudah mati satu, baru hari ini (kemarin) saya  kubur. Karena dijual juga nggak laku lagi," kata Inah, pemilik sapi di Kecamatan Belitang Madang Raya  Inah.

Inah mengatakan, ada tiga ekor sapi miliknya yang terkena wabah LSD. “Dua ekor  masih bisa sehat, kami sudah berupaya keras sapi ini tidak sampai lumpuh. Kalau lumpuh artinya wabah tersebut sudah parah dan bisa menyebabakan kematian,’’ ujarnya.

Dikatakannya, mantri hewan sudah melakukan pemeriksaan terhadap ternak sapinya. Serangan penyakit ini cukup mendadak. Pasalnya ternak sapi miliknya selama ini sehat-sehat saja. ‘’Kemarin masih sehat-sehat, tapi  hari ini begitu lumpuh langsung mati," katanya.

Sementara Bari, warga Desa Jatimulyo, mengatakan tiga ekor sapinya juga terkena wabah penyakit tersebut.  Seluruh badan sapi memiliki banyak bentolan seperti cacar. Jika sudah pecah akan menghitam. “Agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan, akhirnya sapinya disuntik biar tak sampai mati.

Kejadian ini, paparnya baru terjadi satu bulan terakhir ini. Bahkan sapi miliknya baru kali satu kali disuntik. “Satu ekor sapi sekali suntik itu Rp100 ribu, kalau 3 ya 300 ribu, makanya saya berharap sapi saya tidak mati seperti sapi tetangga," ujarnya.

Sementara Kadiskannak OKU Timur Yuniharyanto SST membenarkan jika ada virus LSD yang menyerang  ternak  di OKU Timur. Namun untuk saat ini sudah  mulai berkurang.  "Virus dibawa serangga seperti nyamuk,"kata Yuni.

Selain itu, kandang yang kotor juga bisa menjadi penyebab munculnya virus ini. Sehingga pihaknya sudah melakukan penyemprotan kandang sapi milik  peternak di OKU Timur.  "Jika ada kasus seperti ini, kita meminta pemilik proaktif untuk melaporkanya, jangan sudah parah kondisi sapinya, baru dilaporkan,"tandasnya.

Terkait pemilik sapi harus bayar ketika sapinya disuntik, Yuni menjelaskan ketersediaan obat untuk sapi saat ini belum ada. Karenanya, mantri berinisiatif membeli obat sendiri. “Wajar kalau bayar, karena obatnya mereka beli sendiri, kalau dari APBD, baru pertengahan bulan ini pengadaanya," katanya. (sal)

Tag
Share