Start Penilaian, Lahat-Pagaralam
PALEMBANG – Penilaian lapangan oleh tim juri ke desa peserta Anugerah Pesona Desa Wisata (APDW) Tingkat Provinsi Sumsel mulai hari ini (24/6). Rute pertama yang disambangi tim yakni Lahat-Pagaralam. Jadwal penilaian lapangan ke desa-desa peserta APDW Sumsel 2023 rencana kelar 12 Juli nanti. “Setelah itu, tim akan berkirim surat kepada desa-desa yang masuk nominasi. Untuk kemudian paparan langsung di hadapan tim juri,” jelas PPTK APDW Sumsel 2023 Disbudpar Sumsel, Barlin Akbar ST. Selanjutnya, pengelola desa wisata yang masuk nominasi akan paparan pada 25-27 Juli. Setelah itu, rapat pleno penentuan juara rencananya 29 Juli.
“Untuk acara puncak APDW Sumsel 2023 9 Agustus nanti,” tandas Barli. APDW merupakan ajang pemberianpenghargaan kepada desa wisata yang memenuhi kriteria penilaian Kemenparekraf RI. Pemenang dari ajang ini akan diikutkan dalam pengaugerahan lebih tinggi. Yakni, Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. Acara akbar yang milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. BACA JUGA : Kena Sanksi, Mundur dari UEFA Dia mengucapkan terima kasih kepada 30 desa dan 11 kabupaten/kota yang dengan semangat telah mendaftar untuk mengikuti ajang APDW Sumsel 2023 ini. Adapun enam daerah yang tidak ikut yakni Banyuasin, Muara Enim, Musi Rawas, Lubuklinggau, Empat Lawang, dan OKU Selatan. Sebelumnya, Kadisbudpar Sumsel, Dr H Aufa Syahrizal SP MSc menegaskan, APDW dan ADWI akan menjadi momentum kebangkitan pariwista dan ekonomi kreatif di Sumsel dan Indonesia umumnya.
“Kita mengangkat desa-desa di Sumsel sebagai destinasi wisata berkelas dunia. Berdaya saing global dan bekelanjutan.”Ada empat kategori APDW 2023. Yakni, kategori daya tarik pengunjung, homestay, kelembagaan dan souvenir. Kata Aufa, untuk daya tarik pengunjung, penilaian fokus pada keunikan. Desa wisata harus punya daya tarik baik alam, budaya maupun buatan manusia. Khas, berbeda atau langka. Tidak dimiliki oleh desa wisata lainnya. Kemudian, kategori homestay. Akan dinilai jenis akomodasi yang dimiliki dan dikelola oleh warga lokal. Kata Aufa, desa wisata harus dapat menunjukkan berapa banyak homestay yang ada.