https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Pleno Vital

Para perusuh Disway rapat pleno di pelataran Candi Prambanan-foto: disway.id-

BACA JUGA:Reagen Andani

Sampai seri 5 sebenarnya saya sudah bisa ambil kesimpulan sementara: peristiwa ini mengarah ke skema ponzi. Tapi belum terungkap siapa sutradara dan pelaku utama ponzi itu.

Apakah pleno pertama tidak membahas dukungan calon presiden? Ada. Sifatnya pancingan. Tapi saya sendiri sudah biasa memancing. Kali ini tidak terpancing. Aman. Disway bisa tetap netral.

Banyak agenda lain dibahas di pleno pertama. Tapi mereka tidak boleh telat tidur. Keesokan harinya harus bangun sebelum subuh. Padahal ada yang datang dari kota sejauh Padang Sidempuan, Palembang, dan Kupang.

Acara pagi harinya adalah rutin: senam satu jam penuh. Nonstop. Sabtu pagi adalah ulang tahun ke-7 senam kami. Inilah senam jenis medium impact.

BACA JUGA:Doni Monardo

Saya tidak akan kuat zumba atau aerobik. Itu high impact. Tapi saya juga merasa tidak cukup kalau hanya jalan kaki atau senam biasa. Itu terlalu low impact.

Saya setuju dengan pernyataan ini: musuh utama orang tua adalah kaki. Maka masa otot tidak boleh terus berkurang –mengikuti pertambahan umur.

Masa otot harus dipertahankan. Kalau bisa ditambah. Dan itu tidak cukup dengan olahraga yang sifatnya low impact. Tapi saya juga setuju: berolahraga low impact lebih baik daripada tidak berolahraga.

Maka di Prambanan kemarin lagu berbagai corak mengiringi senam kami. Kata senam sebenarnya sudah tidak cocok. Maka kami akan usul: kata senam diganti sport dance.

BACA JUGA:Pollux Flower

Singkatannya tetap SDI. Mungkin akan berlaku setelah Pemilu berlalu, dan setelah jelas siapa presiden terpilihnya. Rasanya ingin sekali Pemilu ini cepat berlalu.

Selesai sport dance acara dibagi dua. Perusuh Disway memisahkan diri dari peserta senam. Perusuh masih punya satu agenda lagi: pleno kedua. Di bawah pohon.

Sebenarnya sudah disiapkan tenda. Tapi begitu banyak pohon besar nan rindang ke lokasi Prambanan ini. Dan lagi Inneke telah membeli tikar. Banyak sekali. Maka pleno kedua pun dilakukan sambil lesehan di atas tikar.

Tikarnya sendiri dihampar di bawah pohon besar. Pohon asam Jawa. Rindang. Teduh. Damai. Apalagi angin sumilir berembus pelan. Luar biasa. Nyaman banar. Suasana itu sebenarnya tidak cocok untuk pleno yang menguras pikiran.

BACA JUGA:Antikemo Baru

Apalagi baru saja makan. Lelah. Minum. Makan. Tikar. Di bawah pohon rindang. Tinggal satu sayangnya: tidak ada bantal.

Maka inilah pleno yang menantang: berpikir sambil mengantuk. Rupanya berpikir bisa membunuh kantuk. Buktinya, agenda serius dibahas dengan antusias.

Agenda itu datang dari perusuh sendiri: apa yang mereka hadapi. Atau apa yang dihadapi masyarakat sekitar mereka.

Maka kami bahas tiga agenda utama: pendidikan, pertanian, dan penyediaan pupuk. Soal keperkasaan tidak diusulkan dibahas lagi.

BACA JUGA:Ubah Batu

Lalu siapa juara kedua dan ketiganya? Yang pialanya akan diserahkan di muktamar ke-3 perusuh tahun depan di Cianjur atau Sukabumi?

Saya pilih Pak Johannes Kitono dan Pak Novrianto Indra Huseni. Pak JK mampu memberikan pencerahan yang sangat terang di banyak hal: emas, pupuk, saraf, pendidikan.

Novri bisa bercerita detail tentang problem petani dan penduduk desa. Novri memang perangkat desa. Di Blitar. Ia adalah perangkat desa yang bukan biasa-biasa saja.

BACA JUGA: Alpukat Sigit

Matahari kian tinggi. Angin bertiup kian sejuk. Satu perusuh wanita mulai tewas di tikar. Tapi odong-odong sudah menanti: harus kembali ke hotel. Harus pulang ke daerah masing-masing.

Candi Prambanan nan indah pun mulai dipenuhi pengunjung. Stupa di puncaknya seperti tersenyum melambaikan selamat jalan.(Dahlan Iskan)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan