Berpikiran Pendek, Bukan Solusi Permasalahan

 

*Ketika Jembatan Ampera Sering Dijadikan “Venue” Bunuh Diri

Jembatan Ampera yang dibangun sepanjang 1.117 meter, merupakan ikon Kota Palembang. Jadi daya tarik wisatawan. Tidak afdhol ke Palembang, jika belum berfoto di Jembatan Ampera. Di sisi lain, Jembatan Ampera juga jadi daya tarik tempat bunuh diri atau percobaan bunuh diri.

********************

       TINDAK bunuh diri atau percobaan bunuh diri dari Jembatan Ampera, pasti menarik perhatian. Terlebih di era zaman media sosial (medsos) seperti saat ini, cepat viral setelah warga ada yang merekam dan disebarluaskannya (citizen journalism).

        Dari catatan korban ini, sudah berulang kali peristiwa mengakhiri hidup terjun dari Jembatan Ampera ke Sungai Musi di bawahnya. Pelakunya dari berbagai kalangan usia, profesi, dan latar belakangnya. Ada yang tak terselamatkan lagi. Tapi tidak sedikit pula yang berhasil diselamatkan.

        Aksi bunuh diri dengan cara melompat dari atas Jembatan Ampera, mendapat perhatian khusus dari Kriminolog Sumsel, Dr H Ruben Achmad SH MH. “Yang jelas, seseorang yang bunuh diri itu faktor penyebabnya tentu saja stres atau tekanan kejiwaan yang ada pada diri orang tersebut,” ujarnya.

        Stres ini banyak faktor yang memengaruhi dan bermacam-macam. Baik itu yang terkait kondisi rumah tangga, penyakit dan asmara, hingga keuangan serta juga faktor-faktor lainnya.”Dia kemudian berpikiran pendek. Melakukan bunuh diri, yang menurutnya jadi jawaban atau solusi atas permasalahan yang dihadapinya,” ulasnya. Baca juga : Tewas Usai Ditangkap karena Tuduhan Curi Kambing, Keluarga Sebut Kondisi Firullazi Tak Wajar Baca juga : Ngeri! Warga di Daerah ini Saling Bacok Saat Orgen Tunggal

Namun menurutnya, ada caranya agar orang tersebut tidak bunuh diri. Jiwanya harus tetap sehat dan tidak mudah stres. “Upayanya apa, di antaranya dengan pendekatan agama, memperbanyak ibadah. Keluarga juga hendaknya memberikan support dan dukungan,” imbaunya.

        Berkaitan dengan bunuh diri dari atas Jembatan Ampera, menurutnya merupakan hanya salah satu tujuan dari orang yang hendak bunuh diri tadi. “Itu cuma jalannya saja. Dia berpikir, terjun dari Jembatan Ampera ke Sungai Musi, kecil kemungkinan selamat,” duganya.

        Potensi tenggelam atau terbawa arus Sungai Musi, sangat besar. Atau kepala terbentur dinding atau perahu atau ketek, yang berlalu lalang di Sungai Musi. Namun ajal siapa yang tahu. Pada kenyataannya, ada juga yang gagal bunuh diri. Lantaran diketahui dan cepat diselamatkan orang-orang yang tengah beraktivitas di sana.

        Ruben menilai. tidak perlu untuk menambahkan lagi tinggi pagar pembatas Jembatan Ampera.  Karena bila itu dilakukan, tentu dapat menghilangkan ikon dari Palembang itu sendiri. “Yang terpenting bagaimana menghilangkan tekanan kejiwaan dari orang tersebut, dan menumbuhkan semangat serta optimisme dari mereka tadi," tegasnya. Baca juga : BOLEH DICOBA NIH! Ternyata Begini Cara Dapat Saldo DANA Rp150.000 Tanpa Aplikasi dan KTP Baca juga : WOW! Inilah 17 Keutamaan Menikahi Janda Dalam Islam

        Meskipun menurut dosen hukum pidana Universitas Sriwijaya itu, dalam KUHP secara jelas mengatur terkait aturan dan pidana ke pelaku bunuh diri. Namun demikian ini merupakan langkah dan upaya terakhir untuk dilakukan.

        " Di KUHP memang ada pasal yang sangat jelas mengatur tentang bunuh diri tadi. Tapi menurut saya pribadi, semuanya ini merupakan jalan terakhir. Jadi yang diutamakan upaya non-Penal Policy saja," pungkasnya. (afi/air/)

https://sumateraekspres.bacakoran.co/?slug=sumatera-ekspres-24-januari-2023/
 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan