Puskesmas Gandus Luncurkan Inovasi Gelanting
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Aedes aegypti lebih berperan dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Kejadian luar biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue masih sering terjadi. Secara teoritis ada empat cara untuk memutuskan rantai penularan DBD ialah melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor) dan penggalian vektor. Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan pemantauan jentik. Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Gandus Tahun 2021 sebanyak 9 kasus dan Tahun 2022 sebanyak 15 kasus sampai dengan bulan Juli 2022. BACA JUGA : Puskesmas Sei Baung Inovasi Pelipur Lara Sedangkan Stunting adalah kondisi balita yang memiliki panjang badan atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan usia. Kondisi ini diukur dengan Panjang atau tinggi badan yang memiliki nilai z-score <-2SD median standar pertumbuhan anak dari World Health Organization (WHO) MGRS (Multicntre Growth Reference Study). Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak factor seperti social ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi dan asupan gizi yang kurang pada bayi. Balita stunting dimasa yang akan dating akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan dalam jangka pendek adalah gangguan perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan fisik dan metabolism dalam tubuh. Selain itu salah satu dampak dalam jangka Panjang adalah kekebalan tubuh menurun sehingga mudah sakit dan risiko tinggi terjadi penyakit. Jumlah kasus stunting di wilayah kerja Puskesmas Gandus Tahun 2021 sebanyak 27 kasus dan Tahun 2022 sebanyak 17 kasus. BACA JUGA : Puskesmas Albar Inovasi Tempoyak HIVA Masih adanya kasus DBD dan stunting sehingga memerlukan peran serta masyarakat dalam penanggulangan masalah tersebut. Hal inilah yang memicu Puskesmas Gandus meluncurkan Program Gerakan Relawan Pemantau Jentik dan Stunting (Gelanting). Tujuan Inovasi Gelanting antara lain; Untuk mempercepat penurunan angka stunting dan kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Gandus; Untuk memantau status gizi balita stunting dan kasus DBD serta memberikan PMT pemulihan untuk balita stunting; Untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat. Manfaat yang diperoleh, yakni; Dapat menurunkan kasus stunting dan DBD di wilayah kerja Puskesmas Gandus serta meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat; Dapat memantau status gizi balita stunting dan kasus DBD serta memberikan PMT pemulihan untuk balita stunting; Dapat meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat. Dalam pelaksanaan inovasi Gelanting ini tahap yang dilakukan yaitu meliputi persiapan, sosialisasi, pelatihan, pemantauan, pelaporan dan tindak lanjut kejadian stunting dan jentik oleh kader gelanting di wilayah kerja Puskesmas Gandus. Persiapan meliputi rapat koordinasi antara Kepala Puskesmas Gandus, PJ UKM, PJ Program Gizi dan PJ Program DBD. Selanjutnya dilakukan sosialisasi inovasi gelanting kepada lintas sectoral, kader, ketua RT di wilayah kerja Puskesmas Gandus. BACA JUGA : Inovasi Puskesmas Merdeka Asik Tahap pelatihan yaitu melatih kader gelanting untuk mengisi formulir pemantauan balita stunting dan pemantauan jentik. Tahap pemantauan yaitu kader memantau kondisi balita stunting, mengukur BB dan TB setiap 2 minggu sekali dan memberikan PMT berupa susu dari bantuan CSR serta memantau apakah terdapat jentik di rumah balita stunting tersebut dan disekitar rumah balita stunting. Tahap pelaporan yaitu kader melaporkan hasil pemantauan balita stunting dan jentik kepada PJ Inovasi Gelanting. PJ Inovasi Gelanting akan melakukan monitoring dan evaluasi serta melaporkan hasil inovasi kepada Kepala Puskesmas Gandus. Hasil yang telah dirasakan dengan kehadiran inovasi gelanting ini adalah balita stunting dapat dipantau peningkatan status gizinya dan mendapatkan PMT serta balita stunting yang rentan terhadap penyakit dapat terhindar dari penyakit DBD. (Ril)