PT Bukit Asam (PTBA) terus mempersiapkan Kota Tanjung Enim sebagai kota wisata. Salah sati halnya yakni dengan melaksanakan seminar sam focus group discusion di gedung serbaguna lantai 4 kantor PT Bukit Asam, sabtu (4/3).

Ketua Pelaksana, Yuhendri Wisra mengatakan kebudayaan dan kearifan lokal masyarakat adalah unsur utama dalam mengembangkan kota wisaya yang memiliki karakter dan ciri khusus. "Itulah mengapa destinasi wisata yang berasas kebudayaan tidak lekang oleh zaman, wisata berbasis masyarakat yang menempatkan kebudayaan dan kearifan lokal adalah sebuah konsep dimana masyarakat diajak untuk menjadi motor penggerak dan penentu kearah mana  pariwisata ini," ujarnya.

Untuk mewujudkan itu maka dilaksanakan seminar dan FGD untuk mengembangkan budaya dan kearifan lokal, dengan narasumber unsur pemerintahan, akademisi, dan praktiso budaya di Sumsel. "Kita membahas masalah strategis seperti kebijakan dan nanti kita juga akan melatih kemandirian masyarkat  potensi lokal agar bisa bersaing di level yang lebih tinggi," tegasnya.

Beberapa pengisi seminar dan fgd ini yakni Suryo Eko Hadianto yang merupakan pencetus tanjung enim kota wisata, Aufa Syahrizal Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sumsel, Kusen Alipah (antropolog) Paramiswari (kepala bidang pembersayaan usaha mikro Dinas Koperasi UKM palembang) dan Ahmad Raphani (budayawan sumsel).

Direktur Operasi dan Produksi PTBA, Suhedi mengatakan tambang tidak selamanya ada, apalagi ada emisi karbon artinya kalau habis maka tanjung enim akan menjadi kota mati. "Jadi PTBA ingin kalau tambang sudah habis tanjung enim tetap hidup dengan pariwisata," terangnya.

Oleh karena itu bagaimana menciptakan suatu yang pas sesuai dengan kebudayaan, seperti tarian, kuliner dan masyarakat yang ramah. Masyarakat harus memberikan opini positif tentang tanjung enim. "Itulah kenapa pariwisata itu berbasis kebudayaan, karena membangun itu gampang, tapi bagaimana itu bisa kita tawarkan dan pelihara," tukasnya.