Tak Malu Jualan Sambil Sekolah-Kuliah, Rajin Kirimi Ortu Uang

BANGGAKAN KELUARGA: Keluarga Kurnia Saleh di rumah mereka di Kota Prabumulih, kemarin.-foto: ist-

BACA JUGA:Permendagri 134 Tahun 2002 Digugat Judicial Review ke Mahkamah Agung, Pemkot Palembang Diminta Peka dengan Kep

Menyambangi rumahnya yang ada di halaman SMK PGRI Kelurahan Prabujaya, Kecamatan Prabumulih Timur, Kota Prabumulih, koran ini bertemu orang tua Kurnia Saleh. Mereka tinggal dengan adik Kurnia Saleh yang bernama Naifah Ramadhani, saat ini masih duduk di kelas 5 SD. "Baru sekitar 2 bulanan Abang pulang, waktu lebaran Idul Fitri," tutur Naifa.

Masuk ke dalam rumah yang masih berdinding kayu dan beralaskan semen, wartawan koran ini disuguhi pemandangan deretan piala dan piagam dipajang di lemari kaca. Lengkap dengan foto-foto wisuda dan kegiatan kampus Kurnia Saleh. Semua ditempel di dinding rumah.

"Alhamdulillah, kami menonton Saleh dari TV rusak dan bergaris-garis di rumah ini. Dia dinyatakan sebagai ahli termuda yang masih berusia 26 tahun. Karena bulan November nanti, Saleh baru berusia 27 tahun," tutur Bahori, ayah Saleh seraya menyebutkan kalau putanya itu lahir pada 25 November 1997.

Menurutnya, Saleh merupakan anak yang saleh sesuai namanya. Agama kuat, tidak lepas wudhu dan rajin berdoa. "Bahkan waktu pandemic Covid, Saleh sering diundang sebagai pembaca doa melalui zoom. Beberapa kali juga sering diundang ceramah di masjid," sebutnya.

Waktu menamatkan kuliah S1 dan S2, Saleh meraih IPK nyaris sempurna alias predikat "Dengan Pujian". Bahkan, kuliah S1-nya diselesaikan dalam waktu 3 tahun 10 bulan. "Saleh orangnya jujur. Kalau ada uang sering diberikannya ke pemulung,"  cerita Bahori. Rupanya, saat masih dalam kandungan, sang ibu selalu berdoa supaya anaknya alim dan pakai baju koko.

BACA JUGA:Jalin Kerjasama, UPGRI Palembang bersama Mahkamah Konstitusi Gelar Kuliah Umum Ketatanegaraan Republik Indones

BACA JUGA:Profil Kurnia Saleh, Ahli Termuda MK Ternyata Wong Kito dari Prabumulih

Dijelaskan sang ayah yang hanya tamatan SD, Saleh kuliah S1 dari beasiswa, kuliah S2 dari donatur dan kuliah S3 pun dibiayai donatur alias karena prestasi. Mengambil jurusan hukum, karena memang niat Kurnia Saleh yang ingin mengangkat derajat keluarganya.

“Bapak hanya bekerja sebagai penjaga sekolah, sejak 1988 jaga di sini (SMK PGRI, red), sudah seperti rumah sendiri," bebernya. Walau hidup dengan ekonomi pas-pasan, namun Bahori mampu membawa ketiga anaknya semuanya lulusan perguruan tinggi. Anak pertama Sri Guswati kini guru Bahasa Inggris di SDN 82 Prabumulih. Anak kedua, Neni Triana, guru SDN 19 Palembang dan menjadi juara dua guru terbaik Sumsel. 

Sedangkan Kurnia Saleh merupakan anak ketiga. Sedangkan si bontot, Naifa. Bahori menambahkan, selain aktif di berbagai organisasi, Saleh juga pernah menjadi Ketua Remaja Masjid Al Ansor Prabumulih dan Ketua Remaja Masjid di timbangan 32 Indralaya.

“Dia menikah setelah ta'aruf, tidak berpacaran,” imbuhnya. Ibunda Saleh, Rumaidah yang pulang dari pengajian menambahkan, Saleh sangat suka pempek. “Pempek makanan kesukaannya," sebutnya.

Rumaidah terharu akan keberhasilan Saleh saat ini. Jika mengingat masa dulu, bahkan untuk membeli beras saja keluarganya kadang tidak mampu. “Terbiasa makan lauk telur dibagi empat. Alhamdulillah, sekarang Ibu jualan gorengan di kantin. Itu pun dibantu teman-teman bapak buat kantinnya," sambungnya.

Baginya, Saleh adalah anak yang berbakti. “Jangan sampai mendengar ada keluarga yang sakit, Saleh pasti langsung pulang ke rumah, meskipun tengah malam. Saleh, juga terbiasa menyuapi sang ibu dan bahkan memijat orang tua dan ayuk-ayuknya jika masuk angin,” beber Rumaidah dengan mata berair.

Ia ingat betul, Saleh juga tak malu berjualan saat sekolah. "Saat SMA, Saleh berjualan otak-otak meskipun terpilih sebagai Bujang SMANSA. Dia tidak malu," ujarnya. Saat kuliah, Saleh selalu membawa motor kesayangan Honda HR 100 pemberian bapaknya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan