Mental Health di Dunia Kerja Hybrid: Benarkah Work From Anywhere Lebih Sehat?
Work From Anywhere menjanjikan kebebasan dan keseimbangan hidup, namun tanpa batas dan dukungan yang tepat, fleksibilitas ini justru bisa memicu stres dan kelelahan mental. Foto:Net--
SUMATERAEKSPRES.ID – Setelah pandemi mengubah wajah dunia kerja, konsep Work From Anywhere (WFA) kini menjadi gaya hidup baru bagi banyak profesional.
Fleksibilitas dan kebebasan yang ditawarkan dianggap sebagai jalan menuju keseimbangan hidup yang lebih baik dan mental yang lebih sehat.
Namun, di balik kemudahan itu, muncul pertanyaan penting: apakah bekerja dari mana saja benar-benar menyehatkan jiwa?
Antara Kenyamanan dan Tantangan: Realita WFA
Secara ideal, WFA menjanjikan banyak keuntungan. Tanpa harus menghadapi kemacetan atau tekanan kantor, karyawan bisa bekerja dari rumah, kafe, atau bahkan tempat wisata.
Waktu yang sebelumnya habis di perjalanan bisa dialihkan untuk tidur cukup, berolahraga, atau berkumpul dengan keluarga.
BACA JUGA:Laga Penentu Nasib, Indonesia Jumpa Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sport City
BACA JUGA:Sumsel Masuk Perempat final Cabor Pencak Silat Pornas XVII Korpri 2025 Kategori Tunggal Putra Senior
Secara teori, hal ini memperkuat keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life balance).
Namun, kenyataannya tidak selalu seindah itu. Bagi sebagian orang, hilangnya batas antara ruang kerja dan ruang pribadi justru menimbulkan stres baru.
Isolasi sosial, rasa kesepian, hingga kelelahan emosional menjadi tantangan nyata yang sering kali tak terlihat di balik layar komputer.
Sisi Positif WFA bagi Kesehatan Mental
1. Mengurangi Tekanan Perjalanan
Waktu tempuh yang hilang dari rutinitas harian menjadi sumber ketenangan baru. Karyawan memiliki kesempatan untuk mengatur pagi mereka dengan lebih santai, bahkan memiliki waktu untuk aktivitas yang meningkatkan mood.
BACA JUGA:Modus Tawarkan Penyelesaian Kasus, Jaksa Gadungan Ditetapkan Sebagai Tersangka
2. Meningkatkan Otonomi dan Kendali Diri
WFA memberi kesempatan bagi karyawan untuk mengatur ritme kerja sesuai kondisi fisik dan mental mereka. Rasa kendali ini dapat meningkatkan motivasi, kreativitas, dan kepuasan kerja.
