Dua Nasihat Untuk Pergaulan
Oleh: Dr H Syarif Husain SAg MSi Dosen/Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Palembang--
Mereka adalah kelompok ulama yang serius memikirkan tentang akhlak, adab, dan perilaku. Baik perilaku bagi dirinya sendiri dan perilaku bagi orang lain.
Hati mereka memancarkan cahaya Ilahi, nilai-nilai kebenaran memancar dari qalbu yang sudah dicelup dengan sifat Allah Swt.
Adapun ulama yang mampu dan sanggup menguasai kedua-duanya adalah disebut dengan al-Kubara’i. Ulama yang rasikh (ulama yang cerdas), ulama yang mumpuni dan menguasai dua kategori ilmu sekaligus.
Kedua, agar kita menemukan kebahagian hidup yang hakiki, hendaknya kita mendengarkan nasihatnya para hukama, yaitu orang-orang yang bijak.
Mereka adalah orang-orang yang sudah dekat dengan Allah. Bahkan kedekatan mereka dengan Allah disebut Ahlullah, sehingga apabila kita bergaul dengan mereka, akan terlahir dan terbentuknya kematangan jiwa seseorang.
Orang bijak pun berujar: Kerlingan mata para hukama bermanfaat dari ucapan-ucapannya. Sehingga kerlingat matanya saja bermanfaat apatah lagi ucapan dan nasihat-nasihatnya.
Betapa agung dan mulianya bergaul dengan para ulama dan hukama. Sehingga Allah menegaskan dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat ke 69: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Ankabuut: 69).
Orang-orang yang disibukkan hari-harinya dengan sesuatu kegiatan yang berdampak besar dalam hidup dan kehidupannya, yaitu menyibukkan diri bersama ilmu, dan bersahabat dengan orang yang menyampaikan ilmu, bersama para ulama dan senantiasa mendengarkan nasihat orang yang bijak (hukama).
Yakinlah bahwa kita akan mendapati sebuah jiwa yang selalu disibukkan dengan ilmu dan kebijakan. Selanjutnya akan menjadi sebuah keniscayaan bahwa hasil capaiannya adalah akan menjadi tabi’at dalam aktivitas keseharian kita.
Janganlah kita menjadi manusia sebaliknya, ia menapaki kehidupannya jauh dari ulama dan tak mau dekat dengan hukama. Janganlah kita menjadi manusia yang seperti digambarkan Rasulullah Saw: Akan datang suatu masa, saat itu umatku lari dari para ulama dan fuqaha.
Lalu Allah menimpakan kepada mereka cobaan berupa tiga macam musibah. Pertama, Allah akan mencabut keberkahan rezeki mereka.
BACA JUGA:Kompleksitas Nilai Suci Agama Perspektif Multidisiplin
BACA JUGA:Tauhid dan Kepedulian untuk Meneladani Kepemimpinan Nabi Ibrahim AS
Kedua, Allah akan ngkat penguasa zalim untuk mereka. Ketiga, mereka akan keluar dari kehidupan dunia (mati) tanpa membawa iman. Na’udzubillah.
Semoga kita terhindar dari ancaman Allah tertsebut. Dekat- dekatlah dengan mereka (para ulama) dan sering-seringlah minta saran, nasihat dan pendapat para hukama serta dekat-dekatlah dengan majelis-majelis mereka, tempat kajian-kajian ilmu yang mereka ajarkan kepada kita. Pasti keberkahan Allah akan menyertai kita. (*)