SUNGAI KERUH - Wajah-wajah bahagia terlihat jelas pada ibu-ibu anggota kelompok wanita tani (KWT) di empat desa. Mereka baru saja mendapat tunjangan hari raya (THR) dari hasil kerja mereka membudidayakan tanaman.
Keempat KWT ini meliputi KWT Melati Desa Sukalali, KWT Matahari Desa Kertajaya, KWT Anggrek Desa Tebing Bulang, dan KWT Mawar Putih Desa Pagar Kaya. ‘’Dana THR ini kita dapatkan dari uang kas hasil penjualan sayuran selama 6 hingga 8 bulan,’’ ujar Taufik, petugas PPEP di Kecamatan Sungai Keruh.
Pemberian THR bagi anggota KWT ini, lanjutnya, untuk memberikan semangat bagi emak-emak agar lebih giat lagi dalam berkebun sayur-sayuran. ‘’Kita juga sangat senang jika emak-emak anggota KWT semangat mengurus kebun. Karena mereka bisa belajar bercocok tanam dan mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat,’’ ujarnya.
Semua anggota KWT pun terlihat senang dengan adanya pembagian THR. ‘’Alhamdulillah adanya pembagian ini sangat membantu kami. Uang buat beli minuman bisa dialihkan untuk yang lain misalnya tambahan beli kue dan lainnya,’’ ujar salah satu anggota KWT.
Dirinya pun berjanji akan lebih semangat lagi berkebun. ‘’Saya suka sekali adanya program GSMP dengan membuka kebun seperti ini. Selain memberikan ilmu yang bermanfaat bagi saya tentu saya punya penghasilan walaupun sedikit. Jika butuh sayur kita tak perlu beli lagi ke pasar atau warung cukup mengambilnya di kebun ini,’’ katanya.
Program KWT ini merupakan bagian dari Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP). Sejumlah KWT yang ada di Kecamatan Sungai Keruh sudah banyak yang berhasil. Bahkan dari hasil pengolahan kebun KWT yang dilakukan mereka sudah mendapatkan dana. Biasanya setiap KWT beranggota sekitar 30 orang.
Salah satunya, KWT Anggrek Desa Tebing Bulan Kecamatan Sungai Keruh. WKT ini sudah berjalan di tahap kedua yakni pengembangan. KWT binaan Taufik ini sudah masuk tahap pengembangan. Untuk tahap pertama yakni penumbuhan, hasilnya cukup menjanjikan. ‘’Selain kita bisa membagikan ke anggota KWT yang berjumlah 30 orang, kita juga bisa menjual produk tanaman kita ke warga desa. Yang jelas harga lebih murah, di bawah harga pasaran,’’ ujarnya.
Lahan KWT Anggrek memiliki luas sekitar 40 x 50 meter. Sistem lahan pinjam pakai. ‘’Kita mulai melakukan penanaman sejak September 2022,’’ ujarnya.
Untuk tahap pertama sejumlah jenis tanaman ditanam. Mulai terong, kacang panjang, labu air, cabai dan kol. ‘’Hasilnya kita bagi ke semua anggota KWT, selain itu kita juga menjual hasil panen ke warga desa,’’ ujarnya.
Warga pun sangat terbantu dengan adanya program KWT. ‘’Mereka bisa membeli sayuran dengan harga murah dan tentu saja menghemat pengeluaran,’’ ujarnya.
Selain itu, jika ada warga pesta, biasanya warga tersebut memborong hasil panen KWT. Misalnya terong, cabai atau hasil panen lainnya. ‘’Ini sangat membantu,’’ ujarnya.
Dari hasil penjualan, lanjutnya, terkumpul kas KWT. ‘’Saat ini kita akan memasuki tahap kedua atau pengembangan. Di tahap ini rencananya kita akan menanam cabai untuk kebun demplot,’’ ujarnya. (sms/)