https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Jualan untuk Makan-Bayar Kontrakan, Sering Juara Kelas

PULANG SEKOLAH: M Rizky Aditya ketika pulang dari sekolahnya, Rabu (7/2) siang.-foto : agustina/sumeks-

"Ibu Iki merupakan anak perempuan saya. Sejak berpisah dengan suaminya yang tidak bertanggung jawab, dia pulang ke Palembang,"  bebernya. Almarhumah Nita sewaktu masih hidup bekerja keras, jualan di pasar induk. Selama 1,5 tahun, dia mencoba bertahan dari penyakit jantung bocornya.

Tapi takdir berkata lain. Ujung tahun 2023,  Nita pun berpulang menghadap Sang Khalik. 

"Memang waktu jualan dulu, almarhumah sudah mengajak Iki jualan juga. Supaya dapat uang lebih banyak dibanding jualan sendirian," tuturnya. 

"Iki jualan kerupuk, cireng, keripik ubi, dan lain-lain. Itu  dilakukannya setelah pulang sekolah, mulai jam 1 siang sampai sore, kadang malam," beber Nek Sa’adah.  Kalau Iki dilarang jualan, mereka tak punya sumber pendapatan lain. 

Tak mungkin mengadalkan makanan ringan yang biasa dititipkan Iki ke warung-warung. “Itu lama lakunya, juga kurang laku. Dari Dinas PPPA  tadi juga belum ada solusi seperti apa,” ucap dia. Ditambahkan Nek Sa’adah, mereka sebenarnya ditawari Dinsos untuk tinggal di semacam asrama.

BACA JUGA:Kesaksian Perjalanan Karir Almarhum Kyai Amiruddin Nahrawi, Berawal Jualan Cincin hingga Pimpin PWNU Sumsel

BACA JUGA:Jalur Tol Dorong Penjualan Hino

Iki dan ketiga adiknya nanti disekolahkan. “Tapi untuk sumber pencarian juga belum tahu dari mana.  Berapa lama kami akan ditampung. Sampai kapan. Makanya saya tolak," bebernya. Diungkapnya, ada bantuan pendidikan yang diberikan oleh staf kepresidenan sebesar Rp60 juta. Tapi dana itu sifatnya dibekukan.

"Itu bantuan untuk Iki dan tiga adiknya, untuk sekolah. Masing-masing Rp15 juta. Tapi tidak bisa diambil. Kalau butuh untuk sekolah, lapor dulu, baru nanti dicairkan,” kata Nek Sa’adah. Di tengah obrolah, Iki pun pulang dari sekolahnya. Tepat pukul 13.00 WIB. Dengan mengendaria sepeda bantuan dari PLN.

Setelah itu, dia berganti pakaian dan langsung makan siang dengan menu sangat sederhana. Iki terlihat sangat lahap, menikmati makanan yang ada, apa adanya.  Setelah makan, Iki cerita kalau dia ikut jualan sejak kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Assegaf. “Jualan keripik, kerupuk dan lain-lain, menggunakan keranjang jinjing  plastik,” bebernya. 

Pendapatan dari jualan tiap hari ia berikan kepada sang nenek. Untuk bayar kontrakan, juga biaya keperluan hidup mereka sehari-hari. "Jualan setelah sekolah, sampai 21.30 WIB. Keliling sampai ke Sentosa dan PGRI. Bisa dapat Rp150 ribu - Rp200 ribu," kata Iki. 

BACA JUGA:Resep Sederhana dan Enak Nasi Cokot ala Rumahan, Bisa Untuk Ide Jualan!

BACA JUGA:Ini lho 7 Trik Psikologi Marketing Tingkatkan Penjualan Bisnis

Meski sudah begitu jauh dia jualan, Iki yang lahir 28 November 2011 mengaku tidak takut. Meski tak tidak punya orang tua lagi, dia berani untuk anak seukurannya. Kadang dia ngamen saat jualannya sepi pembeli. Ukulele miliknya pernah dirampas orang lain dan jualannya diambil orang. 

"Kalau orang mengambil makanan kita, berikan saja. Anggap itu sedekah agar mendapatkan pahala," ucapnya polos. Memikul beban berat di pundak sebagai anak sulung, Iki ternyata anak yang berprestasi di sekolahnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan