Sembahyang Tebu, Wujud Syukur Suku Hokkian
PALEMBANG - Memperingati perjuangan dari Suku Hokkian dalam menghadapi invasi Dinasti Qing ke Dinasti Ming di abad ke 14-17 Masehi, setiap tanggal sembilan bulan kesatu tahun lunar, umat Tridharma khususnya dari Suku Hokkian ini menggelar Sembahyang Tebu atau Pai Thi Kong bertepatan tanggal 29 Januari 2023.
Dimana dari sejarahnya, sembahyang tersebut juga menyambut kedatangan hari keluar warga dari persembunyian yang telah selamat saat pertempuran itu terjadi. Ketua Walubi Sumsel, Tjik Harun, Sembahyang Pai Thi Kong sendiri baru digelar di masa Dinasti Qing tahun 1644-1911 masehi.
Di saat itu, Suku Hokkian merupakan suku terakhir yang paling setiap pada Dinasti Ming (1368-1644M). “Ketika itu, saat pasukan Qing suku Manchu tadi menyerang tempat tinggal dari Suku Hokkian. Mendapat serangan tersebut, pasukan Qing mendapat perlawanan sengit dari Suku Hokkian. Meskipun demikian, sisa-sisa pasukan Qing ini akhirnya berhasil akhiri perlawanan dari Suku Hokkian,” jelasnya.
Pada saat perang berlangsung, lanjutnya, tidak sedikit warga yang sembunyi di dalam perkebunan tebu. Selama peperangan berlangsung, mereka bersembunyi di dalam kebun tebu sepanjang harinya.
Baca juga : Melihat Koleksi Harta Karun Sungai Musi di Museum Negeri Sumsel, Ada Kemudi Kapal Rp600 Juta Baca juga : Arsitek Masjid Agung, Mantan Menteri Kerajaan Tiongkok yang Larikan Diri ke Palembang
“Nah setelah perang berakhir, tepatnya tanggal sembilan bulan kesatu tahun lunar, warga yang selamat tadi keluar dari persembunyian dan juga pulang ke rumah masing-masing,” tuturnya. Karena itu, setelah selamat dari perang tersebut, diungkapkan Harun, lantas warga mengucapkan syukur ke Tuhan dengan cara Sembahyang Pai Thi Kong atas perlindungan Thi Kong ke warga dari Suku Hokkian tersebut.
“Bahkan bagi sebagian besar orang dari Suku Hokkian, seringkali dirayakan jua sebagai tahun baru orang Hokkian,” tuturnya. Di samping itu, Sembahyang Pai Thi Kong sendiri sejak saat itu dilakukan secara turun temurun hingga saat ini. Tidak hanya itu saja, sembahyang ini juga dilakukan oleh semua kalangan.
Mulai dari orang kaya hingga ke warga biasa, seperti petani, nelayan ataupun pedagang dan lainnya. Adapun kalau di Tiongkok, sembahyang ini dilakukan di Provinsi Fujian dan Taiwan. " Bukan hanya di Tiongkok, negara lain juga kerap dilaksanakan sembahyang tebu seperti di Indonesia terutama di Sumsel dan Kota Palembang. Kalau di Palembang biasanya digelar juga di Kelenteng Gie Hap Bio," tandasnya. (afi)