Dua Jalur Utama Entaskan Kemiskinan, BP Taskin Siapkan Strategi Menyeluruh di Sumsel
Dr Novrizal Tahar-foto: ist-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Angka kemiskinan pada 17 kabupaten/kota di Sumsel masih menjadi pekerjaan rumah (PR) serius. Dari data terakhir per Maret 2025, rata-rata pada kisaran 10,15 persen dari atau sekitar 948.840 orang. Sedangkan angka kemiskinan nasional periode yang sama, 9,88 persen.
Untuk itu, pemerintah melalui Badan Percepatan Tugas dan Sinkronisasi (BP Taskin) menyiapkan strategi menyeluruh. Tidak hanya memberikan bantuan sosial, tapi juga memberdayakan masyarakat miskin agar mandiri. Sekaligus membentengi mereka dari jeratan judi online (judol), pinjaman online ilegal (pinjol), dan narkoba
Deputi Bidang Percepatan Pemberdayaan Kapasitas dan Penyediaan Akses BP Taskin, Dr Novrizal Tahar mengatakan, pengentasan kemiskinan kini diarahkan ke dua jalur utama. Yakni perlindungan sosial dan pemberdayaan ekonomi. Namun, strategi ini akan sia-sia jika tidak diiringi dengan langkah sosial yang menyentuh akar masalah.
“Perlindungan sosial penting, tapi masyarakat tidak boleh hanya tergantung pada bantuan. Mereka harus kita dorong menjadi produktif,” ujar Novrizal, Senin (22/9). Ia mengatakan, pengentasan kemiskinan tidak cukup hanya mengandalkan bantuan sosial. Setiap tahun negara mengalokasikan lebih dari Rp540 triliun untuk subsidi bahan bakar, listrik, BLT, hingga program keluarga harapan.
BACA JUGA:KUEP Dukung Percepatan Pengentasan Kemiskinan
BACA JUGA:Angka Kemiskinan Muara Enim Turun ke 9,45 Persen, Terendah dalam 5 Tahun
“Perlindungan sosial ini tetap penting, tapi harus tepat sasaran. Yang lebih penting, masyarakat miskin perlu diberdayakan agar bisa mandiri secara ekonomi,” jelas dia. Selain itu, perlu kehadiran pihak ketiga dalam mengembangkan kelompok usaha ekonomi produktif.
Total dana CSR perusahaan di Indonesia mencapai Rp100 triliun, namun sejauh ini program tepat atau produktif tidak mencapai sasaran. Selain itu, penting memastikan pastikan rumah tangga tidak jatuh ke jeratan judol, pinjol, dan narkoba yang bisa menggerus ekonomi keluarga. Untuk itu, perlu literasi keuangan dan penguatan keluarga dan komunitas, masyarakat bisa saling mengingatkan agar tidak tergoda judi online maupun narkoba.
“Kolaborasi lintas sektor, pemda, aparat, lembaga pendidikan, hingga perusahaan penting untuk bersama-sama melakukan kampanye edukasi dan penegakan hukum,” bebernya.
Selain aspek sosial, pembangunan infrastruktur dasar tetap digenjot. Jalan, listrik, air bersih, dan internet di daerah terpencil Sumsel harus merata agar masyarakat bisa lebih produktif. “Infrastruktur fisik dan sosial itu ibarat dua sisi mata uang. Tanpa keduanya, kemiskinan tidak akan teratasi,” jelas Novrizal. Dengan strategi menyeluruh ini, pemerintah optimistis angka kemiskinan di Sumsel akan terus menurun.
Bukan hanya karena bantuan sosial, tapi karena masyarakat miskin mampu berdiri di atas kaki sendiri. “Kalau kita bisa gabungkan perlindungan sosial, pemberdayaan ekonomi, literasi keuangan, dan pencegahan masalah sosial seperti judol, pinjol, dan narkoba, maka Sumsel bisa menjadi contoh sukses pengentasan kemiskinan di Indonesia,” tukas Novrizal.
