Dukung Transisi Energi Bersih, Hemat Biaya Listrik

*Melihat Lebih Dekat PLTS Hotel Santika Premiere Bandara

Program transisi energi mendapat dukungan dari Hotel Santika Premiere Bandara Palembang. Hotel ini telah memasang PLTS atap on grid sejak tahun 2020 sehingga mampu menghemat biaya listrik gedung.

Sinar matahari siang bersinar sangat terik. Mungkin suhunya sekitar 32 derajat celcius, membuat Fadli Peudada (39) terus-terusan mengernyitkan dahi. Hampir setengah jam dia berkeliling melihat panel PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) atap on grid yang berjejer rapi di atap lantai 6 paling atas Hotel Santika Premiere Bandara Palembang hari itu.

“Saya memeriksa panel surya kalau ada yang retak atau basah. Pekerjaan ini kami lakukan setiap hari guna memastikan sel surya (fotovoltaik) menyerap cahaya matahari dan memproduksi listrik secara sempurna,” ujar Chief Engineer Santika Premiere ini kepada Sumatera Ekspres. Tetapi tim building (hotel) hanya memonitor energi listrik yang dihasilkan via website atau modul PLTS, cek panel surya dan inverter, membersihkannya dari debu atau melap-nya saat basah berair sehingga daya serapnya tak terganggu. Jika rusak seperti retak, ada vendor PLTS rutin me-maintenance, memperbaiki, mengganti suku cadang setiap bulan.

Fadli menunjukkan kabel hitam yang menyambung di setiap panel surya berwarna biru langit itu. “Sel surya akan mengkonversi energi matahari yang diserap menjadi listrik. Lalu secara otomatis sambungan kabel mengalirkan energi bersih itu ke 6 panel inverter yang berada di lantai bawah,” terangnya. Inverter akan mengubah listrik dari arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC), baru masuk ke panel listrik LVMDP (low voltage main distribution panel) PLN yang melistriki seluruh gedung.

“PLTS kita ini sistem on grid tanpa baterai, jadi harus disinkronkan atau di-connect-kan dengan jaringan PLN supaya listriknya bisa digunakan. Saat listrik PLN mati, PLTS pun otomatis mati dan tidak berproduksi,” jelasnya. Berbeda dengan PLTS atap off grid yang memiliki baterai sebagai tempat menyimpan energi. Walau PLTS tak produksi saat malam atau ketika tidak ada matahari, listrik yang tersimpan di baterai bisa digunakan kapan saja.

“Cuma investasinya (baterai, red) kan mahal, lebih dari separuh biaya PLTS. Tidak seperti PLTS atap on grid lebih kompetitif, walau operasionalnya bergantung listrik PLN,” lanjutnya. Total saat ini, kata Fadli, ada sebanyak 910 modul panel surya dipasang mendatar di rooftop lobby dan ballroom, serta dipasang melengkung di rooftop kamar hotel dengan kapasitas PLTS mencapai 318,5 kilo Watt peak (kWp) atau 350 Wp per panel. PLTS melistriki gedung ketika ada cahaya matahari saja, itu juga tidak full karena tidak cukup mengcover kebutuhan listrik hotel seluruhnya.

Tegangan listrik hotel mencapai 860 kVa dan PLTS hanya mampu memenuhi 20-30 persennya, selebihnya harus di-backup listrik PLN. “Proporsinya 2 (PLN) banding 1 (PLTS) di siang hari, sementara malam hari karena PLTS atap tidak bekerja kami gunakan listrik PLN full,” tuturnya. Layaknya baterai, PLTS atap juga hanya mampu menyerap energi surya sebatas kapasitasnya. “Sehari produksi PLTS kita mencapai 600-1 MWp tergantung sengat (suhu) matahari. Jika energi bersih yang dipanen sudah 80 persen, selebihnya 10-20 persen daya listrik akan diekspor ke PLN,” bebernya.

Perhitungannya nanti kWh ekspor akan mengurangi pemakaian kWh impor (energi listrik yang diterima) dan tagihan listrik PLN setiap bulan. Selain mendukung transisi energi hijau, bagi  hotel penggunaan PLTS atap juga menguntungkan karena mengurangi biaya tagihan listrik hingga 30-60 persen. Fadli menjelaskan tagihan listrik PLN Hotel Santika Premier  Rp200 juta per bulan. Lantaran menggunakan PLTS atap on grid sejak November 2020, pihaknya bisa hemat (mengurangi) tagihan listrik PLN Rp30-35 juta per bulan. (fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan