Tempat Sampah Kini Bernilai Ekonomis

Di tanami Cabai dan Mentimun

EMPAT LAWANG – Lahan pekarangan jika tak di manfaatkan hanya akan menjadi lahan kosong yang lambat laun akan di tumbuhi semak belukar. Bahkan tak jarang malah menjadi tempat pembuangan sampah. Karena itulah melalui program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang di inisiasi Gubernur Sumsel H Herman Deru di lakukan pemanfaatan lahan pekarangan. Lahan yang tak terlalu luas ini bisa di gunakan untuk ditanami berbagai tanaman yang bermanfaat. Mulai dari bumbu-bumbu dapur, sayur mayur hingga beternak ikan atau ayam. Jika ini terus di lakukan, maka warga akan merasakan manfaatnya. Sejumlah sayur dari lahan pekarangan bisa di jadikan masakan termasuk bumbu dapur. Untuk lauknya pun bisa diambil dari kolam ikan. Semuanya ini bisa terlaksana butuh niat dan kemauan dari warga. Seperti yang dilakukan Agung Wijaya, warga Kampung Beringin, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang. Di lahan pekarangan miliknya tak kosong melompong. Tetapi di lahan yang tak terlalu luas ini penuh dengan tanaman cabai dan mentimun. Bahkan tanaman cabai rawit setan tersebut sudah sering panen. Hasil panen yang didapatnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di dapur. Tak hanya itu, jika hasilnya banyak mereka jual ke warung-warung dan rumah makan.
‘’Cabai rawit setan ini kami panen jika mulai berwarna kuning dan kemerahan. Kalau masih hijau belum dipanen," kata Agung.
Di jelaskannya, tanaman cabai di tanam di sebelah rumahnya di lahan yang tidak begitu luas. Tapi tanaman cabainya di tanam cukup rapat, jaraknya sekitar setengah meter. Perawatannya pun tak sulit. Selain rutin melakukan penyiraman, Agung juga melakukan pemupukan. Untuk pemupukan di lakukan seminggu 2 kali dengan pupuk mutiara biru dan pupuk MKP. ‘’Kita lakukan pemupukan supaya bunga tanaman tidak rontok,’’ ujarnya. Dirinya berinsiatif bercocok tanam ini karena melihat lahan samping rumahnya yang kosong. Hanya menjadi tempat sampah.
‘’Lalu saya mencoba belajar autodidak melalui YouTube, cara-cara tanam cabai, pemupukannya dan lainnya,’’ ujarnya.
Alhasil, dari lahan yang selama ini jadi tempat sampah kini bisa bernilai ekonomis.
‘’Saya sengaja belajar dari YouTube, karena kalau belajar dengan petani di sini mungkin harus ada lahan yang luas dulu, seperti sawah, kebun.  Tapi sekarang Alhamdulillah hasilnya memuaskan," imbuhnya.
Dia menyadari keluhan para petani dampak harga pupuk yang semakin hari naik. Sebab, tanaman sayur kalau mau dapat hasil yang bagus, harus di pupuk. Meskipun tanah yang ada sudah terlihat subur dan gembur. Umumnya, tanah di sini sudah gembur dan hitam tidak perlu di pupuk. Penyiraman hanya mengandalkan air hujan.
‘’Itu anggapan kita, tapi sebetulnya itu kurang maksimal. Pemupukan dan penyiraman  itu harus kita lakukan agar tanaman bisa tumbuh maksimal dan menghasilkan," tukasnya.
Agung mengajak masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumah agar di tanami sayur mayur. ‘’Karena bisa untuk konsumsi sendiri dan juga bisa di jual. Menjadi petani itu tidak mesti harus punya lahan luas,’’ tegasnya. (eno/)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan