Prosedur IUI Selesai dalam Hitungan Menit
PALEMBANG- Inseminasi intrauterine (IUI) adalah salah satu teknik inseminasi buatan yang paling banyak digunakan untuk menangani ketidaksuburan. "Tindakan ini dilakukan dengan meletakkan sperma di dalam rahim, tuba falopi, atau leher rahim saat ovarium menghasilkan sel telur, sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan,"jelas dokter Blastula IVF Centre Rumah Sakit (RS) Siloam Sriwijaya, dr. Oriza Zulkarnain, SpOG(K)-FER, kemarin (19/1)
Ia menjelaskan, dibandingkan prosedur bayi tabung, IUI lebih minim sayatan dan biayanya lebih terjangkau. IUI memiliki tingkat keberhasilan sebesar 5 persen bagi pasangan dengan ketidaksuburan yang penyebabnya tidak diketahui dan sekitar 16 persen ketika menggunakan obat penyubur.
Katanya, sebelum IUI dilakukan, pasangan pria akan memberikan sampel air mani, yang akan dibersihkan untuk menghilangkan zat selain sperma, sehingga dapat mengurangi kemungkinan tubuh akan memberikan reaksi negatif terhadap sampel tersebut. "Dalam proses ini, sel sperma yang berkualitas rendah akan dihilangkan, untuk mendapatkan sampel yang hanya terdiri dari sel sperma yang sehat,"katanya.
Lebih jauh dijelaskan, ketidak suburan, pasangan wanita dapat diberi obat penyubur seminggu sebelum ia mengalami ovulasi. Kemudian, ia akan diminta untuk mengawasi tanda-tanda ovulasi yang akan terjadi. "Prosedur ini dapat dilakukan menggunakan ultrasound transvaginal atau menggunakan alat perkiraan ovulasi urin, yang dapat mendeteksi adanya hormon pelutein di urin. "IUI biasanya dilakukan sehari atau dua hari setelah ovulasi,"sambungnya
Menurutnya, IUI dapat diselesaikan dalam hitungan menit dan sangat mirip dengan tindakan Pap smear. Setelah sperma selesai diproses di laboratorium, sedikit sampel sperma akan dimasukkan ke kateter yang steril. "Kateter tersebut akan dimasukkan ke rahim melalui leher rahim. Setelah itu, sperma akan disuntikkan ke rongga rahim,"ucapnya
Sebelum IUI dilakukan, pasangan pria akan memberikan sampel air mani, yang akan dibersihkan untuk menghilangkan zat selain sperma, sehingga dapat mengurangi kemungkinan tubuh akan memberikan reaksi negatif terhadap sampel tersebut. Dalam proses ini, sel sperma yang berkualitas rendah akan dihilangkan, untuk mendapatkan sampel yang hanya terdiri dari sel sperma yang sehat.
Tergantung pada penyebab ketidak suburan, pasangan wanita dapat diberi obat penyubur seminggu sebelum ia mengalami ovulasi. Kemudian, ia akan diminta untuk mengawasi tanda-tanda ovulasi yang akan terjadi. Prosedur ini dapat dilakukan di rumah sakit dengan menggunakan ultrasound transvaginal atau di rumah dengan menggunakan alat perkiraan ovulasi urin, yang dapat mendeteksi adanya hormon pelutein di urin. IUI biasanya dilakukan sehari atau dua hari setelah ovulasi.
IUI dapat diselesaikan dalam hitungan menit dan sangat mirip dengan tindakan Pap smear. Setelah sperma selesai diproses di laboratorium, sedikit sampel sperma akan dimasukkan ke kateter yang steril. "Kateter tersebut akan dimasukkan ke rahim melalui leher rahim. Setelah itu, sperma akan disuntikkan ke rongga rahim,"jelasnya lagi
Dikatakan, keberhasilan atau kegagalan dari IUI sangat bergantung pada usia wanita dan penyebab ketidaksuburan. Sebagai contoh, dalam kasus yang melibatkan wanita berusia 30 tahun yang menderita sindrom ovarium polikistik (gangguan keseimbangan kadar hormon), IUI memiliki tingkat keberhasilan lebih besar 20-30 peesen dibanding, pada wanita yang lebih tua. Bahkan, wanita berusia 43 tahun yang penyebab kesuburannya tidak diketahui memiliki kemungkinan keberhasilan IUI hanya sebesar 1 persen.
Setelah, dilakukan ovulsi dan pembuahan butuh waktu12- 14 hari, untuk mengetahui tingkat keberhasilan. "Tidak bisa buru-buru,"ucapnya seraya mengatakan, saat pemeriksaan dilakukan pastikan dulu semua syarat telah terpenuhi, dilihat tuba Paten atau tidak, pergerakan spermaya,"lanjutnya.
Tingkat keberhasilan penggunaan IUI klomifen sitrat adalah sekitar 5 persen, injeksi sekitar 15 persen. Tingkat kehamilan lebih rendah jika berusia di atas 38 tahun, Kualitas sperma yang buruk, memiliki Endometriosis sedang atau berat dan pasangan dengan durasi infertilitas yang lama (lebih dari 3 tahun).
"Tingkat kehamilan lebih tinggi jika tidak berovulasi sendiri misalnya jika pasien memiliki sindrom ovarium polikistik. Tingkat keberhasilan rendah apabila setelah tiga kali usaha IUI gagal. Bahkan pasien disarankan untuk menjalani teknik reproduksi berbantu,"tutupnya.(nni/lia)