https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Zaytun Menara

OLAHRAGA rupanya juga dipentingkan di Pesantren Al Zaytun: punya enam lapangan sepakbola.

Salah satunya pakai tribun: khusus untuk pertandingan. Pertandingannya pun bisa malam hari: punya fasilitas penerangan  mirip di stadion sepakbola pada umumnya.

Masih ada lima lapangan sepakbola lainnya: untuk latihan.

Lapangan basketnya pun banyak. Al Zaytun selalu ikut kompetisi basket DBL. Masuk zona IX Jawa Barat. Semua pemain wanitanya berjilbab.

Suporternya diangkut dengan banyak bus ke Bandung. Kompetisi basket terbesar di Indonesia itu dipimpin anak menantunya Pak Iskan.

Maka DBL biasa menempatkan Al Zaytun di pertandingan pembukaan. Bertanding lawan tim SMA Katolik Santo Aloysius. Selalu seru.

Masing-masing pasti mengerahkan suporter dalam jumlah besar. Selalu kalah. Pelatih Persebaya yang legendaris itu, almarhum Rusdy Bahalwan, pernah melatih di sana.

Maka ketika saya harus berolahraga di sana –agar tidak absen berolahraga setiap hari– disambut baik.

Bahkan hampir seribu santri dan ustad ikut senam dansa. Pagi itu. Kapan itu (Lihat Disway 25 Mei 2023–Zaytun Jas).

Senam dansa kami digelar di depan stadion Al Zaytun yang bertribun itu. Saya menolak ditawari senam di atas lapangan rumput.

Saya tidak mau merusak rumput di lapangan bola. Kalau itu saya lakukan tim sepakbola Persebaya bisa dikutuk rumput. Padahal tanpa dikutuk pun belum bisa jadi juara.

  Di halaman depan stadion itulah kami senam dansa gaya Disway. Yang di sekelilingnya pepohonan jati.

Yang dari sini bisa melihat menara masjid yang menjulang tinggi. Di kejauhan sana. Menara itu seperti menyembul dari dalam hutan jati.

Senam dansanya seru sekali. Tiga lagu pertama lagu mandarin. Maka lagu-lagu mandarin pun bergema keras di pesantren itu. Disertai gerakan pemanasan.

Di lagu berikutnya tiba-tiba sorak-sorai bergemuruh. Saya bingung mengapa para santri itu menjadi begitu antusias.

Bahkan jogetnya menjadi lebih seru. "Ada apa?" bisik saya ke Nicky yang ikut jadi pelatih di atas panggung.

"Ini lagu kesukaan anak SMA, terutama pesantren," jawab Nicky yang memang masih belia dan jomblo itu.

"Judul lagunya apa?" bisik saya lagi. Saya hafal gerak senamnya tapi banyak tidak tahu judul lagu. "Aisyah," jawab Nicky.

  Juga ketika lagu India sedang dimainkan. Banyak yang tiba-tiba joget sendiri-sendiri –tidak mau lagi ikut gerakan saya dan Nicky di panggung.

Yang seperti itu menular di lagu-lagu dangdut setelahnya. Atau di lagu rock and roll. Kian banyak yang joget sendiri-sendiri.

Saya seperti senam berdua saja bersama Nicky di panggung.

Selebihnya banyak juga yang hanya menonton dansa swasta itu –karena sudah kelelahan hampir satu jam nonstop berjoget.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan