Sudahkah Pendidikan Kita Merdeka?
--
Konsep merdeka belajar yang dilontarkan oleh Nadiem Makarin hadir sebagai bentuk keprihatinan tersebut.
Beberapa program pokok dalam kebijakan merdeka belajar tersebut, yakni penghapusan ujian nasional, penyederhanaan administrasi guru, pemerataan akses pendidikan melalui sistem seleksi penerimaan siswa baru berbasis zonasi.
Guru sebagai pilar utama penentu keberhasilan pendidikan mendapat perhatian khusus. Dalam proses mendidik, guru diibaratkan sebagai petani, sedangkan anak diumpamakan sebagai benih.
Benih disemai di tanah yang subur jika tidak dirawat dengan baik oleh petaninya maka benih tersebut tidak akan tumbuh dengan baik.
Sebaliknya, benih yang ditanam di tanah yang tandus sekalipun, jika petani selalu merawatnya dengan baik maka benih tersebut tetap akan tumbuh dengan subur.
Dalam proses menjadikan benih tumbuh, petani diberikan kebebasan untuk memberikan nutrisi apa saja yang menurutnya sesuai untuk padi yang ditanamnya.
Untuk itulah merdeka belajar hadir sebagai oase bagi guru dalam melaksanakan profesi mulianya.
Merdeka belajar dapat diartikan guru merdeka dalam mengajar dan siswa merdeka dalam belajar. Guru dan siswa terbebas dari tekanan pembelajaran, namun tetap dalam kerangka kurikulum nasional.
Kebijakan merdeka belajar sebenarnya berkaitan erat dengan bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan.
Guru diharapkan meninggalkan paradigma berpikir lama yang menganggap bahwa dirinya sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
Jika dahulu, anak didik diibaratkan sebagai gelas kosong yang mengharap tuangan air oleh guru, sekarang tidak lagi. Anak didik dilahirkan dengan membawa kodrat (potensi). Potensi tersebutlah yang harusnya dikembangkan oleh guru.
Untuk itu, dalam istilah merdeka belajar, guru hanya berperan sebagai pamong yang menuntun dan mengarahkan anak didik agar tidak tersesat dan terhindar dari hal-hal yang membahayakan dirinya.
Guru diharapkan mengubah metode pembelajaran yang kaku. Guru bebas berekspresi mengajar sesuai dengan gaya dan caranya sendiri karena pada prinsipnya guru dianggap lebih tahu terhadap anak didik yang diajarnya. Pembelajaran menganut pada prinsip difrensiasi.
Anak didik adalah makhluk yang unik yang memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Tugas guru adalah mengantarkan anak didik untuk berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.
Guru harus menghargai keberagaman dan mengelaborasi kemampuan anak didik untuk mencapai tujuan bersama.