Menjawab Pekerjaan Rumah Akuntabilitas dan Efisiensi
SAKIP dan Reformasi Birokrasi (RB) adalah dua fondasi utama untuk membangun tata kelola berbasis hasil (result-oriented governance).
SAKIP mengarahkan perencanaan untuk menghasilkan dampak nyata bagi masyarakat, sedangkan RB mendukung efisiensi melalui inovasi dan digitalisasi.
Namun seringkali terjadi bahwa hambatan implementasi di tingkat lokal berasal dari kurangnya kapasitas teknis dan lemahnya komitmen politik.
Di Indonesia, hal ini diperparah oleh dinamika rotasi kepemimpinan daerah yang kerap memutus kesinambungan kebijakan strategis.
Momentum penyusunan RPJMD dan Renstra di 2025 harus dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai pekerjaan rumah yang tertunda.
Beberapa langkah strategis yang dapat diambil adalah : (1) Integrasi Prinsip SAKIP dalam RPJMD dan Renstra: Dokumen perencanaan harus dirancang untuk menghasilkan output dan outcome yang dapat diverifikasi, dengan indikator kinerja utama (IKU) yang berfokus pada dampak nyata; (2) Pemanfaatan Data sebagai Basis Keputusan: Keberhasilan perencanaan sangat bergantung pada kualitas data yang digunakan.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementerian teknis harus diolah untuk mendukung analisis yang relevan; (3) Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah: Diperlukan pelatihan intensif tentang perencanaan berbasis kinerja, yang dapat diakselerasi melalui kerja sama dengan institusi pendidikan tinggi dan lembaga pelatihan internasional; (4) Transformasi Digital dan Transparansi: Implementasi platform seperti e-SAKIP harus menjadi prioritas, memastikan bahwa proses perencanaan dan evaluasi dapat dilakukan secara transparan dan akuntabel.
Pelajaran dari Praktik Global
Negara-negara maju seperti Selandia Baru dan Finlandia menawarkan model perencanaan berbasis hasil yang patut dicontoh.
Selandia Baru, melalui Well-being Budget, memastikan bahwa setiap pengeluaran publik diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui indikator terukur (Treasury NZ, 2023).
Sementara itu, Finlandia sukses memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dalam pelaporan kinerja pemerintahan (OECD, 2023).
Membawa Perubahan Melalui Komitmen Kolektif
Sebagaimana diungkapkan Alan Lakein, "Planning is bringing the future into the present so that you can do something about it now."
Kutipan ini menegaskan bahwa keberhasilan perencanaan sangat bergantung pada aksi konkret saat ini.
Tahun 2025 adalah kesempatan untuk menyelaraskan dokumen perencanaan dengan kebutuhan nyata masyarakat, membangun tata kelola yang lebih baik, dan memperkuat komitmen terhadap transparansi dan akuntabilitas.
