https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Tetangga N

Metro Tapanuli berganti menjadi New Tapanuli setelah masalah salah ketik huruf yang berakibat fatal.-foto: disway.id-

Marganas menjelaskan apa adanya: berita itu ditulis dengan niat baik –menyiarkan acara Maulid Nabi. Wartawan yang menulis beritanya pun beragama Islam.  

Kesalahannya benar-benar tidak disengaja. Wartawan salah pencet keyboard N. Berita itu dikirim lewat internet ke redaktur di Siantar.

BACA JUGA:Jarak Dekat

BACA JUGA:Doktor Malam

Redakturnya tidak sempat koreksi. Koran harus cepat dicetak. Pukul 23.00 harus dikirim ke Sibolga. Agar pukul 06.00 Harian Metro Tapanuli sudah sampai di agen-agen di Sibolga nan jauh.

Alasan itu tidak bisa diterima. Massa tetap menuntut Metro Tapanuli ditutup. DPRD pun memutuskan begitu. Marganas pilih jalan bijaksana: bersedia menutup Metro Tapanuli.  

Selesai.  Marganas kembali ke Siantar. Keesokan harinya Metro Tapanuli tidak terbit. Kebebasan pers begitu terkekang, pun setelah Orde Baru.

Sampai di Siantar, Marganas rapat: apa yang harus dilakukan. Metro Tapanuli harus tidak terbit. Tapi koran harus tetap terbit.

BACA JUGA:Doktor Teguh

BACA JUGA:Pengkhianat Drone

Pakai nama lain.  Diputuskanlah nama baru: New Tapanuli. Susunan redaksinya sama. Wartawannya sama. Pimpinannya sama. Agennya sama. Pelanggannya sama.  Hanya nama yang beda. New Tapanuli pun terbit dan beredar baik-baik saja.

Marganas memang seorang Kristen. Asal Siantar. Saya menemukannya di Batam. Ia memang merantau ke Batam.

Ketika kami menerbitkan Batam Pos, Marganas kami angkat sebagai tenaga pemasaran. Jualan koran. Dan cari iklan. Kerja keras. Berhasil.  

Lalu Marganas kami angkat sebagai salah satu direktur di Batam Pos. Sedangkan dirutnya adalah Rida K. Liamsi. Tapi Marganaslah yang memimpin sehari-hari. Rida tinggal di Pekanbaru: memimpin Riau Pos.

BACA JUGA:Nusantara Indonesia

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan