CAPD, Terapi Mandiri untuk Pasien Gagal Ginjal Tetap Beraktivitas
CAPD : Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis alias CAPD (Dialisis Peritoneal Ambulatori Berkelanjutan), yaitu metode cuci darah yang memanfaatkan selaput dalam rongga perut (peritoneum) sebagai filter alami untuk membuang zat sisa dan kelebihan cairan-FOTO:NET-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Terapi CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) mungkin menjadi solusi bagi pasien dengan gangguan ginjal kronik yang sudah terminal (tahap akhir).
Terlebih bagi pasien terminal yang memerlukan terapi pengganti ginjal, tetapi harus tetap menjalankan aktivitas tanpa harus terganggu untuk datang ke rumah sakit untuk cuci darah. Karena, terapi ini memberikan solusi sehat, efektif dan efisien.
BACA JUGA:Gagal Ginjal Meroket Hampir 6 Juta Kasus, Urutan Keempat Terbanyak Penyakit Katastropik
BACA JUGA:9 Langkah Ampuh Turunkan Tekanan Darah Tinggi dan Jaga Kesehatan Ginjal Tetap Prima
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, dr Novadian, SpPD, K-GH mengatakan, penyebab utama gagal ginjal di Indonesia karena hipertensi (darah tinggi) dan diabetes (kencing manis) maka pasien ini harus selalu kontrol ke dokter dan harus memperhatikan komplikasi yang bisa terjadi terbanyak gagal ginjal kronik.
"Ketika pasien sudah mengalami gagal ginjal kronik (sakit ginjal tahap akhir) maka diperlukan terapi pengganti ginjal," sampainya saat memberikan edukasi melalui kanal YouTube RSMH Palembang.
Dijelaskannya, bahwa terapi pengganti ginjal ini dibagi dua. Pertama dialisis, dan kedua transplantasi ginjal (ketika pasien ada pendonor, maka ginjal dicangkok ke pasien).
Kemudian untuk dialisis dibagi lagi menjadi dua, ada yang umumnya dikenal Hemodialisis (cuci darah) yang dilakukan di rumah sakit 2 kali seminggu ada yang 3 kali seminggu.
Kedua, CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis). Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia, yaitu cuci darah secara mandiri yang dilakukan secara berkesinambungan.
"Jadi CAPD ini terapi yang dilakukan secara terus menerus 24 jam melakukan pembersihan racun-racun dalam tubuh menggantikan fungsi ginjal. Jadi CAPD ini punya fungsi seperti layaknya ginjal itu sendiri," jelasnya.
Sistem kerja CAPD ini menggunakan membrane peritoneum yang berada di rongga perut (abdomen) kemudian dilakukan pemasangan alat kateter terbuat dari silikon sehingga melalui kateter inilah dilakukan pergantian cairan. Pemasangan kateter melalui prosedur bedah kecil.
Di peritoneum ini ada membran (membrane peritoneum) di sinilah tempat memfiltrasi atau menyaring kotoran-kotoran sisa metabolisme dalam tubuh yang berbatasan langsung dengan pembuluh darah besar yaitu aorta abdominalis sehingga dengan sistem filtrasi di mana cairan yang dimasukkan mengandung gula atau glukosa akan menarik zat-zat sisa tersebut.
"Pada dasarnya semua pasien gagal ginjal kronik dapat melakukan terapi pengganti ginjal dengan CAPD, kecuali yang pernah melakukan operasi besar di rongga perut (abdomen) misal laparotomi besar sehingga merusak membran peritoneum yang menjadi utama dalam terapi CAPD," paparnya.
BACA JUGA:7 Buah dan Sayuran yang Sebaiknya Dihindari Penderita Gangguan Ginjal
