Kezaliman (Antara Pembakar Lahan dan Hutan)
Saat ini kita sudah masuk musim kemarau, dan kita sudah melihat, mendengar kebakaran hutan sudah banyak terjadi, membuka lahan dengan cara dibakar sudah banyak dimulai, lalu berdampak terhadap cuaca buruk, pengap dan menyesakkan saluran pernapasan kita. Perihal ini apabila kita perhatikan dengan cara seksama, seolah pelaku pembakaran lahan dan hutan tidak merasa berdosa, padahal perbuatan seperti ini adalah dosa besar karena berdampak terhadap kerusakan lingkungan dan kepada setiap personal manusia. Kita perhatikan firman Allah dalam surah Fathir ayat ke-18 yang artinya Tidak ada manusia yang memikul dosa orang lain, adalah benar, Islam tidak mengajarkan dosa warisan. Tapi karena perbuatan zalim terhadap orang lain, misalnya dengan membakar lahan dan hutan, maka ia termasuk telah melakukan kesalahan besar, dan tentu berdosa besar. Ia telah melakukan cara-cara yang tidak diridhai Allah, maka semua yang terdampak dari perbuatannya membakar lahan dan hutan termasuklah ia telah berbuat zalim kepada sesame dan lingkungannya. Tentu yang merasa terzalimi akan menuntut dia di hadapan Allah. Tampaknya dia tidak membinasakan manusia. Tampaknya tak ada yang terluka. Tampaknya tak ada yang tersakiti, tapi sebenarnya banyak yang terzalimi dan tersakiti, bahkan bukan manusia saja, tapi bermilyar bahkan pasti lebih binatang-binatang besar-kecil yang menjadi ekosistem kehidupan di hutan ikut mati terbakar dan musnah. Kita Simak hadis riwayat Imam Abu Daud, Nabi Saw. Bersabda Siapa yang memotong (apalagi membakar) sebatang pohon. (Ini pohon, bukan manusia, tidak bersuara). Memotong pepohonan untuk membangun kekayaan, tanpa mempertimbangkan dampaknya, Allah sungkurkan kepalanya dalam api neraka. Na’udzubillahi min dzalalik Ada pepatah lagi apabila kita lihat belakangan ini, kita dihadapkan kepada sebuah tragedi. Sebuah ironi yang lebih parah daripada penebangan pohon. Pembakaran hutan dan lahan basah, yang tidak hanya menzalimi kehidupan makhluk yang ada di hutan, tapi juga membuat susah banyak orang. Maka Islam mengajarkan untuk menjaga kelestarian alam, memanfaatkan alam tidak mesti menghancurkannya, ingat, memanfaatkan alam bukan dengan menghancurkannya. Ketika manusia serakah dan merusak alam demi kekayaan yang sementara, Allah timpakan balasan yang setimpal, dan dampaknya tidak hanya kepada pelaku, tapi semua orang yang berada di sekitarnya. Pengedar narkoba, yang mati karena sakau, hanya mereka yang memakai narkoba. Tapi yang membakar hutan, jutaan orang menghirup udara kotor, bayi-bayi terkena ISPA, banyak jadwal jadwal penerbangan ditunda, jutaan orang terganggu kegiatannya. Padahal ini baru asap, belum api, belum bencana lain. Kita mencari uang bertahun-tahun, bikin rumah, beli kendaraan, beli ini dan itu, begitu diuji dengan gempa dengan 7 koma sekian skala richter, semua yang dikumpulkan tadi menjadi tidak berguna, hancur, hilang lenyap seketika, tak berbekas. Maka mulai hari ini kita mesti hijrah kepada nilai-nilai kebaikan. Stop pembakaran lahan dan hutan, kita perhatikan akhir-Akhir ini kita menghadapi banyak problem sosial, tidak hanya problem kebangsaan, problematika politik kekuasaan suksesi kepemimpinan dengan cara memperebutkannya, problematika keagamaan yang menjadikan penyebab disintegrasi bangsa, problematika ekonomi masyarakat karena daya beli berkurang, sekarang ditambah lagi dengan problem lingkungan karena udara kotor sudah mulai terhirup oleh sebab pembakaran lahan dan hutan. Mari kita introspeksi diri, bahkan tidak menutup kemungkinan jangan-jangan sampai saat ini pun masih banyak di antara kita yang memiliki problem pribadi, problem rumah tangga. Mari kita sadar dan kembali kepada Allah untuk mengadu, beriman dan beribadah kepadanya agar Allah Swt., menolong kita terlepas dari problematika kehidupan kita semua, dan memudahkan kita untuk mendapat ridha dan ampunan-Nya. Amiin. (*)