47 Bulan Neraca Perdagangan Surplus
BONGKAR MUAT : Truk kontainer bongkar muat di Pelabuhan Petikemas Boom Baru Palembang untuk tujuan ekspor.-foto : evan/sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI pada Maret 2024 surplus sebesar USD 4,47 miliar. Angka ini tercatat naik sebesar USD 3,64 miliar dibandingkan pada bulan Februari 2024 yang hanya USD 0,83 miliar.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adiningar Widyasanti mengatakan capaian ini memperpanjang catatan surplus neraca perdagangan selama 47 bulan berturut-turut. "Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus, memperpanjang catatan surplus selama 47 bulan beruntun," kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (22/4).
Lebih lanjut, Amalia menjelaskan surplus neraca perdagangan Maret 2024 ini berasal dari sektor nonmigas USD 6,51 miliar, namun tereduksi defisit sektor migas senilai USD 2,04 miliar. Pada sektor non migas beberapa komoditas penyumbang surplus yang utama berasal dari bahan bakar mineral HS 27, lemak dan minyak hewan nabati HS 15, serta besi dan baja HS 72.
"Surplus neraca perdagangan non migas Maret 2024 ini tadi sudah saya sampaikan lebih besar jika kita bandingkan dengan bulan lalu dan juga dibandingkan dengan bulan Maret pada tahun lalu," jelas Amalia.
BACA JUGA:APBN Surplus Rp22,8 Triliun, Hingga 15 Maret 2024
BACA JUGA:Neraca Perdagangan RI Surplus 45 Bulan, Per Januari 2024 Tembus US$ 2.02 Miliar
Sementara itu, pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 2,04 miliar yang disumbang oleh hasil minyak maupun minyak mentah. Selanjutnya, neraca perdagangan Indonesia menurut negara mitra dagang pada Maret 2024 tercatat dengan beberapa negara.
Tiga terbesar di antaranya adalah dengan Amerika Serikat USD 1,500 miliar, dengan India surplus sebesar USD 1,43 miliar, dan Filipina USD 0,77 miliar. "Kalau kita dalami mengenai surplus yang dialami oleh Indonesia dengan Amerika Serikat ini didorong oleh komoditas yaitu mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau HS 85, alas kaki HS 64, serta pakaian dan aksesorisnya terutama rajutan HS 61,” lanjutnya.
Selain itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan tiga terdalam di antaranya dengan Thailand sebesar defisit sebesar USD 0,38 miliar, dengan Brazil defisit sebesar USD 0,36 miliar, dan dengan Australia sebesar USD 0,27 miliar. Jika dilihat lebih dalam lagi mengenai defisit Indonesia dengan Thailand ini didorong oleh beberapa kelompok komoditas pertama serealia HS 10, kedua gula dan kembang kembang gula HS 17, dan ketiga kendaraan dan bagiannya HS 87.
"Neraca perdagangan secara kumulatif hingga Maret 2024, surplus neraca perdagangan barang Indonesia mencapai USD 7,31 miliar atau mengalami penurunan sebesar USD 4,80 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu," pungkasnya. (fad)