Sumatera Ekspres | Baca Koran Sumeks Online | Koran Sumeks Hari ini | SUMATERAEKSPRES.ID - SUMATERAEKSPRES.ID Koran Sumeks Hari ini - Berita Terhangat - Berita Terbaru - Berita Online - Koran Sumatera Ekspres

https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mitsubishi baru

GURU DI TENGAH TEKANAN PUBLIK: ANTARA TUNTUTAN PROFESIONALISME DAN MINIMNYA APRESIASI

Muhammad Isnaini (Pengamat Pendidikan & Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden Fatah Palembang): “Guru bukan sekadar pengajar, melainkan penuntun moral bangsa yang kini terhimpit antara tuntutan profesionalisme dan minimnya apresiasi sosial.” Foto:I--

                                                               Penulis: Muhammad Isnaini
                           (Pengamat Pendidikan & Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Raden Fatah Palembang)

SUMATERAEKSPRES.ID - Guru, yang dahulu dipandang sebagai sosok teladan moral dan penjaga nilai-nilai luhur bangsa, kini berada di tengah tekanan publik yang semakin berat.

Dalam beberapa tahun terakhir, profesi ini menghadapi beban ganda, di satu sisi dituntut untuk menjadi profesional yang adaptif dan serba bisa, di sisi lain semakin kehilangan penghargaan sosial yang layak.

Guru harus menguasai teknologi digital, memenuhi berbagai indikator kinerja, menyiapkan dokumen sertifikasi, serta melaksanakan tugas administratif yang menumpuk.

Namun, di tengah semua tuntutan tersebut, apresiasi moral dan sosial terhadap profesi guru justru mengalami kemunduran.

Fenomena ini menggambarkan paradoks dunia pendidikan modern,  ketika profesionalisme semakin diukur dengan angka dan laporan, tetapi nilai kemanusiaan dalam pendidikan kian terpinggirkan.

BACA JUGA:Muba Taklukkan Empat Lawang 7-0, Pemkab Muba Apresiasi Pemain dengan Bonus Per Gol

BACA JUGA:“Reses DPRD Sumsel Dapil V 2025: Menyerap Aspirasi, Menyusun Harapan, Mewujudkan Sumsel Maju untuk Semua”

Konteks kebijakan pendidikan di Indonesia, profesionalisme guru sering kali dimaknai dalam kerangka birokratis yang menekankan pemenuhan standar administratif.

Guru dituntut untuk menjadi pelaksana kebijakan yang disiplin dalam melaporkan hasil pembelajaran, mengisi platform digital seperti Dapodik, serta mengikuti pelatihan daring yang kadang hanya formalitas.

Max Weber (1864–1920) dalam teorinya tentang birokrasi menjelaskan bahwa sistem administrasi yang terlalu rasional dapat menimbulkan dehumanisasi dan mengalienasi individu dari makna pekerjaannya.

Kondisi ini tampak jelas dalam dunia pendidikan kita, guru terjebak dalam rutinitas teknis yang menguras energi, sementara esensi mendidik,   membimbing, menginspirasi, dan membentuk karakter semakin kehilangan ruang.

Fenomena ini sejalan dengan konsep new professionalism yang dikemukakan oleh Judyth Sachs (2001), di mana guru dituntut untuk menyeimbangkan antara otonomi profesinya dengan tekanan akuntabilitas eksternal yang terus meningkat.

BACA JUGA:Atlet Muba Kian Perkasa, Pertahankan Puncak Klasemen Porprov XV Sumsel dengan 35 Medali Emas

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan