Bersiap, Mei Mulai Kemarau

*Akan Gelar Apel Nasional Karhutla di Sumsel

PALEMBANG - Penanganan bencana yang berpotensi melanda Sumsel di tahun ini dibahas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel. Melibatkan OPD dan stakeholder terkait.

Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) bertempat di Ballroom Hotel Novotel Palembang, Rabu (8/3). "Ini merupakan bentuk dan upaya kita dalam penanganan bencana yang mungkin akan melanda Sumsel tahun ini,” kata Kepala BPBD Sumsel, H Iriansyah SSos SKM MKes.

Dengan meningkatkan koordinasi, masyarakat yang terdampak bencana bisa mendapatkan dukungan, bantuan serta pelayanan cepat dan baik dari pihak-pihak terkait. "Ini bukan hanya tanggung jawab BPBD, tapi kita semua yang berkecimpung dalam bidang penanggulangan bencana, " bebernya.

Dia menambahkan, seluruh wilayah Sumsel mempunyai potensi bencana. Baik itu banjir karena hujan, kekeringan, longsor serta kebakaran hutan. Juga angin putting beliung. Jelang kemarau, mulai dilakukan antisipasi bencana asap dengan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada tahun ini. BACA JUGA : Tips Menghindari Highway Hypnosis Saat Berkendara di Jalan Tol

BPBD Sumsel sudah melakukan berbagai upaya. "Kita melakukan pelatihan bersama penanggulanagan karhutla dengan jajaran TNI, Polri, Manggala Agni, dan menetapkan status siaga lebih awal," jelas Iriansyah. Berdasarkan informasi dari BMKG, untuk kemarau akan melanda Sumsel mulai Mei mendatang. Puncaknya Juli, Agustus, dan September

"Inilah yang kita antisipasi. Akan digelar apel nasional di Sumsel untuk persiapan menghadapi karhutla tahun ini,” tambah dia. Sementara untuk posko, sudah diinformasikan kepada seluruh instansi di daerah, BPBD dan perusahaan perkebunan agar menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dan peralatan.

"Wilayah rawan terjadi karhutla selain gambut dan hutan adalah perkebunan. Jadi dengan siaga lebih awal bisa meminimalisir terjadinya karhutla, " Jelasnya.

Saat ini, belum banyak terpantau titik panas (hotspot). Tapi setelah masuk kemarau, apalagi pada puncaknya, dipastikan jumlah dan sebaran hotspot meningkat.

Sebagai gambaran, sepanjang 2022 lalu, di Sumsel terjadi 41 kali banjir, sekali banjir bandang, 46 kali kebakaran, 30 kali angin puting beliung, 7 kali tanah longsor, dan 3 kali kecelakaan perahu motor. BACA JUGA : Ini dia Syarat Wajib Shalat yang Harus Kalian Ketahui Sebagai Seorang Muslim

Dampaknya, sebanyak 8.537 rumah terendam, 150 rumah rusak berat, 46 rumah rusak sedang, 623 rumah rusak ringan, 11 rumah roboh/hanyut, 192 rumah terbakar, 2 jembatan rusak, 3 jembatan gantung putus. Belum lagi berbagai kerusakan lainnya. Korban menderita 18.116 kepala keluarga atau 21.297 jiwa, korban meninggal 6 Jiwa.

Sedangkan jumlah hotspot sepanjang 2022 tercatat 2.312 titik. Luas lahan mineral terbakar 3.525 hektare dan luas lahan gambut yang terbakar 43 Hektare.

Sekretaris Daerah (Sekda) Sumsel, SA Supriyono, mengatakan, potensi bencana tentu saja akan terus ada. Karenanya, BPBD dan stakeholder terkait bisa melakukan penguatan koordinasi dan konsolidasi dalam menghadapi bencana. "BPBD tentu sudah sangat paham. Kita harapkan bencana yang terjadi bisa ditangulangi dengan baik dan terencana," pungkasnya. (nsw)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan