Ulu Rawas Wilayah Peradaban Lintas Zaman, Yang Jadi Soroton Arkeolog Dunia

MURATARA, KORANSUMEKS.COM - Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Muratara merupakan wilayah peradaban lintas zaman, yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Beragam peradaban pernah berkembang di sini, mulai era manusia purba, megalitikum, dinasti kerajaan, era penjajahan hingga masa kemerdekaan.

Camat Ulu Rawas M Darmawan mengatakan, sejak tempo dulu wilayah Ulu rawas sudah menjadi sorotan warga dari mancanegara. Bahkan cukup banyak jurnal luar negeri yang membahas secara langsung peradaban yang berkembang di wilayah ini.

Bahkan wilayah Ulu Rawas menjadi salah satu tujuan arkeologi dari provinsi Sumsel, untuk melakukan riset dan study lainnya. Baca Juga : Inilah 10 Tempat Wisata Terbaik di Kota Palembang yang Ditetapkan jadi Kawasan Strategis Nasional

"Goa Batu Napalicin sudah populer sebagai objek arkeologi, di situ merupakan permukiman manusia purba, banyak ditemukan artefak masa lampau. Seperti senjata batu, kapak perimbas dan lainnya," katanya.

Di seputar Goa Batu Napalicin juga ditemukan semacam altar pemujaan berbentuk meja batu seperti batu silindrik ditepi aliran sungai. Usia peradaban ini diperkirakan lebih tua dari pada hunian kompleks manusia purba bukit bulan sarolangun, Jambi.

Selain itu, wilayah ulu rawas merupakan salah satu wilayah kerajaan di masa kerajaan sriwijaya, seperti yang tercatat di prastasti karang birahi yang ditemukan di Merangin Jambi. Wilayah ini juga dikenal sebagai wilayah pelarian Sultan dari Palembang. Baca Juga : Jarang Diketahui, Dua Destinasi ini Bagaikan Surga Tersembunyi di Ujung Sumsel

Baru-baru ini Camat Ulu Rawas mengaku mendapat laporan adanya temuan warga, berupa prasasti batu tulis yang terletak di desa Muara Kuis, persisnya di bawah air terjun dengan ke tinggian 35 meter.

Namun sayang hingga saat ini belum ada dokumentasi, menginggat untuk menuju ke lokasi di perlukan sejumlah peralatan khusus.

"Letaknya di bawah air terjun, jadi ada batu prasasti bahasa lama mungkin sansekerta. Tapi untuk menuju lokasi medanya sulit, mau turun ke bawah air terjun itu sekitar 35 meter di bawah curam," ungkapnya. Baca Juga : Saatnya Pariwisata Bangkit Pasca-Pandemi

Dia mengaku, memang belum ada yang melakukan penelitian terkait penemuan prasasti di bawah air terjun tersebut, menginggat untuk menuju lokasi terbilang cukup jauh dari jangkauan permukiman warga.

"Untuk saat ini saya belum rekomendasi kalau mau ke sana, karena memang sulit ditemukan lokasinya di dalam hutan dan curam," tutupnya.(zul)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan