Dulu Jalan Buntu, Dogan Bakar Berkhasiat Obat
*Melihat Lebih Dekat Kawasan Kuliner Simpang Dogan
Simpang 3 Jl RH Amalludin, Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Sako sejak dulu dikenal dengan sebutan “Simpang Dogan”. Ini tak heran, karena di kawasan ini banyak pedagang yang menjual dogan atau air kelapa muda. Seperti apa ceritanya?
Ibnu Holdun – PALEMBANG
KAWASAN kuliner “Simpang Dogan” menyajikan menu andalan berupa kelapa muda. Hal ini membuat kawasan tersebut tak pernah sepi pengunjung, lantaran banyaknya peminat buah kelapa atau dogan. Walaupun masyarakat datangnya satu per satu. Setidaknya ada 11 pedagang yang masih menggantungkan rezekinya dengan menjual dogan atau air kelapa muda yang punya banyak khasiat tersebut.
Sajian kelapa muda yang ditawarkan pun beragam, mulai dari kelapa muda dengan daging yang tipis hingga kelapa muda yang memiliki daging agak tebal. Bahkan untuk kelapa obat juga tersedia, baik kelapa muda “dogan merah” dengan sayak kelapa berwarna merah bila dikupas. Ada juga kelapa yang sudah dibakar. Umumnya masyarakat mencari air kelapa muda untuk pengobatan ginjal, jantung, terkena virus cacar, hingga kesulitan buang air kecil.
Nah, terkait kawasan Simpang Dogan, sudah tentu kawasan ini tak serta merta bernama Simpang Dogan. Camat Sako, Dr H Amiruddin Sandy SSTP MSi sedikit membagi cerita kepada koran ini. Awal mula Jl RH Amaluddin sendiri, yang dia ketahui dari para tetua di sana adalah jalan buntu. “Belum ada jalan menuju kantor kecamatan Sako kalau itu, maupun jalan lurus menuju pabrik Napolly. Jadi mentok sampai Simpang Dogan itu,” ceritanya.
Begitu juga, jalan menuju PDAM juga belum ada, bahkan jalan ke BLK juga putus di BLK pos polisi. “Dulu di daerah tersebut banyak pohon kelapanya. Sekitar tahun 1960-an, kawasan itu merupakan kawasan atau kompleks perusahaan minyak Stanvac. Jadi yang tinggal di kawasan tersebut rata-rata karyawan Stanvac. Mungkin pada masanya, kawasan tersebut tempat mereka berkumpul dan melepas penat sekadar meminum dogan,” jelasnya.
Pedagang kelapa muda sendiri mulai ramai sejak tahun 1984. “Selama ini mereka itu menempati sempadan jalan. Intinya mereka numpang di lahan sempadan jalan. Misalkan yang ada di depan kantor Pos, sudah dapat dipastikan menumpang di Kantor Pos. yang berjualan di depan BMKG, juga mereka menumpang lahan sempadan jalan BMKG,” kata Amir.
Usaha yang mereka jalani sendiri rata-rata usaha turun temurun. “Bahkan yang asli juga masih ada di sana. Bagi kami pemerintah Kecamatan Sako, dengan dikenalnya kawasan Simpang Dogan setidaknya ikut mengenalkan Kecamatan Sako. Terpenting daerah tersebut bisa menjadi tempat destinasi kuliner termasuk air kelapa muda,” jelasnya.
Salah seorang pedagang buah kelapa muda, Mas Slamet (63) mengatakan dengan menjual dogan dia bisa menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan hidupnya bersama keluarga. Umumnya, Mas Slamet menjual dogan seharga Rp8 ribu-Rp10 ribu. “Semuanya sama, tidak ada yang mahal,” kata dia.
Dari hasil berjualan dogan, Mas Slamet juga bisa menyekolahkan anak-anaknya. Mencari pondok Mas Slamet sendiri terbilang mudah. Ada banner besar tertulis Pondok Dogan Pak Slamet. Duduk di pondoknya sendiri cukup sejuk. Selain atapnya terbuat dari atap daun, pepohonan besar membuat udara semakin dingin. Koran ini sendiri begitu duduk, langsung disamperi Mas Slamet.
Menurutnya, kegunaan dogan bakar sendiri baik untuk ginjal, tekanan darah tinggi hingga menghancurkan kolesterol. “Cukup banyak yang minum dogan bakar. Harga jual Rp20 ribu per buah,” kata dia. Membakar dogan dibutuhkan waktu sekitar 3 jam. Meskipun sabutnya terlihat hitam layaknya arang, namun isinya tetap menjadi minuman yang menyegarkan. Pembakaran sendiri dilakukan menggunakan arang ataupun ranting kayu.
Sedangkan dogan merah, dia menjualnya Rp15 ribu per buah. “Banyak juga yang mencari dogan untuk obat,” terangnya.
Untuk dogan biasa, dia biasa menjual Rp10 ribu per buah. “Pakai susu encer Rp15 ribu. Tetapi original hanya tambahan es serta gula tetap Rp10 ribu,” jelasnya. Dogan ini sendiri dia pesan dari langganannya. Umumnya dogan yang dijual merupakan dogan dari daerah Tanjung Api-api. Ada juga yang berasal dari Jalur. Dalam sehari, Slamet bisa habiskan ratusan butir kelapa muda.
“Biasanya paling banyak saat musim liburan, Sabtu dan Minggu. Banyak keluarga sekedar singgah minum air dogan. Kata mereka kalau minum air dogan, selain segar juga dapat membuang racun yang ada dalam tubuh,” jelasnya. (*/fad/)