https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Kisah Nadiva Garden yang Survive Berkat ‘Energi’ dari JNE

AGLONEMA: Anggi Herry, pemilik Nadiva Garden menunjukkan koleksi bunga aglonema di depotnya di Jl Sapta Marga, Jumat (26/7). Bunga itu dijual mulai Rp125 ribu hingga Rp175 ribu per pot bunga. -Foto : Rendi/Sumeks -

Sejak pandemi Covid-19 hingga saat ini, Nadiva Garden tak hanya menjual aglonema langsung ke konsumen, juga merambah pasar online. “Kalau mengandalkan penjualan di depot saja susah. Kadang ada pengunjung, kadang tidak ada sama sekali. Yang masih suka membeli itu orang-orang tertentu yang gemar aglonema. Pernah pula ibu Gubernur, ibu-ibu PKK, Pemda ke sini belanja bunga,” tuturnya. 

Dikatakan, Anggi biasanya promosi melalui Instagram (IG) @tanaman_aglonema untuk gaet pembeli. Bahkan sejak 2 tahun terakhir, ia rela live IG mengingat banyaknya permintaan pelanggan. “Konsumen sekarang takut penipuan di media sosial, soalnya sering kejadian. Sudah bayar, barang tidak dikirim atau tidak sesuai. Jadi mereka mau lihat langsung barangnya secara live,” lanjutnya.

Tapi ini lumayan mendongkrak omset harian Nadiva Garden. Cuma pesanan mayoritas dari luar kota seperti Aceh, Medan, Pekanbaru, Bangka, Jakarta, Jawa Timur, Sulawesi, Kalimantan, sampai Papua. Mau antar sendiri tidak mungkin, makanya ia bergantung sekali jasa kurir untuk urusan mengantar bunga ke seluruh Nusantara.

BACA JUGA:JNE “Ngajak Online” 2023 Goll..AborasiCreativolution Kota Palembang Kupas Strategi UKM Sukses

BACA JUGA:Ganti Pimpinan, Perseteruan JNE Palembang dan Konsumen Berujung Damai

“Contoh paket aglonema ini mau saya kirim ke pelanggan di Jember sebentar lagi via kurir JNE,” tunjuk Anggi ke bunga-bunga yang telah ia kemas rapi. Ia tak perlu repot mengantarnya ke loket JNE sebab sudah ada kurir siap datang ke Nadiva Garden mengambil paket. Dikatakan, fasilitas pengambilan paket ini ia dapatkan setelah menjadi mitra JNE sejak 2021 silam.

Setiap hari ada tiga kurir JNE stand by menjemput barang. Mereka dibagi tiga shift, jadi Anggi tinggal menyesuaikan kapan aglonema selesai di-packing dengan shift kurir yang bekerja saat itu. “Jika paketnya siap pagi, saya hubungi Suraji. Jika siang ada Dadang, lalu malam ada Dirgo. Saya bisa kirim barang kapan pun, sampai jam 10 malam, sesuai pesanan konsumen,” imbuhnya.  

Bagi Anggi ketepatan waktu pengiriman dan sampainya barang meningkatkan kepercayaan pelanggan. Biasanya ia atau customer-nya mengambil layanan Reguler atau YES (Yakin Esok Sampai) yang satu hari sampai. Misalnya ke Bali itu meski jauh rata-rata 3 hari sampai, Kalimantan atau Papua paling lambat 7 hari, dan seterusnya. 

Selama ini tidak ada pelanggan komen aglonema telat diantar JNE. Semuanya sampai sesuai jadwal pengiriman. “Dulu sempat ada pelanggan dari Surabaya nggak sabaran, baru 2 hari chat kok barang belum sampai-sampai. Padahal jadwalnya sudah pas 3 hari, tapi saya bantu. Saya hubungi orang JNE minta lacak. Akhirnya hari itu juga pengiriman paket pelanggan dipercepat dan diantar ke alamat tujuan,” cetus Anggi. 

Diakuinya JNE sangat bertanggung jawab. Jasa ekspedisi ini menjamin barang aman selama perjalanan dan siap memberi ganti rugi jika barang rusak atau hilang. “Tapi alhamdulillah selama 4 tahun bermitra tidak pernah kejadian. Jika tidak ada jaminan saya yang repot, nanti barang rusak di kurir saya yang ganti,” imbuhnya.

Apalagi ia punya pengalaman, sebelum memakai JNE sempat menggunakan ekspedisi lain. Customer sering komplain paket tidak sampai-sampai. Pernah pula kirim ke Kepulauan Riau, pas paket sampai ke konsumen aglonema hancur seperti kerupuk. “Pelanggan komplain ke saya, ya terpaksa saya ganti,” bebernya. Anggi sendiri tak repot mengecek ongkos kirim (ongkir) ke loket JNE, ada aplikasi My JNE yang bisa diinstal di Play Store. Ia bisa langsung tahu via HP. 

Sebelum mengirim barang, semua paket aglonema dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan Antar Area dari Balai Karantina Pertanian. “Tanaman wajib memiliki sertifikat kesehatan dan biasanya ada pemeriksaaan surat menyurat aglonema di bandara. Surat ini saya urus sendiri ke Balai Karantina,” cetusnya. Lantaran cukup repot, Anggi menetapkan batas pembelian online minimal Rp500 ribu. Biasanya satu kilogram muat 5-6 bunga plus pot kecil.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan