SUMSEL – Kendati saat ini masih berlangsung musim pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau di Provinsi Sumsel, bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah mengintai. Karhutla pertama tahun ini mulai terjadi di wilayah dekat Jalan Tol Palembang-Indrayala (Palindra), Desa Muara Baru, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir (OI) pada Rabu sore (30/4) di lahan seluas 0,5 hektar.
Hari berikutnya, Kamis (1/5) sekira pukul 16.30 WIB, api besar kembali membumbung tinggi di kawasan sekitarnya, Desa Palem Raya, Kecamatan Indralaya Utara, Ogan Ilir dengan lahan hangus terbakar kurang lebih 2 hektar. Baik di Desa Muara Baru maupun Palem Raya, area terbakar merupakan semak belukar kering dan lahan gambut yang memang rentan cuaca panas.
Proses pemadaman api via jalur darat oleh personel gabungan dari anggota Polri-TNI, BPBD OI, Manggala Agni, serta pengelola Tol Palindra. Upaya ini sekaligus mencegah api menyebar ke jalan tol agar tidak menganggu lalu lintas kendaraan dari Kota Palembang menuju Indralaya-Prabumulih atau sebaliknya.
Namun pada kasus tertentu, pemadaman darat dengan kendaraan pemadam pada umumnya tak bisa dilakukan jika titik kebakaran berada di lokasi sukar dijangkau seperti lahan gambut dan dalam hutan. Tim Satgas Karhutla akan terjun ke lapangan secara personal, berjibaku, mengerahkan pompa pemadam portabel menjangkau titik api yang jauh, sampai ke dasar tanah, meski cakupannya terbatas. Pilihan efisien pemadaman jalur udara atau operasi water bombing oleh TNI Angkatan Udara (AU).
BACA JUGA:Suhu Udara Meningkat, namun Tiba-Tiba Bisa Hujan Deras, Sumsel Masuk Masa Pancaroba
BACA JUGA:Waspada Penyakit di Musim Pancaroba, Masyarakat Diminta Terapkan PHBS
“Personil kita menuju beberapa titik lokasi sumber asap dan api di lahan Desa Palem Raya, melakukan pemadaman darat menggunakan mesin jinjing dan mobil tangki air,” ujar Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD OI, Edi Rahmat kepada Sumatera Ekspres. Diakuinya, cuaca panas membuat lahan gambut dan semak belukar mengering dan rawan terbakar.
Diakuinya mitigasi cepat ini sangat urgent mengingat karhutla pada lahan gambut cepat sekali menyebar melalui akar bawah tanah. Jangan sampai bencana buruk karhutla dan kabut asap tahun 2015 yang terjadi di Provinsi Sumsel terulang, sehingga penanganan dan siaga karhutla selalu fokus pertama Pemerintah setiap tahun pada musim kemarau.
Data Sistem Pemantauan Karhutla (SiPongi) Kementerian Kehutanan RI, bencana karhutla di Indonesia tahun 2015 terbesar dalam sejarah, dengan luas lahan terbakar mencapai 2.611.411,44 hektar. Sumsel provinsi terbanyak dengan lahan terbakar 646.298,80 hektar. Diperkirakan ada sekitar 3,5 juta warga Sumsel terpapar kabut asap, dan 115.484 jiwa di antaranya terkena penyakit ISPA.
Tahun berikutnya, jumlah karhutla perlahan menurun setelah Pemerintah membentuk Tim Satgas Karhutla. Meski kasusnya sempat naik lagi di 2019 sebanyak 1.649.258,00 hektar dan Sumsel tertinggi dengan 336.798 hektar lahan terbakar. Terakhir 2024, kasus karhutla berhasil dimitigasi dengan lahan terdampak 376.805,05 hektar saja, dan Sumsel mampu mengendalikannya dengan penurunan peringkat ke posisi 7 seluas 15.422,48 hektar lahan terbakar.
Keberhasilan ini tak lepas dari peran TNI AU yang ikut memadamkan api karhutla melalui water bombing sepuluh tahun terakhir. Tahun ini TNI AU akan kembali mengerahkan personilnya mendukung operasi penerbangan pesawat patroli dan water bombing di wilayah Sumsel, serta melakukan pengendalian karhutla dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
BACA JUGA:Tiga Hari ke Depan Masih Potensi Hujan Lebat, April-Mei Masuk Pancaroba
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Sumsel, Muhammad Iqbal Alisyahbana SSTP MM mengatakan berdasarkan laporan BMKG, musim kemarau akan berlangsung mulai Juni mendatang, dan puncaknya bulan Agustus 2025. Mengingat situasinya cukup genting dan sudah terjadi karhutla di Ogan Ilir, pihaknya segera mengadakan rapat penetapan status siaga karhutla bersama Pemda dan stakeholder terkait.
“Penetapan status siaga minimal dua daerah terdampak dan saat ini sudah ada tiga daerah mengajukan penetapan siaga, yaitu Ogan Ilir, Musi Banyuasin (Muba), dan Banyuasin,” ujar Iqbal didampingi Kabid Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman SKM MSi, Senin (5/5). Penetapan status lebih awal sebagai antisipasi panjangnya kemarau tahun ini sehingga karhutla dapat diatasi lebih baik dan cepat.