Pertama di Indonesia, Sampel Terbanyak
*Dr dr Yulianto Kusnadi SpPD K-EMD, Teliti Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Metode NGS
SUMATERAEKSPRES.ID - Penyakit Diabetes Melitus (DM) salah satu penyakit mematikan. Prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun.
Dr Yulianto Kusnadi SpPD K-EMD melakukan observasi dan penelitian tentang itu hingga berhasil meraih gelar doktor.
Diabetes mellitus ditandai adanya hiperglikemia dengan penyebab heterogen.
Meliputi gangguan pada sekresi (pengeluaran) insulin, aksi insulin atau keduanya.
Penyakit ini menjadi masalah serius karena penderitanya yang makin bertambah banyak.
Itulah yang melatarbelakangi Dr dr Yulianto Kusnadi SpPD K-EMD melakukan observasi dan penelitian hingga akhirnya menyelesaikan pendidikan doktoralnya.
Studi S3 Dr dr Yulianto itu masuk Program Doktor Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK Unsri).
Tujuan dari penelitiannya untuk mengetahui komposisi, keragaman dan rasio F/B mikrobiota usus.
Juga hubungannya dengan IMT, HbA1c, SCFA feses dan GLP-1 serum pada pasien DM tipe 2 di Palembang.
Dr dr Yulianto berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan tim penguji dan promotor serta co-promotor, beberapa waktu lalu.
Disertasinya berjudul Pola Mikrobiota Usus pada Pasien DM Tipe 2 di Palembang.
Kajian pada komposisi l, keragaman dan rasio Firmicutes/Bacteroidetes dan Hubunganya dengan Indeks Massa Tubuh, SCFA Feses dan GLP-1 Serum.
Untuk sidang disertasi terbuka rencana berlangsung hari ini (2/8) di aula FK Unsri Kampus Madang. Apa hasil penelitiannya?
"Diabetes Melitus tipe dua ini biasanya diidap oleh orang yang berusia antara 40 hingga 50 tahun.
Ini merupakan tipe Diabetes Melitus dengan proporsi terbesar mencapai lebih dari 90 persen dari keseluruhan penyakit Diabetes Melitus," urai Dr dr Yulianto dibincangi di Kampus FK Unsri Madang, kemarin (1/8).
Pada umumnya DM tipe 2 terjadi karena dua faktor, yakni faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik bisa langsung mempengaruhi berkurangnya massa dan fungsi sel-b.
Secara tidak langsung, melalui jalur resistensi insulin (terutama pada kelompok individu dengan berat badan lebih), modulasi sistem imun dan inflamasi.
"Untuk faktor-faktor lingkungan yang berperan antara lain endocrine disruptor chemicals (EDCs), virus, asupan kalori yang berlebihan dan perubahan pola mikrobiota usus," beber alumni FK Unsri tahun 1996 ini.
Dalam kondisi normal, mikrobiota usus berperan penting menjaga kesehatan manusia.
Komposisi mikrobiota pada usus pada individu sehat didominasi oleh Filum Bacteroidetes atau bakteri baik dengan komposisi sebesar 73 persen.
Lalu Firmicutes atau bakteri jahat dengan komposisi sebesar 22 persen.
Di samping itu ada filum-filum lain seperti Actinobacteria, Proteobacteria, Fusobacteria dan Verrucomicrobia dalam proporsi yang lebih kecil.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan mikrobiota usus pada penderita DM tipe-2. Di mana Firmicutes atau bakteri jahat komposisinya justru lebih dominan sebesar 62 persen.
Sementara Filum Bacteroidetes atau bakteri baik komposisinya di angka 22 persen.
"Terbaliknya komposisi mikrobiota usus ini diakibatkan over growth Firmicutes akibat terlalu banyak makan dan sedikit berolahraga.
Kondisi seperti ini jelas tak menguntungkan karena meningkatkan bakteri jahat," papar Dr dr Yulianto yang kini menjabat sebagai Kepala Divisi Endokrin Metabolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri ini.
Observasi yang dilakukan Dr dr Yulianto ini hanya dikerjakan dalam kurun waktu lima bulan saja. Mulai Oktober 2022 hingga April 2023.
Penelitian ini merupakan yang pertama meneliti tentang keragaman dan rasio F/B mikrobiota usus pada pasien DM tipe 2 dengan menggunakan metode Next-Generation Sequencing (NGS).
Jumlah sampelnya yang terbesar di Indonesia. Jumlah sampelnya 96 penderita DP tipe 2. (kms)