Dorong Ekonomi Juga Inflasi

TETAP BELANJA : Walaupun sudah memasuki Lebaran hari kedua, masyarakat masih tetap antusias berbelanja di sejumlah pusat perbelanjaan, termasuk belanja produk fashion.-foto : budiman/sumeks-

SUMATERAEKSPRES.ID - HARI raya identik dengan peningkatan konsumsi masyarakat yang merayakan Lebaran maupun yang tidak merayakan. Peningkatan ini didorong setelah umat Muslim menerima THR (tunjangan hari raya) dari perusahaan atau pemerintah, baik diberikan secara langsung maupun melalui transfer rekening bank. 

Pengamat Ekonomi Sumsel sekaligus Dosen Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas MDP, Idham Cholid SE ME mengatakan data menunjukkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga meningkat sekitar 5-6 persen, selama masa puasa dan Lebaran. “Porsi terbesar dari peningkatan pengeluaran adalah pengeluaran untuk makanan, pakaian dan transportasi,” ungkapnya, kemarin.  

Hal ini tentu berdampak pada perubahan harga (inflasi) akibat tarikan permintaan (demand pull inflation), dimana jumlah permintaan meningkat namun tidak diikuti pertambahan penawaran. Meski terkadang masyarakat melihat kenaikan terjadi dari sisi kebutuhan sehari-hari seperti beras, gula, minyak, telur, dan daging. 

Dikatakan, hal ini tentu tak bisa dihindarkan dan selalu terjadi pada momen-momen hari raya, khususnya saat Idul Fitri. "Kenaikan harga di bulan puasa dan hari raya diperkirakan menyumbang inflasi 0,6  persen. Ini juga sebagai akibat kenaikan permintaan barang dan belum selesainya permasalahan supply barang kebutuhan pokok yang dihadapi Indonesia," terangnya. 

BACA JUGA:RPJPD Wujudkan Palembang MUSI 2045, Catatan, Pertumbuhan Ekonomi dan Penurunan Kemiskinan Melambat

BACA JUGA:Pemudik Mulai Pulang Kampung, Tiket Ekonomi Habis Terjual?

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat dapat bijak dalam melakukan pengeluarannya, artinya jangan berlebihan saat berhari raya. “Merayakan Hari Raya tak perlu berlebihan, namun bisa tetap dengan kesederhanaan dan khidmat lebih baik daripada memaksakan diri merayakannya secara meriah melampaui kemampuan kita,” tuturnya. 

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini akan mencapai 5 persen atau relatif lebih tinggi dari kuartal IV/2023. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2024 tersebut, menurutnya, berpotensi lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal II/2023 yang sebesar 5,17 persen. 

“Konsumsi masyarakat sudah tergerus, tak hanya harga beras yang naik tinggi, juga harga daging dan telur. Itu konsekuensi dari ketidakmampuan pemerintah menjaga harga barang pada momen Lebaran,” jelasnya. 

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi mencapai 2,75 persen secara tahunan pada Februari 2024, naik dari bulan sebelumnya 2,57 persen secara tahunan. Lebih rinci, kelompok harga bergejolak (volatile food) tercatat meningkat tinggi, mencapai 8,47 persen secara tahunan, dari bulan sebelumnya yang juga naik 7,22 persen. (nni/fad) 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan