Membudayakan Salawat

Kamis 13 Mar 2025 - 22:58 WIB
Reporter : Neni
Editor : Edi Sumeks

SUMATERAEKSPRES.ID - DALAM Alquran surat al-Ahzab ayat 56, Allah SWT berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, ucapkanlah salawat dan salam kepada-Nya”. 

Dari ayat ini dipahami, bahwa Allah SWT dan para Malaikat bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, ayat di atas memerintahkan orang-orang beriman untuk bersalawat dan salam kepada Rasul tersebut. Tidak hanya itu, hewan, tumbuh-tumbuhan juga bersalawat. 

Terkait dengan makna ayat di atas, dalam Alquran surat al-Ahzab ayat 43, Allah SWT juga berfirman, yang artinya: “Dia (Allah SWT) yang bersalawat (memberi rahmat) kepada kamu, dan juga malaikat-Nya, untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan menuju cahaya. Dan Dia sangat kasih sayang dengan orang-orang beriman.” 

“Allah SWT akan bersalawat (memberi rahmat) kepada hamba-hamba-Nya. Demikian juga para Malaikat akan meminta ampunan untuk hamba-hamba Alah SWT yang tekun bersalawat untuk mengeluarkan hamba-hamba dari kegelapan menuju cahaya. Ini adalah salah satu bentuk kasih sayang terhadap orang-orang beriman.”  

Apa yang dimaksud dengan salawat? Dalam kaitan dengan ayat di atas, perlu dipahami bahwa salawat dari Allah SWT disebut dengan rahmat atau kasih sayang. Salawat dari para malaikat disebut dengan istighfar atau permintaan ampun.

BACA JUGA:Salawat Badar hingga Tibbil Qulub: Salawat Lama yang Penuh Manfaat

BACA JUGA:Anggota DPRD OKI Budiman Berjalan Kaki dan Bersalawat, Targetkan Hal Ini untuk Air Sugihan

Salawat dari manusia dan jin disebut dengan doa. Salawat dari hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda disebut tadharru’ (yakni menundukkan atau merendahkan diri kepada Allah SWT). 

Dalam konteks ini, salawat yang penting dibudayakan pada hakikatnya adalah salawat kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai doa kita untuknya, supaya dia selalu mendapat rahmat dan kesejahteraan dari Allah SWT. 

Orang yang gemar bersalawat akan mendapatkan hikmah atau kebaikan yang luar biasa. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul, yang artinya: “Siapa saja yang mengucap salawat kepadaku satu kali, niscaya Allah SWT bersalawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali.” 

Sebaliknya, orang yang jarang atau tidak mau bersalawat kepada Nabi akan dicap sebagi orang yang kikir atau bakhil. Dalam hal ini, Rasul bersabda, yang artinya: “Orang yang bakhil itu adalah orang yang ketika namaku disebut di dekatnya, maka ia tidak mau mengucapkan salawat kepadaku.” 

Salawat merupakan implementasi cinta kita terhadap Rasul dalam bentuk ucapan yang dijanjikan hikmahnya. Banyak sekali hikmah, kebaikan, kelebihan dan keutamaan bagi para pengucap salawat. Umpamanya, dengan izin Allah SWT, orang yang mengucap salawat itu akan mendapat syafaat (pertolongan) dari Rasul pada hari kiamat, suatu hikmah yang sangat luar biasa, karena akan dapat menyelamatkan kita dari siksa neraka. 

BACA JUGA:Salawat Jibril: Amalan untuk Mendapatkan Syafaat Rasulullah SAW di Akhirat

BACA JUGA:Sambut Langsung Kepulangan Jemaah Haji Furoda Zafa Tour dengan Iringan Salawat dan Hadrah

Banyak bentuk lafaz atau ucapan salawat yang diajarkan oleh Nabi kepada umatnya. Yang paling sederhana adalah salawat yang berbunyi: “Allahumma sholli ‘ala Sayyidana Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad atau Sholla Allah ‘ala Muhammad shalla Allah ‘alaihi wa sallam.” 

Kategori :

Terkait

Kamis 13 Mar 2025 - 22:58 WIB

Membudayakan Salawat