Sumsel Produsen Beras 5 Besar Nasional, Gubernur Herman Deru: Tahun Depan Bukan Mimpi Kalau Masuk 3 Besar
CETAK SAWAH: Gubernur Sumsel H Herman Deru, mendampingi Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi Pertanian Dr Ir Suwandi MSi, meninjau program cetak sawah di Desa Benawa Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten OKI, Kamis siang (2/10). -FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS-
Setelah semua itu sukses dilakukan, sambung Suwandi, sebagian lahan itu harus ditanam. Karena baru di Kabupaten Pali yang sudah ditanam. “Jadi apa yang sudah diolah setelah dicetak, realisasi fisik sudah ada sekitar 2.300 hektare. Siap diolah 200 hektare untuk segera di tanam,” imbuhnya.
Suwandi mengungkapkan, program cetak sawah dan penanamannya ini perkembangannya setiap malam dipantau Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. “Jadi diminta bekerja lebih kencang lagi. Sehingga Oktober ini segera dikerjakan karena musim penghujan, dan maksimal November sudah selesai dilakukan,” pungkasnya.
Gubernur Sumsel Dr H Herman Deru SH MH, menyebut menyaksikan langsung semangat luar biasa dari para petani dan stakeholder pertanian. "Saya tahu betul, karena saya pernah menjadi Bupati. Saya tahu rasanya turun langsung ke lapangan, berkeringat, naik motor trail masuk ke rawa dan hutan demi mendengar suara petani," ucapnya.
Seperti di Kabupaten OKU Timur, dia menyaksikan sendiri bagaimana panen gabah kering naik dari 250.000 ton menjadi 800.000 ton di akhir masa jabatannya sebagai Bupati OKU Timur periode keduanya. “Itu bukan angka biasa, itu bukti kerja keras, sinergi, dan keberpihakan nyata kepada petani,” tegasnya.
Lanjut Gubernur, hari ini Sumsel hari imencatat sejarah. Produksi gabah naik signifikan, dari 2,7 juta ton di 2024, menjadi 2,9 juta ton. Bahkan September 2025 tembus 3,5 juta ton. “Artinya Sumsel sudah masuk 5 besar nasional. Dulu peringkat 8, sekarang 5. Tahun depan, bukan mimpi kalau kita masuk 3 besar,” ucapnya optimistis.
BACA JUGA:Warga Antusias Serbu Pasar Murah di Kayuagung, Paket Beras dan Minyak Goreng Hanya Rp70 Ribu
BACA JUGA:Harga Beras Sumsel September 2025: Pasar Bergerak, Masyarakat Waspada
Targetnya jelas, cetak sawah baru 38.000 hektare, ditambah 18.000 lagi, dan mendorong produktivitas hingga tembus 4 juta ton gabah. Tapi ini bukan soal angka semata. Ini soal warisan. "Kita harus mewariskan alam yang utuh, bukan kehancuran,” tegasnya.
Dia menegaskan, tambang harus direklamasi, tanah harus dijaga. “Karena anak cucu kita berhak menerima Sumsel yang lebih hijau dan lebih makmur," imbuhnya. Herman Deru juga mendorong agar Bulog kembali menjadi badan penyangga, bukan sekadar perusahaan.
Orientasinya harus kesejahteraan petani, bukan profit semata. Harga Pokok Penjualan (HPP) harus realistis, jangan jadi kejutan yang memberatkan. “Karena kepemimpinan itu ada dua, legacy arsitektur dan legacy non-arsitektur,” ulasnya.
Di Kabupaten OKI, Herman Deru melihat kedua hal itu mulai terbentuk. Infrastruktur pertanian dibangun, semangat petani dibangkitkan. “Tapi Bupati tidak bisa kerja sendiri. Harus ada kerja keroyokan, provinsi, pusat, penyuluh, gapoktan, dan tentu saja petani,” pesannya.
Sumsel punya 519.000 hektare sawah, tapi rata-rata baru panen satu kali. Kalau didorong padi IP 200 atau IP 300, maka potensi ini bisa melampaui provinsi lain. “Contoh di Banyuasin, dari normalisasi zaman Pak Harto (Presiden Soeharto) sampai sekarang, irigasi terus diperbaiki. Kita harus belajar dari sana,” imbuhnya.
BACA JUGA:Warga Kayuagung Antusias Serbu Beras SPHP Bulog Rp58 Ribu per 5 Kg
BACA JUGA:Salurkan 8 Ton Beras Murah untuk Warga Gelumbang
Herman Deru mengajak mari ubah mindset, dari pertanian tradisional menjadi industri pangan. Dari sekadar menanam, menjadi membangun ekosistem. “Karena Sumsel bukan hanya penyangga pangan nasional, tapi juga penentu masa depan Indonesia Emas 2045,” paparnya.
