Belum Sebulan, Ratusan Kasus DBD, Dinkes Mencatat, Influenza dan Diare Juga Meningkat
grafis dbd-foto : sumeks-
Terlebih banyak daerah di Muratara, awalnya tergenang akibat banjir luapan yang saat ini mulai mengering. Untuk antisipasi pihaknya juga melakukan fogging ke desa desa dan permukiman warga yang sudah mengering. "Kita antisipasi dulu supaya jangan sampai nyamuk pembawa DBD ini menyebar. Biasanya spot spot di pemukiman warga pasca banjir ini banyak lokasi genangan air yang sering jadi lokasi nyamuk berkembang biak," bebernya.
Kepala Dinkes Lubuklinggau, Erwin Armaidi mencatat 12 kasus DBD di beberapa wilayah Kecamatan saat ini. “Kami imbau masyarakat selalu waspada potensi penyebaran DBD, karena saat ini masih musim penghujan," tutupnya. Untuk Dinkes Muba mencatat per 22 Januari 2024 sudah terjadi 105 kasus DBD. Angka ini sangat tinggi bahkan sudah dua pertiga kasus DBD di 2023 sebanyak 146 kasus. "Karena terjadi peningkatan curah hujan, banyak genangan air dan faktor lingkungan," ujar Kadinkes Muba dr Azmi Dariusmansyah Mars.
Selain itu akibat adanya impor kasus DBD. "Banyak orang luar daerah, baru pulang liburan," cetusnya. Sebelumnya, jumlah pasien DBD di RSUD Sekayu turut meningkat beberapa pekan terakhir. Pada Januari 2024 terdata 14 orang. "Jumlah pasien meningkat sejak awal tahun ini," kata Direktur RSUD Sekayu, dr Sharlie Esa Kenedy MARS melalui Kasubag Humas RSUD Sekayu, Dwi.
Kasus DBD di Banyuasin hingga 22 Januari 2024 tercatat 50 kasus DBD. "Itu data dari puskesmas dan RSUD, baik rawat inap dan jalan, " kata Kepala Dinkes Banyuasin, Dr dr Rini Pratiwi MKes melalui Kabid P2P Hj Eni Diana Amkeb MKes. Diakuinya peningkatan kasus DBD disebabkan beberapa factor, yaitu curah hujan yang tinggi sehingga menciptakan lingkungan yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti, vektor DBD berkembang biak. “Jika alami gejala, segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri ulu hati,” pungkasnya. (qda/kur/gti/uni/bis/yun/tin/eno/lid/zul/)