https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Kisah Gua Putri dan Putri Yang Disumpah Sipahit Lidah

Wisata Gua Putri di Kabupaten OKU. Foto:Ist/Sumateraekspres.id--

BACA JUGA:Alhamdulillah, 312 Warga Rutan Kelas IIB Baturaja Terima Remisi Lebaran, Ini Harapannya!

BACA JUGA:Fenomena Meningkatnya Aktivitas Pengemis dan Anak Punk Jelang Lebaran di Baturaja OKU, Kok Bisa?


Ketika tegur sapanya kembali tidak mendapatkan jawabannya, perasaan si pengembara merasa tersinggung. Dia sudah berusaha untuk bertutur sapa dengan lembut dan sopan. Sebagai seorang laki laki, si pengembara merasa begitu terhina, karena berulang kali telah menyapa sang gadis tetap tak bersuara. Alangkah sombong sang gadis di pikirannya.

Angkara murka bertahta dihatinya. Amarah pun membakar jiwa. Suara si pembara pun terdengar lantang dan makin keras.
“ Kau cantik dan membisu….! hatimu dingin membeku…! tubuhmu kaku laksana patung batu!! ”. Bentak si pengembara dengan garang, sambil bertolak pinggang dengan geramnya.
Seketika petir menggelegar dihati yang cerah itu. Gelap sesaat suasana disekitar Tepian Sungai Ogan.

Putri Dayang Merindu merasakan ada sesuatu keanehan pada dirinya, getaran panas menjalat di sekujur tubuhnya.

Saat itu Putri Dayang Merindu merasakan seluruh tubuhnya kaku dan sulit digerakkan. Masih terngiang ngiang ditelinga Putri Dayang Merindu perkataan si pengembara. “ Batu…Batu…Batu! ”.

Kemudian lenyap tak terdengar lagi. Perlahan Putri Dayang Merindu merasakan adanya perubahan di dirinya, tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.
Alam tembangkan kidung nestapa. Dahan dan ranting bisu.

Tidak lagi kicau burung terdengar, hanya gemercik air sungai mengalunkan suara bunyi. Semua diam dan membisu hanya keheningan yang ada. Dalam sekejap wujud jelita perlahan berganti rupa menjadi batu.

Si pengembara tersentak dan menarik nafas dalam-dalam. Takkala angkara murka mulai meredam di dada. Dia merasakan keterkejutan yang luar biasa, menyaksikan wujud jelita sang gadis berubah menjadi batu. Ada terselip rasa penyesalan yang mendalam direlung hatinya.

Sementara itu, di istana. Raja Balian menjadi gelisah dengan belum pulangnya sang putri.

Sementara itu, tak di sangka si pengembara telah sampai di pangkal Dusun Padang Bindu. Dia menghentikan langkah kakinya. Dengan sorot mata yang tajam dan liar, si pengembara memandang keadaan sekitarnya, rumah-rumah tertutup rapat dan jalan tampak lengang. Seperti tidak ada kehidupan. Perasaan ingin tahu dan penasaran si pengembara melanjutkan langkah kakinya.

Sampai di tengan dusun. Langkah si pengembara terhenti. Pandangan matanya tertuju pada bangunan besar yang kokoh dan megah. Arsitektur bangunan itu sungguh sangat indah, begitu juga ornamen dan relief yang terpahat menghiasai hampir memenuhi seluruh bangunan.

 Sejenak si pengembara terpaku, dia berdecak kagum pada apa yang dilihatnya. Baru kali ini dia di tempat yang makmur dan kaya. Ada sesuatu kejanggalan yang membuat si pengembara heran. Mengapa dusun ini sunyi seperti tidak berpenghuni. Hasrat hati untuk mampir sebentar sekedar melepaskan lelah dari perjalanan panjangnya, ternyata tidak seperti apa yang dia harapkan.

Kesunyian dan kesepian yang merata membuat hatinya kesal bercampur marah, apalagi peristiwa yang baru saja terjadi di tepian sungai terlintas kembali. Api amarah dan kesal kembali membawa membakar nuraninya, sehingga apa yang terpendam tidak dapat lagi di bendung.

“Apakah ini perkampungan? Bila ini perkampungan, mana? Dan dimana penghuninya…? ”. Si pengembara bergumam dengan wajah memerah, dia memandang suasana sekitarnya. Sapaan kerasnya tidak mendapat jawaban.

“ Hoiiii penghuni kampung…! Dimana kalian…? Kalian tahu ini bukan kampung….! tetapi lebih pantas di sebut Goa… Batu…..! ”. Suara geram dan kesal bergema membentur lemah dan lereng bebukitan, maka peristiwa dipinggir sungai terulang kembali.

Petir menggelegar dengan sangat dahsyatnya sembung menyambung, seluruh dusun tertutup gelap yang sangat pekat dan kelam, sungguh mencekam dan mengerikan….! tidak berselang lama, semua yang terjadi usai sudah. prahara menakutkan kini telah berlalu hanya meninggalkan sebentuk keheningan yang mencekam. matahari enggan menampakan diri, Tiara lagi nyanyian merdu menghiasi kehidupan. semua hilang lenyap dan musnah, sirna terkubur rnestapa nan pedih.

Indahnya perkampungan telah tiada, tinggal Goa Batu yang menjelma. Dingin dan kaku serta menakutkan.
Demikianlah legenda Putri Dayang Merindu, yang tidak dipisahkan dengan cerita asal mula terjadinya Goa Putri. Legenda ini sampai sekarang masih tetep hidup dan di ceritakan turun temurun di kalangan masyarakat Padang Bindu.

Di tengah Sungai Ogan dapat kita lihat ada batu yang dipercaya jelmaan Putri Dayang Merindu, akibat kutukan Si Pahit Lidah. sedangkan perkampungan menjelma menjadi Goa Batu yang disebut Goa Putri. Sampai sekarang masih dapat disaksikan Batu Putri Dan Goa Putri kini menjadi salah satu objek wisata yang unik dan menarik di Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan