Penuhi Gizi dan Ketahanan Pangan Keluarg, Panen 2 Jenis Pisang
PANEN PISANG: Di lahan pekarangannya, Mas Timbul, warga Tebing Tinggi menunjukkan dua jenis pisang yang panennya bersamaan. -FOTO: HENDRO/SUMEKS-
EMPATLAWANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Di tengah isu ketahanan pangan, kisah inspiratif datang dari Mas Timbul, seorang warga di Tebing Tinggi, Empat Lawang. Berbekal semangat kemandirian dan ketelatenan, dirinya kembali memanen hasil bumi di pekarangan rumahnya.
Kali ini, dua varietas pisang unggulan yaitu Pisang Lilin dan Pisang Moly memberikan hasil yang melimpah. Hasil panen ini siap menjadi sumber pangan dan gizi utama bagi keluarganya.
Pekarangan rumah yang kerap diabaikan banyak orang, disulap oleh Mas Timbul menjadi lumbung pangan pribadi yang produktif. Panen kali ini terasa istimewa dengan matangnya dua jenis pisang yang memiliki keunikan rasa dan manfaat.
Aktivitas menanam yang ditekuninya bukan sekadar hobi, melainkan sebuah filosofi sederhana yang diyakininya. "Rajin menanam, pasti memetik hasilnya," pesan Mas Timbul.
Mas Timbul menjelaskan kunci keberhasilan panennya terletak pada pemilihan jenis tanaman yang tepat, sesuai dengan kebutuhan keluarga. ‘’Pisang Lilin memiliki julukan sebagai pisang multi-talent. Keunggulan utamanya terletak pada fleksibilitas pengolahannya,’’ ujarnya.
BACA JUGA:Tanam Jagung 5 Hektare, Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Selaras GSMP
BACA JUGA:Menteri Nusron Tegaskan Ketersediaan Lahan Jadi Fondasi Ketahanan Pangan Nasional
Dikatakan, pisang Lilin ini bisa direbus, digoreng, atau dikukus. Rasanya manis dan pulen, sangat cocok untuk camilan sehat keluarga atau diolah menjadi kudapan tradisional.
Lalu varietas kedua, Pisang Moly, menawarkan keistimewaan yang sangat berbeda. Berbanding terbalik dengan Pisang Lilin yang serba guna, Pisang Moly justru menuntut perlakuan sederhana. ‘’Kalau Pisang Moly, ini lain lagi. Pisang ini tidak bisa diproses apapun, tidak enak kalau digoreng atau direbus. Tapi rasanya itu sangat manis sekali," jelasnya.
Pisang Moly merupakan jenis buah yang harus dinikmati dalam bentuknya yang paling alami. "Kalau sudah matang, langsung dimakan saja. Manisnya alami dan segar," jelasnya.
Lebih dari sekadar hasil panen, Mas Timbul mengatakan, pentingnya pemanfaatan lahan pekarangan. Hasil kebunnya ini bukan hanya untuk dijual, melainkan didedikasikan sepenuhnya untuk pemenuhan pangan dan gizi keluarga. "Ini adalah pemenuhan pangan keluarga dan gizi keluarga. Kita tak perlu bergantung sepenuhnya pada pasar jika kita bisa menghasilkan sendiri," pungkasnya.
