Pollux Flower
Disway Dahlan Iskan--
Maka ketika harga properti jatuh, Po membelinya dengan dengan harga sangat murah –di mata dolar. Ketika banyak pengusaha bangkrut Po justru berkibar. Hotel Crown Plaza Semarang ia beli. Kini namanya Po Hotel.
Maka Po menjadi raja hotel di Semarang. Pollux Mall Paragon (hotel dan mal) adalah miliknya. Juga hotel plus apartemen Louis Kienne di Jalan Pemuda. Louise Kienne (juga hotel dan apartemen) di Jalan A Yani.
Lalu Louise Kienne hotel dan apartemen di Pandanaran. Masih ada Pollux Bank. Tentu masih ditekuni juga: Golden Flower.
Di Jakarta punya beberapa proyek serupa. Di Kuningan. Di Cikarang. Lalu di Batam tadi. ''Ke depan akan kami bangun juga rumah sakit. Itu wasiat Ibu Ainun Habibie,'' ujar Ilham.
Po lebih muda dari saya. Anaknya juga hebat-hebat: William dan Nico. Po dikenal di Semarang sebagai orang yang membangun vihara Buddha terbesar di sana: ViharaWatugong. Di Semarang Selatan. Di pinggir jalan raya jurusan Solo.
Ia juga banyak membantu gereja. Orang Semarang mengenalnya sebagai pengusaha yang tidak aneh-aneh.
Mengapa tertarik membangun Batam?
Seperti juga Anda, Po termasuk yang gelisah: mengapa Batam tidak bisa seperti Singapura –tetangga sepelemparan batunya. Maka ia bangun Meisterstadt. Yang sekali lihat dari jauh –kesan saya– seperti melihat Marina Bay di Singapura. Hanya beda bentuk.
Malam-malam saya ke Harbour Bay. Kawasan ini sekarang menjadi tertata rapi. Jadi pusat kuliner baru: untuk kelas menengah atas.
Meisterstadt menjadi icon baru di Batam. Saya menyesal tidak mampir malnya: saya tidak tahu apakah Pollux Group bisa membuat mal di Batam tidak kalah dengan tetangganya.(*)