Produksi Manual, Turun-temurun dari Keluarga
Editor: dedesumeks
|
Sabtu , 05 Aug 2023 - 19:22
Melihat Lebih Dekat Sentra Pengrajin Perak asal Tanjung Batu, Ogan Ilir (OI)
Festival Anjungan dan Pekan Adat ke-4 Provinsi Sumsel di Dekranasda Jakabaring menampilkan hasil-hasil produk dari berbagai daerah, salah satunya dari Kabupaten Ogan Ilir (OI) dengan kerajinan peraknya. Seperti apa? Agustina Saridewi - Palembang Kemarin (5/8), pengunjungg kompleks Dekranasda Jakabaring cukup ramai, maklum sedang ada event Festival Anjungan dan Pekan Adat ke-4. Di sana masyarakat dapat melihat-lihat anjungan rumah khas dari berbagai kabupaten/kota, berikut pameran produk UMKM. Seperti kunjungan Sumatera Ekspres ke Anjungan Rumah Khas Kabupaten OI, ada berbagai jenis perhiasan perak dengan model beragam dipamerkan. Pengrajin perak, Farida yang ditemui di lokasi mengatakan, perhiasan perak ini dihasilkan oleh pengrajin perak dari Desa Tanjung Batu, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten OI."Semua perhiasan perak ini kami produksi manual dengan buatan tangan secara turun-temurun," ujarnya, kemarin.Lantaran pembuatan yang masih tradisional, perhiasan perak dari Desa Tanjung Batu pun cukup dikenal masyarakat Sumsel, sehingga permintaannya banyak datang dari daerah lain. “Kami mengirim hasil pengrajin perak ini ke konsumen Palembang, Baturaja, dan daerah-daerah lainnya di Sumsel.
Ada yang mengisi toko-toko perhiasan untuk penjualan offline langganan, ada pula konsumen yang beli untuk pakai sendiri," terangnya.Karena tuntutan pasar, beberapa pengrajin juga berjualan via online.
"Meski kalau kami pada dasarnya paling banyak tetap penjualan offline khususnya mengisi toko-toko," tuturnya.Untuk jenis perhiasaan yang dibeli rata-rata cincin, gelang, dan kalung. Permintaan perhiasan perak juga sangat tergantung musim.
"Musimnya perak mengikuti emas, misalnya waktu Lebaran itu banyak pesanan dan permintaan," ujarnya.Soal harga perak ini sama seperti emas dibanderol dengan hitungan gram dan harganya juga mengikuti harga kenaikan pasar seperti emas. "Harga jual kita untuk yang beli langsung atau perseorangan Rp25 ribu per gram. Untuk isi toko Rp20 ribu per gram," imbuhnya. Bahan baku perak sendiri didatangkan atau dibeli dari luar daerah seperti Belitang, Lampung, Lubuk Linggau, dan lainnya. Ini kadang menjadi kendala pengrajin untuk memproduksi perhiasan perak. Diakuinya, Desa Tanjung Batu Ogan Ilir memang sejak dulu dikenal sebagai sentra emas, perak, dan perhiasan/pengaes pengantin. Tapi tidak semua pengrajin pemilik usaha. "Memang ada yang milik sendiri, ada juga yang sifatnya hanya menerima upahan dari tuke (bos). Di desa kita hampir semua masyarakat pengrajin emas, perak, atau pengaes pengantin. Untuk pengrajin pengaes pengantin kebanyakan para wanita," pungkasnya. (tin/fad/)