Bidar: Tradisi Abadi Masyarakat Sumsel di Sungai Musi, Warisan dari Sriwijaya

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID  - Ri buan massa di pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) untuk menyaksikan lomba perahu bidar yang diselenggarakan di sungai Musi.

Bidar merupakan tradisi tahunan ini memang sudah lama dinantikan oleh masyarakat, terutama yang tinggal di tepian Sungai Musi.

Biasanya penyelenggaraan Bidar ini sendiri akan berkaitan dengan hari besar Bangsa Indonesia yakni 17 Agustus.

Meski terik matahari cukup panas, semangat masyarakat untuk menyaksikan lomba bidar tetap tinggi.

Perahu hias yang sudah menjadi tradisi turun temurun juga ikut meramaikan acara.

BACA JUGA:Alex Ajak Warga Siring Agung Galakkan Gotong Royong Cegah Banjir, Ini Katanya!

BACA JUGA:Panjat Pinang: Warisan Budaya Tak Benda yang Memupuk Kebersamaan, Tradisi Unik dalam Perayaan Kemerdekaan RI

Peserta dari berbagai lingkungan, baik dinas, swasta, maupun BUMD, berpartisipasi dalam lomba ini. Kegiatan ini tidak hanya memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya khas Palembang serta Sumatera Selatan kepada masyarakat dan wisatawan.

Bidar adalah salah satu warisan budaya dari Palembang, Sumatera Selatan, yang sangat erat kaitannya dengan Sungai Musi.

Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Palembang dan menjadi simbol kebanggaan lokal. 

Bidar berawal dari tradisi perahu balap yang telah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Pada masa itu, Sungai Musi merupakan jalur transportasi utama dan pusat kegiatan ekonomi serta sosial.

Perahu-perahu yang digunakan untuk balap bidar adalah perahu tradisional yang dibuat dengan keterampilan tangan dari para pengrajin lokal.

Balap bidar biasanya diadakan untuk merayakan hari-hari besar dan acara-acara khusus seperti HUT Kota Palembang dan perayaan hari kemerdekaan Indonesia.

BACA JUGA:Sekda Palembang Instruksikan Pembayaran Gaji ke-13 ASN Tepat Waktu, Kni Penegasannya!