Rencana Induk Turun, Tunggu Amdal

*Sertifikasi Lahan Clear, Groundbreaking Pelabuhan New Palembang

PALEMBANG , SUMATERAEKSPRES.ID- Pemprov Sumsel masih berusaha mempercepat pembangunan Pelabuhan New Palembang di Tanjung Carat, Kabupaten Banyuasin.

 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumsel, Regina Ariyanti mengungkapkan perkembangan terbaru Pelabuhan Tanjung Carat saat ini masih berproses di analisis dampak lingkungan (Amdal) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Izin Amdal menjadi salah satu syarat pelepasan kawasan hutan. "Update-nya sendiri Rencana Induk Pengembangan (RIP) sudah dikeluarkan Kementerian Perhubungan.

Sekarang yang masih berproses Amdal," katanya saat ditemui usai rapat progres percepatan pembangunan Pelabuhan New Palembang di Tanjung Carat, kemarin.

Sebelumnya, pembangunan pelabuhan laut ini diyakini mampu mendongkrak perekonomian di Bumi Sriwijaya, namun sempat mengalami beberapa hambatan utamanya persoalan administratif.

Regina menuturkan terkait luasan lahan masih sesuai dengan desain awal atau tidak ada perubahan termasuk di kawasan hutan seluas 60 hektare.

"Groundbreaking nanti setelah Amdal selesai dan proses sertifikasi lahannya juga sudah selesai," bebernya.

Kepala Bidang Perekonomian dan Pendanaan Bappeda Sumsel, Hari Wibawa menyampaikan kebijakan dan regulasi pembangunan Pelabuhan Tanjung Carat sudah dilakukan.

Dia menilai pembangunan harus benar-benar terealisasi untuk menghindari kebocoran pendapatan daerah.

"Ke depan harus jadi, kalau tidak Sumsel akan tertinggal karena ekspor akan dibawa melalui daerah tetangga seperti Lampung, Jambi, atau bahkan Bengkulu,” ujarnya.

Senada Ketua Gabungan Asosiasi Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumsel, Alex Sugiarto mengatakan ekspor Sumsel via pelabuhan yang ada saat ini membutuhkan biaya yang lebih besar (double cost).

Pasalnya, komoditi yang diekspor seperti sawit harus menggunakan kapal kecil masuk Pelabuhan Boom, kemudian mengalami pengoperan di beberapa titik. Ini karena kondisi Sungai Musi yang sudah dangkal.

Untuk itu pihaknya sangat menantikan kehadiran pelabuhan sebagai gerbang jalur distribusi sektor sawit di Sumsel.

Menurutnya, kesediaan pelabuhan itu juga sangat diharapkan oleh seluruh industri yang ada di Bumi Sriwijaya.

“Karena (pelabuhan) jauh memangkas biaya transportasi. Kalau sekarang ini kita double cost tidak hanya biaya tapi juga waktu,” tegasnya.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, Alex K Eddy mengatakan selama ini pihaknya bergantung dengan Pelabuhan Boom Baru karena satu-satunya akses utama ekspor karet Sumsel. Dari Pelabuhan Boom Baru, komoditi karet diekspor ke Amerika, Tiongkok, Eropa, Jepang, Korea, dan India.

“Cuma karena pelabuhannya masuk Sungai Musi yang kini mengalami kedangkalan, kapal besar tak bisa masuk dan bersandar.

Jadi kami masih gunakan kapal feeder untuk bongkar muat membawa crumb rubber. Nanti transit di Singapura baru berganti kapal besar ke negara tujuan ekspor,” imbuhnya.

Saat ini panjang dermaga bongkar muat peti kemas dan non peti kemas Pelabuhan Boom Baru sekitar 780 meter, sementara panjang seluruh kapal atau LOA (length over all) yang bisa bersandar maksimal 163 meter, dengan berat 8.000 GT (gross tonnage) dan draft kapal -6 sampai -9 mlws.

“Kami berharap Pelabuhan Laut Tanjung Carat, Banyuasin Sumsel yang mau dibangun Pemprov Sumsel segera terwujud, supaya kapal besar bisa langsung bersandar di pelabuhan,” ujarnya. (yun/fad/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan