Belajar dari Orang Tionghoa, Kirim Pempek sampai Bali
EKSIS : Keberadaan Kedai Pempek 775 sudah sekitar 38 tahun di Palembang dan hingga kini kedai ini tetap eksis serta diminati oleh para pelanggannya.-foto: ardila/sumeks-
Kedai Pempek 755, Mitra KUR BSB yang Bertahan dan Eksis sejak 1986
SUMATERAEKSPRES.ID - Tak banyak usaha yang bertahan puluhan tahun, namun tidak bagi Pempek 775. Meski sudah berdiri 38 tahun, kedai pempek ini tetap eksis hingga sekarang dan tetap diminati. Seperti apa kiat suksesnya
Ardila Wahyuni - PALEMBANG
KEDAI Pempek 775 berada di Jl KH Wahid Hasyim, Kecamatan Seberang Ulu I. Dari depan tampak sederhana, namun banyak kurir pesanan online silih berganti keluar masuk kedai tersebut. Begitupun makan di tempat, cukup ramai orang makan di sana. "Silakan masuk, mau pesan apa," kata Wardiah, pemilik Kedai Pempek 755.
Wardiah menceritakan kedai ini berdiri sejak 1986. Kala itu pempek baru mulai dikenal orang-orang Tionghoa. Saat itu, orang Tionghoa di kawasan 10 Ulu, merupakan kawasan yang dianggap paling populer saat itu soal urusan pempek, bahkan sangat legendaris dengan pempek keranjang. "Saya salah satu perintis pempek di masa itu, atau sekitar tahun 1982 belajar membuat pempek langsung dari orang-orang Tionghoa," kata dia.
Wardiah menuturkan mereka hanya menjual pempek 100 persen murni dari olahan ikan gabus yang segar. Ciri-cirinya, tekstur pempek empuk saat dikunyah, putih nyaris bening, dan tidak ada bau seperti kebanyakan pempek menggunakan jenis ikan lain.
BACA JUGA:Pacu Dunia Bisnis di Palembang, Oxygen.id Bakal Terus Tingkatkan Layanan di Kota Pempek
Bahkan, kata dia, tidak sedikit orang yang percaya kandungan ikan gabus cukup baik untuk kesehatan, sehingga menjadi salah satu pilihan untuk bahan olahan utama beragam kuliner. “Prinsipnya kalau hari itu tidak ada bahan baku yang sesuai, misal ikan gabus kosong, atau kurang fresh atau tidak masuk standar kami, kami pilih tidak jualan,” kata Wardiah.
Wardiah tidak menampik, tidak sedikit pelaku usaha pempek yang terkadang mencampur olahan ikan demi produksi besar, bahkan menggadaikan cita rasa yang ditawarkan demi cuan.
Pempek 755 tetap menjalankan usaha dengan sewajarnya semaksimal mungkin mempertahankan kualitas rasa sejak 1986. Tahun pertama kali buka kedai di Kertapati. Wardiah dan keluarga besar percaya bahwa mereka tidak sekedar buka usaha lalu cari untung sebesar-besarnya, lebih dari itu mereka ingin konsisten membangun bisnis dan tidak ingin mengecewakan pelanggan.
BACA JUGA:Bank Sumsel Babel Serahkan Bantuan kepada UMKM Pempek Tanggo Rajo Cindo
Apalagi, kata dia, mereka yang sudah lama berlangganan hingga kini tetap memesan pempek meski sudah tinggal di luar kota. Bahkan ada pula yang sengaja kembali ke kedai hanya karena rindu icip-icip rasa Pempek 755. “Angka 755 itu diambil dari tiga angka terakhir nomor telepon dan kode area yang sudah lama tidak aktif, pelanggan lama tahu angka itu,” tambah Siti Mastura, anak ketiga Wardiah.