Satukan Nusantara, ASDP Mengungkit PDRB

SUMSEL – Perjalanan dari Desa Pulau Panggung, Kecamatan Semende Darat Laut (SDL), Kabupaten Muara Enim menuju Kota Jakarta sekitar 11 jam via jalan Tol Palembang-Lampung. Usai memuat kopi Semende seberat 9 ton ke dalam truknya dari petani di desa itu,  Amirudin (45) sang sopir langsung berangkat pukul 11.15 WIB. Dia sudah dapat memperkirakan waktu tiba di Pelabuhan Bakauheni.

“Sekarang mau ke Jakarta, saya tak khawatir lagi antri lama membeli tiket atau menunggu kapal feri. Karena bisa pesan tiket online di aplikasi Ferizy,” ujarnya kepada Sumatera Ekspres, Sabtu (8/7).

Aplikasi besutan operator PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) itu sudah memuat jadwal penyeberangan kapal ferry yang pasti berikut tarifnya sesuai yang dibayar. Jadi  misalnya sampai jam 7 malam di pelabuhan, Amir memesan tiket kapal lebih dulu dengan jam keberangkatan 9 malam. Ongkos yang ia bayar dengan kendaraan golongan VIB (truk barang <10 meter) layanan reguler sebesar Rp1,2 juta.

“Lebih ringkas dan mudah. Beda dulu, beli tiket langsung (manual) tidak pasti. Kadang ramai penumpang tidak kebagian tiket, jadi menunggu kapal lain lagi hingga 5 jam. Atau antri panjang dan saling berebut dengan sopir masuk ferry yang baru datang,” ujarnya.

Sementara mau cepat, memesan jasa calo sudah pasti harga lebih mahal mengurangi uang perjalanan. “Biasanya saya berangkat bawa kopi setiap Minggu usai panen petani pada Juli-Agustus. Tapi saya tak sendiri, ada sopir truk lain juga karena sekali angkut 3-4 truk masuk Desa Pulau Panggung,” imbuhnya.

Pengepul membeli partaian hasil panen biji kopi petani desa, lalu mengirimnya ke Pelabuhan Panjang (Lampung) dan Jakarta untuk diekspor ke berbagai negara. “Kami membawanya ke gudang-gudang atau pabrik kopi pembeli (buyer),” lanjut Amirudin.

Menurutnya, kapal ferry menjadi transportasi penyeberangan laut satu-satunya bagi truk barang yang ada di Pelabuhan Bakauheni-Merak.

“Ketika cuaca buruk, kapal tertunda atau tidak berlayar ya susah. Sudah pasti pengantaran kopi menjadi terhambat, padahal pembeli mungkin sudah punya jadwal ekspor atau mengolah kopi,” sebutnya. Jika distribusi lambat, biaya jalan menjadi lebih mahal, transaksi juga dapat tertunda.

Peran PT ASDP Indonesia Ferry sebagai penyedia jasa penyeberangan antar pulau bagi perekonomian dan pariwisata di Indonesia memang tak dapat dipungkiri. Keberadaan armadanya (kapal ferry) telah membantu memperlancar mobilitas orang dan menghubungkan distribusi barang, seperti komoditas alam dari Pulau Sumatera ke Jawa atau sebaliknya melalui lintas Bakauheni-Merak.

Selama periode 1 Maret 2020-20 Januari 2023, ASDP telah melayani 33,5 juta penumpang di 4 pelabuhan utama, yakni Pelabuhan Bakauheni (Lampung), Merak (Banten), Ketapang (Jawa Timur), dan Gilimanuk (Bali).

Sementara pada momen libur Idul Adha kemarin, ASDP berhasil melayani 691.487 penumpang dan menyeberangkan 169.054 kendaraan di lintasan Merak-Bakauheni-Ketapang-Gilimanuk, dan Ajibata-Ambarita.

Saat ini Perseroan menjalankan lebih dari 160 unit armada ferry yang menangani lebih dari 300 rute di 36 pelabuhan di seluruh Indonesia. Dengan adanya konektivitas kepulauan menggerakan aktivitas perekonomian, meningkatkan perolehan PDRB (product domestic regional bruto), serta memacu pertumbuhan setiap daerah.

Misalnya Provinsi Sumsel, ekspor non migas nyatanya tak hanya dari Pelabuhan Boom Baru, Plaju, atau Sei Gerong, tapi juga lewat pelabuhan luar Sumsel. Yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara yang notabene-nya pengantaran barang ekspor ke Jakarta via kapal ASDP.

Pada Mei 2023, ekspor Sumsel dari Tanjung Priok berkontribusi US$ 28,12 juta (4,85%). Kemudian mengungkit PDRB, dimana banyak komoditas alam Sumsel dibawa ke Jawa seperti kopi juga melalui kapal ASDP. Apalagi catatan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi Sumsel terbesar di Indonesia mencapai 212.400 ton atau 26,72 persen dari produksi nasional 794.800 ton pada 2022.

“Di sektor perkebunan Sumsel, kopi komoditas utama kita. Produksinya tertinggi nomor 3 setelah kelapa sawit dan karet,” ujar Analis PSP Ahli Madya Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, Senin (10/7).

Pada triwulan 1 2023, PDRB Sumsel atas dasar Harga Konstan 2010 mencapai Rp86,63 triliun dan sektor pertanian (perkebunan), kehutanan, serta perikanan itu menyumbang Rp14,42 triliun (13,65 persen), tertinggi setelah pertambangan penggalian dan industri pengolahan.

“Kopi kan termasuk produk perkebunan, 60 persen produksinya diekspor ke Malaysia, Singapura, sampai Eropa tapi memang hampir semuanya dari Pelabuhan Panjang, juga Tanjung Priok,” terang Rudi.

Sisanya memenuhi pasar domestik baik di dalam maupun luar Sumsel. Ke Jawa sudah pasti dibawa angkutan ekspedisi yang menyeberang dengan kapal ASDP, baik berupa biji maupun bubuk kopi. “Tak hanya kopi, komoditas lain seperti minyak sawit (CPO), kakao, teh, dan lainnya juga begitu,” sebut Rudi.

Sekretaris DPD Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Sumsel, Budi Santoso menjelaskan kapal ferry milik ASDP satu-satunya angkutan penyeberangan antar pulau bagi truk barang yang bisa ditumpangi. “Mau ke Jawa atau Bangka Belitung, truk kita cuma bisa menyeberang dengan ferry, tak ada pilihan lain,” tuturnya.

Dari Sumsel transportir biasa bawa bahan alam ke Jawa, mulai dari kopi, teh, sawit, sayur mayur, buah, atau batu bara. Sebaliknya dari Jawa ke Sumsel membawa spare part kendaraan, mesin, peralatan mekanika/listrik, atau barang kelontongan/sembako. Sekarang sejak ASDP menerapkan sistem online semuanya serba mudah.

“Sopir kita mau nyebrang ke Merak tinggal memesan tiket di aplikasi Ferizy. Cuma bagi sopir yang kurang ngerti teknologi atau tidak punya smartphone kadang masih terpaksa menggunakan jasa calo,” jelasnya. Selain itu, lalu lintas penyeberangan juga semakin baik, tidak semrawut seperti dulu. Kapalnya bagus, lebih bersih, dan arus penumpang maupun kendaraannya tertib.

“Dulu di pelabuhan sering numpuk manusia (penumpang, red), sekarang tidak lagi. Karena mayoritas calon penumpang, termasuk sopir truk sudah pesan tiket online, begitu masuk pelabuhan, menunggu sebentar, kapal masuk langsung berangkat. Jadwal dan kapalnya pasti, sopir kita tinggal menyesuaikan. Jam berapa harus sampai pelabuhan, jam berapa naik kapal, dan seterusnya,” lanjut Budi.

Armada kapal ASDP yang berangkat pun setiap jam, mobilitas transportir menjadi fleksibel walau sampai dini hari di pelabuhan. Cuma yang mereka pikirkan saat ini bagaimana menekan biaya logistik yang mahal, sehingga sopir truk kembali ke jalan umum, tapi menyeberang tetap dengan ferry. Umumnya biaya jalan angkutan barang beda-beda sesuai muatan.

“Kemarin truk tronton saya bawa bahan baku plywood dari Lampung ke Cilegon, biaya perjalanan sopir (P/P) Rp6 juta,” cetusnya.

Diakuinya, kebermanfaatan ASDP sebagai BUMN yang bergerak dalam bisnis jasa penyeberangan dan pelabuhan terintegrasi sejak 1973 itu sangat urgent bagi laju pertumbuhan ekonomi, termasuk mendukung angkutan logistik Tanah Air. “Tak kami pungkiri, perannya bagi transportir sangat besar,” jelas Budi.

Selain produk perkebunan, batu bara Sumsel penopang PDRB sektor pertambangan juga sering diangkut lewat ferry. “Batu bara biasanya kita bawa ke Cilegon atau Tanjung Priok untuk bahan bakar,” pungkasnya.

Ketua DPD Association of The Indonesian Tours and Travel (Asita) Sumsel, Anton Wahyudi menjelaskan transportasi menjadi penunjang utama berjalannya sektor pariwisata, baik itu angkutan darat, laut, maupun udara. “Kita kalau jual paket wisata itu, ada namanya paket tur overland via jalur darat dan laut. Kemudian paket tur menggunakan pesawat udara,” ujarnya.

Paket tur overland lebih disukai pelajar dan mahasiswa terutama di musim libur karena low budget, misalnya dari Palembang ke Bali itu biayanya Rp5 juta-an selama 13 hari. “Enaknya lewat jalur darat dan laut ini, peserta tur bisa kunjungi banyak destinasi. Bisa mampir ke Jakarta, Bandung, Malang, atau Yogyakarta,” terang Anton.

Naik bus pariwisata lebih fleksibel, nyebrangnya naik ferry. “Makanya saya bilang kapal-kapal milik ASDP sangat menunjang, karena penyeberangan antar pulau harus gunakan ferry di Pelabuhan Bakauheni-Merak atau Ketapang-Gilimanuk,” imbuhnya.

Tak hanya sebagai angkutan penyeberangan, ASDP juga menjadikan KMP (kapal motor penumpang)-nya sebagai pendukung pelayaran wisata dan perintis di sejumlah kepulauan. Bahkan ASDP menyediakan layanan charter kapal untuk tur wisata daerah. Namun jika ke Bali menggunakan pesawat, dengan harga paket tur Rp5 juta-an itu cuma single destination dan waktunya singkat 3-4 hari. Tiket pesawat juga sudah mahal.

“Tapi kembali lagi ke segmennya, karena secara market kedua paket tur ini hampir sama. Paket tur dengan pesawat udara lebih banyak dibeli keluarga, perusahaan, atau pemerintahan (ASN),” lanjut Anton.

Direktur Utama ASDP, Ira Puspadewi mengatakan konektivitas merupakan hal yang sangat penting, terutama meningkatkan perekonomian suatu daerah. “Kekuatan ASDP sebagai moda transportasi publik andalan, khususnya di wilayah tengah dan timur Indonesia dan 3TP (terdepan, terpencil, terluar, dan perbatasan) yang tidak lagi terjangkau akses darat dan udara,” ujar Ira dalam keterangan resmi.

Karenanya peran ASDP dipandang strategis dalam membuka jejaring sosial ekonomi masyarakat melalui layanan akses transportasi laut yang cepat, aman, dan nyaman. Dengan demikian kesejahteraan hidup dan perekonomian masyarakat dapat meningkat.

“Amanah kami, sebagai agen pembangunan dan pelayanan publik. Kehadiran ASDP cukup vital, memberikan aksesibilitas dan menghubungkan antarpulau sehingga mobilitas masyarakat dan barang lebih cepat  dan mudah. Harapan kami, masyarakat Indonesia terlayani dengan baik dari Sabang sampai Merauke,” tutur Ira.

Kini ASDP mengoperasikan total armada sebanyak 222 unit kapal yang melayani 311 lintasan, dengan rincian segmen komersial 131 unit kapal (59  persen) melayani 89 lintasan (28,6 persen) dan perintis 91 unit kapal (41 persen) melayani 222 lintasan (71,4 persen). Lintasan perintis menyumbang pendapatan 20 persen atau sebesar Rp658 miliar dan lintasan komersial menyumbang 80 persen pendapatan ASDP sebesar Rp2,07 triliun.

Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Shelvy Arifin menambahkan pihaknya terus berupaya melakukan pembenahan operasional dan perbaikan proses bisnis menjadi semakin efektif dan efisien, termasuk digitalisasi ticketing di seluruh pelabuhan ASDP.

“Sejak Maret 2020 kami mengenalkan aplikasi pembelian tiket online Ferizy. Ini salah satu bentuk transformasi dan inovasi layanan digital ASDP,” terangnya. Hingga Januari 2023, jumlah user Ferizy telah menembus angka 1,38 juta.

“Pengguna jasa sudah semakin familiar dengan Ferizy karena aplikasi ini memudahkan calon penumpang yang mau naik kapal ferry, khususnya melalui 4 pelabuhan yang sudah menerapkannya yaitu Pelabuhan Bakauheni, Merak, Ketapang, dan Gilimanuk,” bebernya.

Melalui Ferizy, calon penumpang semakin mudah, cepat, aman melakukan perjalanan sejak proses reservasi tiket kapal. Peningkatan jumlah penumpang tak lepas dari peningkatan layanan dan kenyamanan, baik di kapal maupun pelabuhan.

“Bagi ASDP, reservasi online Ferizy juga membuat pergerakan kendaraan dalam pelabuhan pada setiap  jam keberangkatan merata dan terkendali sesuai dengan alokasi zonasi area siap muat yang tersedia,” sebutnya.

Shelvy pun tak menampik, jika sebelum pemberlakuan Ferizy, arus kedatangan pengguna jasa saat golden time atau beban puncak sering menyebabkan antrean kendaraan baik di jalan maupun dalam pelabuhan. “Sekarang setelah Ferizy, pengguna jasa lebih terdistribusi merata sesuai jadwal yang dipilih, kapasitas daya tampung pelabuhan, dan daya angkut kapal,” cetusnya.

ASDP pun dapat menjual tiket sesuai kuota dalam jumlah yang sama setiap harinya. Selanjutnya pada semester kedua 2023, ASDP pun berencana menerapkan layanan e-ticketing Ferizy di Cabang Bangka. Tahap awal lintas komersial Tanjung Kalian-Tanjung Api-Api.

Diketahui Pelabuhan Tanjung Kalian merupakan penghubung antara Pulau Bangka dan Sumsel. Tercatat sehari 300 unit kendaraan, termasuk logistik dan mobil pribadi melakukan penyeberangan.

“ASDP sebagai perusahaan berskala nasional akan terus melakukan inovasi terbaik mewujudkan pelabuhan yang andal dan berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi, dan mempunyai daya saing global demi menunjang pembangunan nasional dan daerah,” ungkap General Manager ASDP Cabang Bangka, Christopher Samosir. (fad)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan