Jadi Unggulan, Minim Resiko Gagal Panen
PRODUK UNGGULAN: Bawang merah menjadi produk unggulan bagi Muratara karena banyak keuntungan dari bertanam bawang merah.- FOTO: ZULKARNAIN/SUMEKS-
MURATARA, SUMATERAEKSPRES.ID - Pemerintah Kabupaten Muratara, terus memacu pertumbuhan pertanian bawang di wilayah termuda Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Ada beberafa faktor khusus, sehingga komoditi bawang merah menjadi salah satu produk unggulan di wilayah ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Muratara, Ade Mairi mengungkapkan, alasan komoditi Bawang Merah menjadi produk unggulan di Kabupaten Muratara.
Diantaranya, program pengentasan kemiskinan ekstrem, Program GSMP, Program Swasembada Pangan, pemanfaatan lahan terlantar, hingga program atasi inflansi lonjakan harga, mampu dilumat oleh satu komoditi ini.
Kalkulasinya, produk bawang merah merupakan komoditi baru di Muratara, harganya tahan banting, penanaman mudah dengan resiko rendah, dan mampu bersaing dengan harga diatas Rp20 ribu/kg, dan produk yang selalu digunakan masyarakat sehari hari. ‘’Bawang merah ini resiko gagal panennya sedikit, ketimbang cabai atau komoditi lainnya,’’ ujarnya.
Selain itu, harganya tak pernah di bawah Rp20 ribu/Kg. ‘’Dalam lahan skala kecil 0,2 hektar, petani mampu mendapatkan keuntungan hingga Rp30 juta/panen dengan keuntungan bersih Rp25 juta/empat bulan," ucapnya.
Pihaknya mengaku, sudah melakukan uji sampel secara lapangan dengan melibatkan petani binaan yang baru direkrut di Muratara. Hasilnya, diluar ekspetasi, petani mampu menghasilkan melebihi target capaian. "Karena komoditi ini masih jarang di wilayah lokal. Sebelum petani panen itu, sudah banyak yang beli di harga Rp22 ribu/kg. Artinya persaingan itu mampu melebihi target kami," timpalnya.
Di 2024 Program pertanian bawang merah akan diperluas, dan banyak petani lokal yang akan direkrut Pemda Muratara untuk mengembangkan produk unggulan tersebut. Caranya dengan pembukaan lahan lahan terlantar dan pembukaan lahan lahan non produktif menggunakan alat berat.
Khairul warga Kecamatan Rupit mengaku awalnya pesimis dengan program pertanian bawang merah tersebut. Pasalnya, di Muratara warga tidak mengenal pertanian holtikultura dan lebih condong ke perkebunan kelapa sawit atau karet.
Namun setelah banyak mendengar informasi warga yang berhasil mengembangkan bawang merah, dia ikut tertarik. "Warga nak ado contoh yang sudah memulai menanam bawang merah sekala kecil, sebatas kebutuhan rumah tangga. Tapi aku jingok memang bagus jugo, bawang merah ini jarang gagal. Sekali tanam pasti bebuah asal di urus, di siram di kasih pupuk," tutupnya.(zul)